Matahari muncul sedikit demi sedikit menyinari dunia dan menyadarkan umat manusia untuk kembali menjalani aktifitas mereka. Menyiapkan dan memasukkan buku pelajaran secukupnya, memakai seragam dengan sedikit terburu-buru, menata rambut dengan sebaik mungkin serta tidak lupa untuk memastikan badannya sudah wangi dengan parfum andalannya, kemudian menuju ruang makan untuk langsung menyantap sarapan paginya sebelum bergegas menuju sekolah barunya setelah beberapa hari yang lalu pindah rumah dengan jarak yang cukup jauh dari rumah sebelumnya.
Elang Amintor Gharafy. Anak kedua dari dua bersaudara ini sekarang sedang menyusuri tangga rumahnya menuju piring berisi sarapan pagi kesukaannya yang sudah disiapkan Mama-nya di atas meja makan, Nasi goreng tanpa kecap. Ia menaruh tas hitam miliknya di kursi dan langsung melahap habis semua makanannya dalam sekejap.
"Mah, Elang berangkat ya. Udah mau telat nih kayaknya," ia mengambil tas yang ia taruh di kursi dan langsung menghampiri Mama kesayangannya yang sedang duduk di sofa empuk di sudut ruangan sambil membaca sesuatu.
"Okeyy. Hati-hati yaa sayang, kamu bawa motor aja dulu yaaa soalnya hari ini Mama mau ketemu temen lama Mama, jadi mobilnya mau Mama pakai," jawab Mamanya sambil tersenyum. "Ohiya Elang, nanti Mama juga pulangnya agak terlambat, kamu nanti pulang sekolah langsung ke bandara ya jemput Kak Fasha, dia pulang hari ini," lanjut Mama sambil mengelus rambut Elang.
Mamanya adalah seorang single parent yang mengurus Elang semenjak lima tahun silam. Ayahnya meninggal dunia karena sebuah kecelakaan yang saat itu cukup membuat Elang dan keluarganya merasa terpuruk. Kakaknya adalah seorang ibu rumah tangga yang tidak seperti ibu rumah tangga karena sibuk menjadi reseller online shop disana sini karena tidak mau diam saja, padahal suaminya sudah bilang tidak perlu bekerja. Ia sudah menikah dengan laki-laki tampan dan sukses. Hanya saja, dibalik kesuksesan suaminya itu ia harus mau jika diminta untuk ikut bekerja di wilayah yang selalu berubah-ubah menyesuaikan tugas suaminya. Namun sepertinya hari ini kakaknya akan pulang dan menjenguk keluarga kecil ini, sudah tiga bulan kakaknya belum pulang.
"Siaaap, Mah. Kalo gitu Elang pergi dulu, Assalamualaikum," kata Elang sambil balik tersenyum dan menyalami tangan Mamanya dengan tulus disusul dengan kecupan kecil dari Mama. Elang langsung berjalan menuju depan rumahnya dan menaiki motor kesayangannya yang bisa dibilang sudah cukup tua untuk tetap dipakai sehari-hari. Elang sangat menyayangi motor itu.
***
Jalanan begitu padat merayap pagi ini, hampir tidak ada celah bagi Elang untuk melajukan motornya dengan kecepatan melebihi 50 km/jam, padahal dia sudah hampir terlambat. Sesampainya di sekolah, pagar depan sekolah terlihat sudah hampir ditutup oleh satpam jika saja Elang terlambat untuk melangkahkan kakinya barang semenit, karena hari ini Hari Senin jadi tentu saja jam masuk sekolah menjadi lebih awal dibandingkan dengan hari-hari yang lainnya. Ia langsung memarkirkan motor yang sudah menemaninya bertahun-tahun itu ke parkiran yang didepannya sudah bertuliskan 'Parkir roda dua' dengan panah kecil dibawah tulisan yang menunjukkan untuk belok ke kiri bagi pengendara motor yang akan parkir.
"Hampir aja gue telat, ini gue kudu kemana ya anjir gue ngga tau," Elang celingukan beberapa detik di tempat parker memikirkan ia harus kemana. Mau langsung ikut upacara bendera tapi setahu dia biasanya anak baru selalu ke kantor guru dihari pertamanya dan baru masuk kelas dengan wali kelas, mau langsung ke kantor guru tapi kayaknya guru-guru sudah terlihat siap di lapangan untuk mengikuti upacara bendera. "Coba masuk dulu aja deh, nanti juga sampe ruang guru."
"Elang kan?" baru beberapa langkah Elang meninggalkan tempat parkir, seorang wanita paruh baya memanggil namanya dengan perlahan dan terdengar lembut. Sepertinya itu salah satu guru di sekolah. "Kamu segera ya ke kantor guru, Pak Heru sudah nungguin kamu dari tadi. Kamu kan anak baru, jadi ngga perlu ikut upacara dulu. Kamu ke lantai dua saja menemui wali kelas kamu biar ditemani sebelum masuk kelas," ujar guru itu sambil tersenyum ramah dan langsung melanjutkan langkahnya ke arah lapangan.
Elang yang belum sempat mengucapkan terima kasih itu langsung kembali berjalan, berniat untuk menuju ke ruang guru di lantai dua yang dimaksud oleh si Ibu tadi, ia sedikit tergesa-gesa. Merasa tidak enak karena mungkin wali kelasnya sudah menunggu lama di ruang guru karena ia terlambat datang.
Braakkkkkk! Baru saja mau berbelok menuju tangga untuk naik ke lantai dua, tiba-tida ada seorang perempuan yang juga mengenakan seragam SMA menabraknya dengan cukup keras. Elang yang memang sedang terburu-buru menjadi sedikit terkejut dan sempat terdiam sebentar melihat orang yang menabraknya sedang berusaha bangkit.
"Aduh maaf ya kak aku ngga sengaja banget soalnya buru-buru jadi aku ngga liat jalan dengan baik terus jadinya ke-"
"Ngga papa kok santai aja," Elang langsung memotong perkataan orang tersebut dan lanjut menaiki anak tangga didepannya, mengingat ia harus segera bergegas menuju ruang guru. Terlebih orang yang menabraknya berbicara begitu cepat dengan satu tarikan nafas membuat Elang pusing mendengarnya.
Ramai terdengar suara para murid menyanyikan lagi Indonesia Raya dari lapangan, upacara bendera sudah dimulai. Elang saat ini sedang duduk di kursi yang ada di ruang guru dan mendengarkan cerita dari wali kelasnya yang bernama Pak Heru itu untuk beberapa menit dan merasa bosan. Sampai akhirnya bel masuk untuk pelajaran berbunyi.
Kriinngggggg!
A/N: Haalloow Selamat malamm semuanyaa
Hari ini aku upload bab ini duluu, masih kayak perkenalan gituuu, besok baruu deh masuk kek ceritanyaa heheheh. Btw buat yang udah baca makasih bangett, maaf juga kalo ada yang typo wkakak namanya juga manusia. Tapi aku udah berusaha sebaik mungkin meminimalisir typonyaaa wkwkk.
Jangan lupaa di votee, komenn sama di sharee biar pada baca jugaa critaa akuu, lovv <3
![](https://img.wattpad.com/cover/262547957-288-k958643.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Amintor-Ku
Teen FictionPertemanan orang tua Syifa dan Elang benar-benar mengejutkan. Bukan pertemanannya, tapi apa yang mereka putuskan dengan dasar sudah berteman lama. Kepindahan Elang menuju kota yang ditinggali Syifa merubah banyak hal dalam hidup Syifa maupun Elang...