Netra Segara, 22 Maret 2021.
Waktu terus terpilin erat dan renggang, teranyam dengan rapi dan juga kusut, selalu begitu hingga pintalannya memanjang. Waktu tidak pernah berhenti berdetak, sama seperti jantung-jantung yang menginginkan gairah.
Waktu terus mendamba. Berulang-ulang. Tanpa pengulangan. Waktu terus mengalir, tak pernah kering. Meski terkadang waktu menciptakan dahaga. Waktu terus membara, menemani kembara manusia-manusia yang mendamba secercah asa.
🐚💎
Seisi kelas riuh. Pak Keith baru saja memberikan tugas kelompok Ekonomi berupa makalah penelitian yang mana satu kelompok anak terdiri dari dua orang. Semua murid di kelas kini sedang sibuk berkeliling mencari pasangan untuk mengerjakan tugas tersebut.
"Connie jing buruan lu sama gua!" teriakan seorang gadis berambut ponytail bernama lengkap Sasha Braus terdengar melengking dari pojok kelas.
Suara teriakan itu disela oleh seorang cowok bertubuh tinggi. "Woi gak bisa gitu anjrit! Koni sama gua!" Cowok berparas tampan itu namanya Jean Kirschtein.
"Diem Kirschtein! Dia udah gua booking!"
"Ahelah Jingan! Koni aja direbutin. Kenapa sih? Lihat dia mukanya udah kayak orang paling pinter sedunia. Sombong bukan main!" celetuk seorang cowok bernama Eren Yeager yang sedang duduk berpasangan dengan seorang perempuan berambut hitam legam bernama Mikasa Ackerman. Yang disebut sebagai Connie tadi saat ini benar-benar sedang memasang wajah belagu. Merasa bangga karena diperebutkan oleh kedua temannya.
"Connie lu jangan ge-er ya, tot! Gue ngajak elu biar lu yang jadi babu!" seru Sasha. Jean mengangguk, "Iya njing. Jangan sok lu!"
"HALAH EMBUNG DA AKU MAH SAMA KALIAN. PUNDUNG. AING PUNDUNG." (Halah, aku nggak mau sama kalian. Aku merajuk!)
"Jangan gitulah, bestie!" Sasha dan Jean langsung kompak berkata begitu setelah Connie mengatakan ia merajuk.
"Nggak mau. Aing pundung pokona mah. Floch! Floch anjing lu sama gua!" Connie menggeleng sambil tetap memasang wajah pura-pura marah dan berteriak pada Floch Forster yang sedang asyik bermain game di pojokan.
"Ih embung!" (Ih nggak mau!)
"Si Anak Anjing!" Connie menyahut kesal dan mengumpat atas jawaban Floch yang di luar ekspektasinya.
Suasana kelas begitu ricuh dan ribut.
Semuanya ribut mencari pasangan untuk mengerjakan tugas. Ada yang berebut, ada yang mengajak berpasangan, ada pula yang menolak ajakan dan memilih orang lain. Sebagai anak yang pintar, sang wakil ketua kelas bernama Armin Arlert selalu menjadi rebutan orang-orang untuk dijadikan pasangan.
Armin sih bebas mau berpasangan dengan siapapun. Namun kali ini dia sudah punya orang yang akan dia ajak berpasangan.
Armin sedari tadi sudah dengan sabar menolak ajakan dari teman-temannya. Satu persatu kalimat maaf keluar dari mulutnya. Armin malah mendatangi seorang perempuan berambut blonde di pojok ruangan kelas. Perempuan itu terlihat begitu suram. Sehari- hari dia memang selalu terlihat begitu. Entah punya beban apa ia sehingga mukanya begitu datar seolah patung yang kaku.
"Hai, Annie..." satu sapaan keluar dari mulut Armin. Sapaan itu diikuti dengan rapalan nama milik sang hawa.
Annie hanya melirik Armin sekilas, lalu kemudian berdecih. Dia lagi dia lagi, membosankan. Annie agaknya sudah lelah. Laki-laki berambut pirang yang lebih gelap darinya itu beberapa waktu belakang ini terlalu sering menyapanya untuk kemudian melakukan sesuatu hal bersama. Entah itu ke kantin bersama, atau ke perpustakaan, atau juga ke laboratorium. Sesekali Armin akan menawarkan tumpangan pulang sekolah atau sekedar mengajaknya mengobrol. Padahal Annie sama sekali tak menginginkan orang lain di sekitarnya. Tetapi cowok bermata biru gelap yang teduh seperti lautan pasifik itu terus saja berada di jangkauannya. Maksudnya apa sih?
Cowok keras kepala bernama Armin Arlert ini sungguh menyebalkan.
"Ayo mengerjakan tugas ekonomi bareng-bareng..." Armin lantas duduk di kursi depan Annie sambil membuka buku paketnya.
"Gue mau ngerjain sendiri." Annie Leonhart mengeluarkan suara datarnya untuk kali pertama. Armin hanya terkekeh kecil. "Tapi Pak Keith bilang ini tugas berpasangan. Yang mengerjakan secara individu nanti nilainya nggak bakalan beliau input, loh, Ann."
"Gue kerjain ini sama Hit—"
"Hitch udah sama Marlowe tuh," kata Armin memotong perkataan Annie sambil menunjuk Hitch dan Marlowe yang kini tengah asyik berdiskusi berdua.
"Hitch sialan!" dengus Annie dengan suara pelan namun penuh penekanan. Gara-gara Hitch dia harus berpasangan dan berdiskusi dengan cowok menyebalkan dan sok iya semacam Armin Arlert ini. Dan Annie sama sekali tidak menyukainya. Sungguh.
ㅡtbc
-
a/n
Halo, ini cerita pertamaku. Semoga kalian suka ya!
Cerita ini adalah modern alternate universe yang nggak akan mengandung spoiler manga atau animasinya ya... (insya Allah)
Terima kasih sudah membaca cerita ini ya! Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar di setiap paragrafnya biar aku tetap semangat untuk menulis. Jangan lupa juga untuk share ceritaku di media-sosial kalian baik itu anitwt, instagram story ataupun di mana saja ya biar ceritaku bisa dikenal luas. Terima kasih banyak!
Oh iya, hari ini tepat tanggal 22 Maret nih. Selamat ulang tahun untuk karakter female lead di cerita ini, Annie 'cantik' Leonhart :<
Amazing official art by @Mushiyo07 on twitter. Aku pas pertama kali liat art ini langsung berdiri terus nahan jerit mau nangis soalnya gemes banget. Please Isayama beri mereka ending yang bagus chapter 139 nanti :)
YOU ARE READING
Netra Pasifik | aruani
RomanceSLIGHT NSFW Armin Arlert dan Annie Leonhart itu seperti bumi dan langit. Armin adalah pria yang ceria, murah senyum dan mudah bergaul. Sementara Annie adalah wanita yang pendiam, berwajah datar seperti papan triplek dan sangat sulit berbaur dengan...