YN-2

8 2 0
                                    

"F-fi" racaunya bergetar.

Aku memeluknya makin erat untuk memberinya ketenangan sebisaku

"Uda jangan nangis, malu-maluin tau nggak ndra," bisikku lagi.

"G-gue t-takut"

"Iya gue tau lo takut," potongku cepat.

Aku meraih sebuah buku didekapan Handra, yang aku yakini itu adalah novel remaja.

"N-novel g-gue" protesnya saat aku menarik paksa novel itu dari dekapannya.

Aku mendengus, tak memperdulikan protesnya. " Tas lo mana?"

"N-novel gue b-basah.." rengeknya lagi.

"Gue tanya tas lo dimana Han!" ujarku lagi.

Dia menunduk, mulai terintimindasi denganku. "Kelas."

Aku menghela napas, "Hp lo?"

"ini"

"Hidupin senternya," kataku.

Handra langsung menurutiku, gadis itu benar-benar menjadi patuh saat aku sudah mulai tersulut emosi.

Disedikit cahaya itu aku bisa melihat wajah sembab Handra dengan rambut panjangnya yang teruntai tak beraturan. Serta seragam sekolahnya yang masih lengkap.

Aku memundurkan tubuhku, memberi jarak agar Handra tak basah oleh bajuku.

Aku mulai meringis saat perih dikaki dan udara dingin menyerangku dalam sekali waktu, tubuhku mulai menggigil kedinginan.

"F-fi maafin gue, gara-gara gue, lo jadi kehujanan terus lo-" ujarnya tersendat sambil menghapus air matanya kasar.

"Iya,"potongku sambil menatapnya dengan serius. Sungguh dalam hati ku sama sekali tak ada rasa kesal dan menyesal telah menerpa hujan hanya untuk nya. Justru mungkin jika ia tak mengabari ku aku yang tak tau kelanjutannya apa.

"Lo kok bisa jam segini masih disekolah?"

"G-gue ketiduran, waktu bangun gue kaget uda gelap terus hujan." katanya melirikku takut dengn mata berkaca-kaca.

Aku menghela napas kasar mencoba menahan dingin yang mulai menyerang tulang.

"Jangn bilang gara-gara lo maraton baca novel." kataku lagi.

Handra tak menjawab ia hanya menunduk.

"Bukannya tadi uda gue suruh pulang duluan, kenapa malah ke perpus coba." tanyaku lagi. Karena seingatku  saat jam terakhir tadi aku memintanya pulang terlebih dahulu karena aku melakukan ulangan susulan dengan pak Amin.

"Gue bosen, Rakia juga gak bisa jemput" katanya memberi alasan.

Aku meraba lututku yang perih,

"Fi, lo kedinginan, mau pake seragam gue? Gue pake baju daleman juga kok."

Aku menggeleng, "Gak usah nanggung ntar malah basah semua."

"Fi, pake ini aja" katanya hampir melepas seragamnya.

Aku langsung mencari cara agar ia mengurungkan niatnya. Aku takut ia sakit menggigil nantinya.

"Nggak usah Han, eh, novel lo tadi judulnya apa? Kayaknya gue  pernah baca deh, tapi agak lupa jalan konfliknya gimana. Bisa lo ceritain nggak?" pintaku

"Seriusan!" teriaknya heboh.  "Masak lo uda baca sih fi, gue aja baru nemu ini." katanya menatapku penuh binar.

Aku tersenyum, menepuk kepalanya sekali, "Makanya ceritain ulang buat gue bisa?"

Dia mengangguk antusias, melupakan niatannya yng ingin melepas seragam dan juga ketakutannya tentang hujan.

Sedangkan aku makin meringkuk sambil mendengarkan Handra bercerita tentang novelnya.

Tbc.

210318

Dibalik PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang