"Iramaa!!"
Suara panggilan Yasmine membuat langkah Irama maupun Rendi terhenti. Tatapan heran terpancar dari dua manusia beda jenis kelamin itu.
"Ada apa ya Kak?" Tanya Irama spontan.
"Lo mau ke kelas Januar kan?!. Ini Sahila mau nitip pesan tapi malu jadi gue aja yang bilang ke lo, katanya tolong bilangin ke Januar nanti pulang sekolah dia tunggu di parkiran"
Kernyitan dahi tercetak jelas di kening Irama. Gadis itu melirik sekilas ketempat Sahila berada. Dia tidak mengerti maksud dari Kakak kelasnya itu sampai menitipkan pesan untuk Januari melalui dirinya. Apakah ini teguran keras agar dirinya tau batas?.
Kalau memang iya, tanpa ditegur pun Irama tau akan batasnya. Lagipula Januari sendiri juga sudah berterus terang padanya untuk behenti. Lalu apa yang harus kakak kelasnya itu takutkan?. Di hati Januari dia bukan siapa-siapa, sebab semuanya sudah terisi penuh oleh kakak kelasnya itu.
Bibir Irama terkatup rapat, genggaman jemarinya pada papan jalan menjadi sangat erat. Sirat matanya menatap balik mata Yasmine yang sedari tadi menunggu jawaban.
Irama bingung harus jawab apa. Jujur saja dia ingin menolak tapi merasa tidak enak hati. Namun, jika dia menerima permintaan tolong itu, kemungkinan besar luka di hatinya tambah besar lagi.
"Ck. Bilang sama temen lo, gak usah pake segala nitip pesan, tinggal jalan kesamping apa susahnya?!" Timpal ketus Rendi.
"Satu lagi, mau lo atau Sahila gak perlu kasih peringatan apapun ke Irama selagi Januari belum menyatakan langsung maksud hatinya. Gak usah sok berasa paling memiliki kalo temen lo itu masih ragu sama Januari".
Rendi sengaja menekankan kalimat teman lo sembari menatap tajam Sahila dan Yasmine bergantian. Kemudian pemuda itu menarik lembut lengan Irama, berjalan menjauh dari Yasmine.
Decakan keras keluar dari mulut Yasmine. Dia memandang kesal Rendi yang seharusnya tidak usah ikut campur dengan persoalan ini. Yasmine menatap Sahila didalam kelas, Ah sepertinya kali ini dia sudah membuat kesalahan besar.
🐶🐶🐶
Suara Bel pulang sekolah berdering nyaring disepenjuru bangunan Tacenda Dharma High School. Januari yang baru saja keluar dari kelasnya berjalan santai sembari menyugar rambutnya ke belakang.
Raut wajah pemuda itu berseri, senyum simpul terpatri indah. Januari tidak memperdulikan tatapan puja dari siswi-siswi yang berlalu lalang di sekitarnya. Tujuannya hanya satu, menghampiri Sahila.
Namun secara tiba-tiba Seorang gadis menghalangi jalan Januari, Berdiri tepat dihadapan pemuda itu. Januari melemparkan napas kasar dan mendecak pelan, "Kenapa?"
"Kak Sahila nitip pesan, katanya dia nunggu di parkiran"
Januari mengangkat satu alisnya, melirik sekilas kearah belakang gadis itu. "Baru tau gue, ternyata Parkiran didepan UKS"
Gadis bernama Irama itu Mengernyit bingung dan mengikuti arah pandang Januari. Seketika dia tergelak mendapati Sahila berada didepan UKS yang tidak jauh dari kelasnya.
"Loh tad-"
"Berhenti Ra" Januari menatap Irama lamat, seakan apa yang dia ucapkan tadi adalah sebuah perintah mutlak. "Gue gak tau niat lo apa, tapi gak baik bohong gini"
"Kak Janu, tadi pagi pas Aku ngedata bareng Mas Rendi, Kak Sahila nitip pesan bil-"
"Kenapa bohong?" Tatapan Januari sedikit menajam. Dia paling tidak suka dibohongi dan gerak gerik Irama menandakan gadis itu sedang berbohong.
"Aku gak bohong Kak Januar!!"
"Ck. Gue kenal lo dari kecil, gue tau persis gimana lo kalo bohong. Lain kali lebih pinter sedikit"
"Kak-"
"Ra udah berkali-kali gue bilang, Berhenti!. Lo tau sendiri, gue gak ada rasa sama lo. Mau lo minta Ayah atau Mama buat jodohin kita pun gue akan tetep nolak!!. Satu lagi, Jangan ganggu ataupun ngerusak sesuatu yang bersangkutan dengan Sahila. Lo ngerti kan, kalo cinta tidak selalu memiliki"
Irama menatap lurus Januari, merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan Januari barusan. Tatapan menghunus pemuda itu seakan berkata dialah disini yang salah. Padahal dia hanya ingin menyampaikan pesan yang tadi pagi Kakak kelasnya itu sampaikan. Tidak ada satupun niat jahat atau berbohong, tapi mengapa Kak Januari-nya ---- ah salah maksudnya Kak Januari berkata demikian?.
Dan perasaan sialan ini, apa juga harus disalahkan?. Kalau tau sesakit ini, Irama juga tidak ingin memiliki rasa cinta pada Januari.
Irama menghela napas dalam guna menetralkan rasa perih di hatinya, "Kak Januari, Kalo memang jujurnya Aku bagi Kak Januari adalah suatu kebohongan... anggap aja perasaan dan perhatian Aku selama ini juga bohong."
"Dan Tentang perasaan sialan ini, Kak Januari tenang aja. Aku mengerti baik persoalan mencintai tanpa memiliki. Maaf Kak, Lain kali tolong ajarkan Aku caranya berbohong yang pinter" Lanjutnya lagi.
Setelah mengucapkan kalimat panjang itu, Irama melongos pergi tanpa menoleh lagi pada Januari. Hanya saja dia melirik sekilas Sahila saat melewati depan UKS. Rasa Sakit di hatinya sudah tidak bisa dia minimalisir lagi.
Helaan napas mengudara, Januari menatap sisa sisa kepergian Irama. Ada sedikit rasa bersalah dan menyesal telah menuduh gadis itu berbohong dan mengatakan kalimat yang seharusnya tidak dia ucapkan. Januari mengacak surai hitamnya, lagi dan lagi dia menyakiti perasaan Irama.
"Maaf"
🐶🐶🐶
Jadi kalian tim mana?
Januari & Sahila, atau Januari & Irama?.
Kalo Aku sih udah pasti Januari & Aku 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Januari, Lee Jeno.
Teen FictionJanuari, Si Anak bontot yang suka ngen--- salah maksudnya Januari, si anak Bontot yang suka ngeluh sama namanya.