YN-3

10 2 0
                                    

Menit berlalu menjadi jam, dan sudah satu jam lebih handra menceritakan Isi kandungan dari novel yang ia baca kepada ku, jujur saja aku tidak mendengarkan dan tidak begitu paham dengan apa yang diceritakan. Tapi walaupun begitu aku tetap mengangguk, bergumam 'ya' atau sekedar menggeleng jika ditanya ini itu oleh nya.

Setelah puas bercerita, Handra tertidur pulas dan aku tidak membangun kan nya, ini lebih baik dari pada mendengar nya menangis atau bercerita tentang novel nya lagi.

Setelah memastikan Handra benar-benar tertidur, aku mengambil ponselnya untuk kudekap didadaku. Jujur saja aku benci saat-saat seperti ini, saat rasa takut menghampiri diwaktu yang tidak pas.

Ku arah kan cahaya ponsel kearah Handra yang tertidur dengan posisi terduduk. Aku tersenyum tipis, aku takut tapi aku lebih takut kalau Handra tau aku takut.

Karena yang Handra tau aku adalah sahabatnya yang paling berani dan aku tak mau mengecewakan nya yang sudah bergantung pada ku.

Aku menghela nafas sambil melihat suasana sekeliling yang suram.  Memang benar kata orang, Saat malam sekolah sebagus apapun tetap akan terasa mencekam.

Karena itu lah yang aku rasakan sekarang, apalagi mengingatmemiliki rumor yang berkembang pesat di kalangan masyarakat kalau sekolah ku sebagai sekolah Kutukan.

Itu semua disebabkan karena selalu ada kasus kematian tiap tahun nya yang konon katanya, adalah aksi balas dendam dari hantu gadis korban bully yang bunuh diri disekolah ini.

Bahkan, tahun semalam Korban nya adalah teman kelas ku 'Gige' dia meninggal di toilet cewek karena terpeleset dan kepala nya membentur dinding, banyak yang percaya kalau Gige adalah keturunan atau orang yang memiliki hubungan dengan Gadis korban buly itu.

Tapi ntah lah aku juga tidak tau, yang pasti rumor tentang hantu gadis korban buli ini seperti sudah mendarah daging di Sekolah SMA 3 kami ini.

Mengingat rumor itu tubuhku yang menggigil kian menggigil. Sial, aku ketakutan. Rasa nyeri juga melengkapi penderitaanku yang seolah mendukungku untuk meraung-raung.

Drttt

Aku terlonjak saat ponsel Handra bergetar, ada pesan masuk. Nama pandu tertera disana.

'Lo dimana Han? Kok lo belum pulang? Fita juga gak ada.'

'Han? Gue sama yang lain panik ini, mama lo juga khawatir.'

Aku tersenyum lega, kenapa sejak tadi aku tidak terpikir untuk meminta bantuan yang lain.

Dengan segera aku langsung menelpon Pandu. Didering pertama aku langsung mendapat jawabannya.

'halo han! Lo dimana?'  teriak pandu menggebu.

'J-jemput gue ke sekolah pan, g-gue kejebak' kataku berteriak, bahkan aku sampai bisa mrndengar gema suaraku sendiri.

'Fita? Sekolah, lo ngapain- Halo fit? Lo dimana gila!" itu suara Hiro, aku mengenalnya. Ada Hiro disana.

'Hiro please, gue kejebak hiks, gue takut."

Pecah sudah tangisku, rasa takut dan sakit benar-benar mengalahkan ku dengan telak. Setelah itu aku mendengar sambungan telepon yang diputuskan sepihak.

Aku tak tau berapa lama aku menangis, tapi aku dapat merasakan rasa pusing yang hebat dan dingin yang semakin membekukan ku. Gigikupun mulai bergemeluk tak tahan.

Aku juga mulai merasakan sulit bernapas, dalam benakku hanya ada dua pilihan.

Mati ketakutan

Atau

Mati kedinginan.

Bruk!

Aku jatuh kesamping, akupun tak tau kenapa aku tumbang, yang pasti aku mulai merasakan tubuhku yang lemas, pusing yang teramat dan  pandanganku yang buram.

Apa aku akan menjadi korban hantu itu selanjutnya?

Seandainya aku benar akan mati, aku hanya meminta tolong selamatkan Handra dari sini.

Brak!

"Efitaaa!"



Tbc.
210319

Dibalik PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang