[ 2 ] Junghwan x Dahyun ; Si Anak Baru

253 45 26
                                    

special tag :: [ jeongd0nuts ]
hope you like it!
happy reading ^^

--〄--

12 April 2015, Jakarta

Junghwan masih sibuk menggambar kala itu, memadukan warna demi warna demi hasil akhir yang memuaskan. Paling tidak bagi dirinya sendiri.

Guru tak memerintahkan muridnya untuk menggambar, hanya saja Junghwan yang memang ingin. Mungkin salah satu alasannya adalah karena dirinya tak sengaja memasukan pensil warna dan crayon sekaligus ke dalam tas. Daripada menganggur, lebih baik ia pakai saja kan?

Ia masih sibuk membuat garis lengkung lainnya demi menemani gunung bantet di sisi sebelah kanan. Mataharinya telah ia warnai dan diberi senyum agar terlihat ramah, jangan lupakan sawah berisi padi yang digambar dengan membentuk huruf V lalu diberi garis ditengahnya. Khas anak seusianya.

Lagi pula, ini masih jam istirahat, apa Junghwan tak terganggu dengan keributan yang terjadi di dalam kelas?

Di saat Junghwan masih asyik dengan gunungnya, sebuah panggilan membuatnya terpaksa mengalihkan pandang dari gunung yang tinggal diberi warna itu.

"Jungwan!" panggilnya.

Junghwan sendiri menoleh dan memiringkan kepalanya sebagai tanda tanya.

"Kenapa Iki?" katanya sembari merapihkan pensil warna, lalu disusun dengan serius. Kalau warnanya gak sesuai, nanti jadi jelek dan gak rapih.

Niki, salah seorang teman sekelas Junghwan, kini tengah mengambil nafas selepas berlari dari depan kelas. Ia mendudukan diri di depan Junghwan, "Bentar-bentar, aku capek." Katanya sembari mengambil botol minum motif thomas nya yang ditaruh oleh Ibu nya di dalam tas.

Junghwan sendiri tak ambil pusing, ia masih sibuk menerka-nerka apakah yang ditaruh kedalam kotak pensil warna ungu atau biru tua terlebih dahulu?

"Iki, kamu inget nyanyiannya upin ipin gak? Yang warna-warna pelangi?" tanya Junghwan pada Niki di depannya. Niki sendiri masih sibuk meneguk air minumya, kemudian mendesah lega saat selesai.

"Hah?" beo Niki, sembari menaruh botol thomasnya ke dalam tas. Ia ikut mengintip, melihat warna-warna yang tergeletak bebas di atas meja.

Niki menggerakkan tangannya ke dagu, mengusapnya pelan layaknya seorang detektif yang tengah menyelesaikan kasus. "Kayaknya abis ijo tuh biru muda dulu, terus biru tua, baru ungu!" ujarnya pada Junghwan.

Junghwan sendiri tengah mengerutkan dahi, "Bukannya ungu dulu?" katanya bertanya. Niki membalas dengan gelengan, "Biru dulu!" ujar Niki keukeuh dengan perkataannya.

Junghwan memilih menjajarkan langsung pensil warna yang dimaksud, lalu kembali mengerutkan dahi. "Tapi kalo biru dulu jadinya aneh tau, Iki." Katanya.

Junghwan masih bingung dengan warna apa yang ditaruh setelah hijau, dan memilih mencolek bahu perempuan seusianya yang tengah menyantap bekal di meja sebrang.

"Jia, kalo habis warna ijo tuh warna apa?" tanyanya pada perempuan keturunan China tersebut. Jia, salah seorang teman sekelas Junghwan dan Niki pun menoleh, menatap Junghwan dengan pipi penuh.

Ia memperhatikan warna yang di jajarkan oleh Junghwan, lalu bergumam aneh. "Warnwa bwiru dulwuuu," katanya. Junghwan menyerit, "Hah?" ujarnya sembari mengerjap bingung.

Jia sendiri segera menelan makanannya, "Biru duluuu," katanya setelah berhasil menelan sosis dengan brokoli serta nasi yang ia makan sekaligus.

Junghwan pun mengangguk, "Oke, makasih Jia." Katanya, lalu kembali menyusun warna.

La PeachesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang