🌊 s a t u

311 50 24
                                    

Netra Segara, 22 Maret 2021

jangan lupa untuk klik vote dan komen di setiap paragraf, aruani stans!

enjoy the story!

---

Dulu, Armin tak pernah sekalipun membiarkan dirinya berlama-lama di dapur saat pagi datang. Armin tak pernah sarapan di rumah, tentu saja. Setiap pagi, jika kebetulan perutnya terasa lapar dan butuh diisi makanan, ia akan mengunjungi salah satu bakery favoritnya di lantai satu gedung Tybur'sㅡapartemennya. Dapur baginya hanya akan dia kunjungi ketika ia memasak untuk makan malam. Itupun sangat jarang karena Armin sendiri seringkali memesan makanan dari luar.

Tapi kini, Armin punya hobi baru soal dapur. Ia kini suka sekali duduk di kursi bar dapur sambil menikmati pemandangan baru yang memanjakan matanya. Tak lain dan tak bukan, ialah pemandangan wanitanya Annie yang akan berdiri di depan kompor listrik untuk memasak sarapan mereka berdua.

Bagi Armin, pemandangan seperti ini sangatlah ia sukai. Ia sangat suka menatap Annie berdiri membelakanginya sambil tangannya sibuk dengan wajan dan spatula di tangan kanannya. Ditambah dengan t-shirt kebesaran yang beraroma seperti Armin yang ia pakai saat memasak, celemek abu-abu bergambar karakter singa yang lucu serta rambut blonde-nya yang dicepol asal. Ah, indah sekali.

"Ar, aku masak nasi goreng. Kamu mau telurnya yang gimana? Matang atau setengah matang? Ceplok? Dadar?"

Armin terhenyak saat suara datar milik istrinya merasuk ke gendang telinga. Ditatapnya wajah Annie yang tak kalah datar dengan permukaan meja itu. "Anything is okay. Tapi aku lebih suka ceplok yang matang. Tolong ya Annie," Sudah itu saja. Annie berbalik lagi dan kemudian menggorengkan telur seperti yang suaminya minta. Tanpa banyak omongan lain. Tak sampai dua menit, hidangan untuk sarapan pun jadi. Annie membawakan sepiring nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi di atasnya.

"Habiskan," kata perempuan itu sembari ikut memakan bagiannya. Armin mengangguk sambil tersenyum. Ia jadi ingat dulu ketika mereka masih berpacaran, Annie mengomeli dirinya yang selalu melewatkan sarapan.

"Sarapan sana! Gue males kalau harus ngurus orang sakit,"

"Aru udah sarapan kok."

"Memangnya makan donat mini dua biji bisa dibilang sarapan? Sana makan nasi!"

"Aru nggak suka makan nasi selain masakan dari rumah, sih."

"Aneh. Padahal sama-sama nasi."

"Annie aja yang masak setiap pagi, gimana? Nanti Aru janji deh sarapan nasi terus..."

Annie mendelik. "Gue juga punya kerjaan kali. Hidup gue bukan cuma buat ngurusin lo doang. Lo siapa? Bapak gue juga bukan."

"Ish, ketus banget. Kalau gitu Aru mau jadi keluarga Annie aja biar dimasakin tiap pagi."

Annie hanya terdiam. Berusaha mengacuhkan Armin dengan sibuk memperhatikan layar smartphone di genggamannya. Dia tak ingin mendengar Armin lebih jauh karena—

"Annie, nikah sama Aru yuk?"

—karena Armin akan menggodanya dengan kalimat ajakan nikah seperti itu.

Armin tersenyum sekilas. Nasi di piringnya jadi terasa dua kali lipat lebih enak.

Terdengar seperti kalimat bucin, tapi buatan tangan Annie selalu punya sisi istimewa
tersendiri bagi Armin.

Netra Pasifik | aruaniWhere stories live. Discover now