"Efitaaa.." teriakan ramai-ramai itu menggema.
"Efitaaa.." cahaya senter mulai nampak.
"Efitaaa.." aku tersenyum.
"Mbak efitaaa" teriakan satpam sekolah ntah kenapa membuat ku bernafas lega.
Ponsel Handra berdering, tapi ntah dimana, aku hanya mendengar getaran nya saja. Rasanya aku terlalu lemah hanya untuk membuka mataku .
"Astaga, mbak Efitaaa" teriakan satpam sekolah disertai cahaya senter yang menyorot ku dan Handra bergantian.
"Efitaaa" teriak Hiro.
"Handra" teriak teman-teman nya yang lain.
"Fit, lo kenapa??" hiro menyentuh wajahku,
"D-dingin" isakku.
Hiro langsung melepas jaketnya dan membalut tubuhku yang lembab dengan jaket kesayangannya.
Ia lalu berteriak meminta air minum sebelum memaksaku untuk membuka mulut dan sesuatu yang dingin menelusuri kerongkonganku.
Perlahan tapi pasti, aku bisa merasakan nyawa ku kembali sempurna Walaupun masih lemas, aku dibantu untuk duduk oleh hiro.
"Handra gimana??" tanya ku dengan suara agak lemah, aku rasa aku demam.
"Dia tidur?atau pingsan?" tanya Hiro kepada ku.
"Tidur" aku menyahut.
Hiro mendengus.Aku melihat sekitar ku, ternyata hujan sudah berhenti, peroustakaan juga terang dengan lampu, ternyata listrik sudah hidup.
Aku menatap Handra yang berada digendongan Beni, teman dekat Hiro.
Sedang kan pak Parlin yang merupakan satpam sekolah membereskan buku-buku perpustakaan yang berserakan,aku tak tau kenapa, mungkin Handra yang mengacau sebelum aku tiba.
Akbar, Pandu dan chiko ikut membantu pak Parlin membereskan perpustakaan.
"Uda mas Hiro, ayo cepat keluar takut nya hujan lagi" ujar pak parlin yang langsung kami angguki.
Pandu mengambil novel, kaca mata baca dan ponsel Handra.
Aku tersentak saat Hiro merobek kemeja nya lalu mengikatnya dibetisku. Aku baru menyadari ternyata luka goresan dikaki ku cukup panjang membekas.
"Aku gendong" ucap Hiro sebelum aku merasa tubuh ku melayang.
Kami menuruni tangga dengan langkah cepat seperti diburu waktu..
Aku tak peduli apa yang terjadi, yang pasti Handra sudah baik-baik saja sekarang.
-
Aku terduduk lemah di kursi ku, sungguh kejadian tadi malam benar-benar menguras tenaga dan semangat sekolah ku.
Bahkan untuk menginjak kan kaki ku ke area sekolah saja, bulu kuduk ku langsung merinding karena sejak semalam aku selalu menyangkut pautkannya tentang rumor hantu korban bully itu.
"Fifi" sapa ceria oleh suara yang sudah sangat aku hapal diluar kepala, membuatku tak perlu menoleh untuk meliht siapa yang menyapa.
"Hmm" sahut ku lemah,
"Fi, lo kenapa?" tanya Handra merangkul pundak ku dan duduk dikursi sebelah ku.
"Badan lo anget" ujar nya menempelkan punggung tangannya kekeningku.
Ya jelas anget, gara-gara lo tadi malam juga.
batin ku, tapi sekali lagi aku tegas kan pada diri ku sendiri, Handra lebih penting dari segala nya dan aku tidak mau dia tau kejadian semalam. Bisa-bisa Handra merasa bersalah padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Persahabatan
Teen FictionCerita ini tentang Fita yang memiliki sahabat terbaik dihidupnya. Yang sayangnya mendapat penolakan dari seluruh dunia tentang sahabatnya. Bahkan, Termasuk kekasihnya sendiri. Lalu apa yang akan dilakukan Fita? Memilih sahabat karibnya atau kekasih...