🌊 t i g a

433 47 27
                                    

Armin dan Keanehannya Malam Ini, 31 Maret 2021


Jangan lupa untuk vote dan komen di setiap paragraf. Enjoy ya bacanya. 


Warning: contains NSFW part. Harusnya aku up malem aja tapi aku gak yakin kuotaku masih ada ntar malam jadi yaudah sekarang aja up-nya ahahahaa. Maaf kalau agak aneh. This is my FIRST TIME😃


Masih sudut pandang Annie.


Annie:

Jam sudah menunjukkan jam delapan malam. Aku sudah dua jam duduk menunggu kepulangan Armin. Aku berpindah-pindah. Yang awalnya menunggu di meja makan, beralih menunggu di sofa ruang tamu dan kini aku menunggunya pulang di depan sofa televisi sambil menonton serial netflix yang membosankan.

Biasanya lemburnya Armin hanya akan sampai jam tujuh. Sepertinya dia akan terlambat lebih sejam. Aku lelah menunggu jadi aku putuskan untuk membuka blok nomornya. Barangkali mungkin dia akan mengirimiku pesan. Tapi harapanku kosong. Bel pintu berdentang lalu terdengar suara pintu terbuka. Itu pasti Armin. Aku segera berdiri dan melihatnya menenteng tas laptopnya dengan tubuh yang lesu dan wajah yang pucat. Mau tak mau aku khawatir. Takut saja jika dia kelelahan karena overwork.

Aku menghampirinya dengan maksud membantunya melepas jas dan dasinya dan membantu menyimpan tasnya. Namun ketika aku mendekatinya, dia malah memelukku dengan satu tangannya menyimpan tas laptop di sofa ruang tamu.

"Armin?" Aku memanggil namanya ketika dia memelukku sambil berdiri. Hanya memeluk saja sambil kepalanya dia surukkan ke ceruk leherku. Pria yang usianya lebih muda setahun dariku ini terlihat begitu lelah. Nafasnya agak berat dan itu sedikit membuatku merasa geli. Segera saja aku mengusap rambutnya perlahan. Berusaha mengurangi rasa letihnya.

Aku dengar dia menggumam. Entah menggumam apa, mungkin saja keluhannya tentang Erwin yang selalu memberinya tugas berlimpah atau Hange yang selalu merecokinya dengan—

"Armin! Kamu ngapain?!" Astaga! Dia mulai menciumi leherku. Ciuman yang bukan sekedar ciuman, melainkan ciuman dengan gesekan, hisapan, serta sedikit gigitan yang mengundang erangan keluar dari mulutku. Oh God! He's driving me crazy!

Sial! Dia semakin terprovokasi dengan suara-suara aneh yang kukeluarkan. Aku segera meraih bahunya untuk berpegangan ketika dia semakin menekanku. Ugh, pasti leherku kini sudah mulai dipenuhi ruam-ruam kemerahan.

Ciumannya tak berhenti di leher. Armin yang masih lengkap dengan setelan kerjanya itu mulai menciumi rahangku dan kini di bibir. Sial! Dia menciumiku dengan tergesa-gesa. Aku tidak bisa mengikuti temponya. Tak biasanya aku dibuat kewalahan dengan ciumannya. Biasanya Armin akan menciumku dengan lembut dan teratur. Dia jarang sekali mendominasi ciuman kami—sejujurnya, aku yang sering mendominasi ciuman.

Rasanya sangat aneh namun juga menyenangkan ketika dia mulai mendominasi.

Entah setan apa yang kini merasuki Armin. Yang pasti kini ciuman itu tak lagi sekedar saling menekan otot bibir. Namun Armin sudah memaksa lidahnya masuk ke rongga mulutku dan lidahnya mulai mengabsen gigi-gigiku dan menyapa lidah milikku. Tangannya mulai mengusap punggung hingga pinggangku sementara tanganku sendiri sudah sibuk dengan rambutnya. Saat ciuman itu sudah semakin panas dan aku hampir kehabisan nafas, aku mendengar bel berbunyi berkali-kali. Seketika aku ingat akan  pesan yang dikirimkan Reiner tadi sore.

Segera saja aku mendorong dadanya dengan paksa dan meraup oksigen sebanyak-banyaknya ketika ciuman ini terlepas. Aku tatap mata birunya yang dipenuhi kabut gairah. Aku menarik nafas sekali lagi sembari membenahi ikatan rambutku yang rusak karena ulahnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 31, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Netra Pasifik | aruaniWhere stories live. Discover now