16. Kode

15 3 0
                                    

"Wanita yang keji, untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk wanita yang keji pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik, dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik." (QS. An-Nur : 26)

***

"Masya Allah."

Alif sungguh tidak sadar dengan apa yang baru ia ucapkan. Hati, pikiran, dan mulutnya seakan bekerja sama agar ia mengucapkan kalimat tadi.

"Aduh, gue hampir nyasar." beruntungnya, Kayla yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu berhasil mengusir kecanggungan disana.

Ara pun beralih menatap sahabatnya. "Gue kan udah bilang, pake toilet ruangan ini aja."

Kayla hanya mengibaskan tangannya, lalu merapikan jilbab yang ia gunakan.

Jilbab yang Kayla pakai memang tidak sebesar milik Ara hanya sebatas dada saja. Tapi sudah syukur Kayla mau mengenakan jilbab.

"Ada apa ni? Gue yang sakit, kalian yang dapet hidayah?" bukankah sudah dikatakan kalau Arfan suka asal bicara. Dan sekarang pun ia melakukannya.

Kayla mendegus. Ia berjalan mendekati Arfan yang terbaring di atas ranjang rumah sakit itu.

"Kalo bukan karena lo nolongin Ara. Gue males banget nengokin lo."

Mendengar hal itu, Arfan geleng-geleng kepala tak menyangka. "Astagfirullah, jadi lo gak ikhlas jenguk gue? Padahal kalo jenguk orang sakit, pahalanya gede."

"Masa?" Kayla bertanya tak percaya.

"Tanya Alif kalo gak percaya."

Kayla pun langsung beralih menatap Alif. "Bener, Lif?"

"Ha?" apa perlu dijelaskan kalau Alif sedang tidak fokus sekarang?

Arfan tidak heran meski ini merupakan pertama kalinya Alif kurang memperhatikan sekitarnya. Arfan tau yang menjadi perhatian Alif sekarang hanya satu. Tentu saja Ara.

Arfan bahkan setuju kalau memang Ara terlihat lebih cantik dengan jilbabnya itu.

Kalau saja Arfan tidak tau jika sahabatnya itu menaruh hati pada Ara, Arfan pasti akan menaruh hatinya juga pada gadis itu.

Pasalnya, Ara tidak hanya cantik. Ia juga baik dan pintar. Lelaki mana yang tidak mudah menjatuhkan hatinya pada gadis seperti itu?

Baiklah, kembali ke Kayla yang kini menanyakan apa yang ia ingin tau dengan jelas. "Emang kalo jenguk orang sakit pahalanya gede?"

"Oh iya. Siapa saja yang menjenguk orang sakit akan senantiasa berada di kebun surga sampai ia kembali. (HR. Muslim)"

Hadist yang disebutkan oleh Alif itu mengartikan jika saat kita menjenguk orang yang sedang sakit akan memperoleh pahala yang sangat banyak seperti orang yang sedang ada di kebun surga yang memetik hasil buah didalam surga.

Ada pun hadist lainnya; Barang siapa yang mendatangi saudaranya muslim (yang sakit) untuk menjenguknya, ia berjalan diatas kebun surga hingga ia duduk. Apabila ia duduk, rahmat (Allah) akan menyelimutinya. Bila waktu itu pagi hari, tujuh puluh ribu malaikat akan bersalawat kepadanya hingga sore hari, dan apabila ia melakukannya di sore hari, tujuh puluh ribu malaikat tersebut akan bersalawat kepadanya hingga pagi hari. (HR. Ahmad, Abu Dawun dan Ibnu Majah. Syaikh al-Albani berkata: hadis sahih)

Di dalam riwayat dari Ibnu Majah tertulis jika malaikat memohonkan ampun pada Allah, untuk siapapun yang menjenguk orang yang sedang sakit. Kita sebagai manusia seringkali tidak bersyukur dengan kesehatan yang sudah Allah berikan untuk kita dan beranggapan jika kesehatan adalah hak kita seperti tidak ada yang mengatur sehat atau sakit.

Padahal sehat dan sakit kita ada ditangan Allah Azza Wa Jalla. Sudah sepatutnya kita bersyukur untuk apa yang kita dapatkan hari ini. Setidaknya mari bersyukur karena masih bisa menghirup udara yang Allah beri secara cuma-cuma.

"Wooaaa," Kayla bersorak senang. Lalu perhatiannya kembali pada Arfan. "Kalo gitu lo jangan sembuh-sembuh. Nanti gue jengukin tiap hari."

"Lah? Itu namanya lo nyumpahin gue sakit terus." Arfan sungguh tak habis pikir dengan Kayla.

"Ya, kan biar pahala gue makin banyak."

Oke, mari berjalan dari Kayla dan Arfan yang masih berdebat. Kita kembali ke Alif yang disibukkan dengan meletakkan roti dan buah-buahan yang ia bawa itu ke atas piring.

Ara yang membawa totebag berisi rantang makanan ditangannya, berjalan mendekat. "Dari tadi?" tanyanya pada Alif.

"Barusan," jawab Alif yang berusaha untuk tidak mengangkat kepalanya lagi.

"Ini gue bawa nasi sama lauk, ada sayur juga. Arfan bilang dia belum makan," katanya sambil meletakkan bawaannya itu keatas meja.

"Dia minta dibawain makan?" tanya Alif menyelidik.

"Engga, Arfan cuma bilang dia belum makan. Katanya makanan rumah sakit kurang enak."

Alif rasa Arfan memang jago memberi kode. Tentu maksud Arfan memang agar ia dibawakan makanan oleh Ara.

Beruntung Ara orangnya peka dan juga baik. Kalau tidak, mana mungkin ia mau repot-repot membawakan makanannya.

Alif menatap Ara lagi untuk mengucapkan terimakasih. Yang kemudian dibalas senyum tulus gadis itu dan membuat Alif kembali menunduk.

Sepertinya memang ada yang tak beres dengan jantung Alif. Dari tadi berdebar tak karuan, bahkan tubuhnya terasa panas, padahal ruangan tersebut ber-ac. Apa harus ia mendatangi dokter setelah ini?

"Ra, lo nemu orang ini dimana sih? Lemotnya astagfirullah."

"Lif, lo mungut temen kek gini dimana? Nyebelin banget na'uzubillah."

Bukannya menjawab pertanyaan masing-masing sahabatnya yang nampak kesal ini, Alif dan Ara malah tertawa.

Alif berdiri. "Gak boleh gitu, kalo jodoh nanti gimana?"

"Amit amit deh," seru mereka bersama.

"Iya siapa tau diruangan ini memang ada yang berjodoh." Sudah jelas kemana arah lirikan Alif saat mengatakan itu. Tapi kemudian ia langsung mengalihkan pandangannya kearah lain. Jadi, Alif tak yakin apakah benar ia melihat Ara tersipu, atau memang itu hanya harapannya saja.

Kalau sudah seperti ini, sepertinya bukan hanya Arfan yang jago memberi kode.







Semarang, 20/03/2021

KhalifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang