Three

22 3 1
                                    

When you turn off the light
I get star in my eyes
It this love?
Maybe someday
So dont turn on the light
l'II give you what you like

Lagu Avril Lavigne mengawali pagi hariku ini.Satu kata untuk hari ini. Malas. Aku tidak bisa tidur teringat masa laluku .Salah satu alasan yang mengubah sifat periangku menjadi seperti ini . Harry benar dulu aku memang periang banyak teman dan termaksud anak yang populer di sekolah menengah.Tapi sekarang sifatku berbeda teman-temanku mungkin tak mengenalku fisikku berubah rambutku kini berwarna coklat dan panjang tidak seperti saat sekolah menengah rambutku, berwarna blonde dan pendek seperti laki-laki.Badanku juga berubah dulu aku sedikit berisi, suka mengganti-ganti kontak lensa dan mengganti warna kawat gigi yang saat itu sedang tren-trennya. Hanya Harry yang berhasil mengenalku.Ingatanya mungkin sempurna.Mungkin.

****

"Hai Senflauny, datang ya ke pestaku"Kata Lily Collins. sambil memberiku satu undangan berwarna tosca.

"Terima kasih Lily"ujarku yang di jawab oleh anggukan. Lily Collins salah satu anak terpopuler di kampus.Dia cantik, pintar dan juga ramah. Makannya banyak sekali lelaki yang berharap menjadi kekasihnya.

"Kau juga di undang?"Suara itu lagi.

"Hmm.."gumamku.Dia mendelik menandakan tidak suka.

"Kau ini malas sekali berbicara"ujarnya sambil menyesukaikan langkahnya dengan langkahku.

"Itu Calum"Sambungnya sambil menunjuk ke deretan loker-loker.Ya itu Calum, Calum Hood, cinta pertamaku.

"Ekhem"Harry membuyarkan lamunanku.Dasar Tidak tahu malu.

"Tidak usah menutup-nutup.Kau tahu Calum itu masih lajang,kriteria wanita yang dia suka juga tidak macam-macam dia suka wanita berambut cokelat"Sambungnya yang membuatku memperhatikan rambutku.Coklat.Rambutku berwarna coklat.

Calum berjalan ke arahku dia tersenyum ramah lalu berlalu begitu saja.Bentar.Dia tersenyum? padaku? mimpi apakah aku semalam.

"Calum memang ramah dia selalu tersenyum kepada siapa saja meksipun ya sifatnya dingin"Damn.Kau menghancurkan hayalanku. Tapi, itu benar Calum memang ramah .Aku terlalu kepedean huft.

Aku menghela nafas .Lelah harus terus-terusan berada di sebelah lelaki ini.

"Bisa berhenti bicara tidak?"Tanyaku pada Harry. Aku mulai jengah dengan sifatnya .

"T.I.D.A.K"ujarnya dengan gelenggan kepala.Ugh menyebalkan.Kenapa dia menyebalkan? membuatku selalu naik darah.Aku kembali berjalan memasuki kelas ada Ashley di sana dia melambaikan tangan dan menyuruhku duduk di sampingnya tapi.

"Harry pergilah aku sedang ingin berbicara dengan Sen" ujar Ashley sambil mendorong bahu Harry.Tapi lelaki ini semakin menempelkan bokongnya pada bangku tersebut.

"Siapa cepat dia dapat" ujarnya yang membuat Ashley memukul bahunya keras sampai ia meringis.Rasakan.

"Mau bicara apa?"tanyaku sambil menatap ke arahnya.Sifatnya aneh tidak mau diam gelisah sekali.

"Ashton.....umm dia menyatakan cinta padaku"Ashton? aku terdiam sejenak berfikir . Apa? Ashton laki laki kembararannya Harry um maksudku yang sifatnya sedikit seperti Harry mengungkapkan cinta pada Ashley? .Bukan sebuah masalah sih.Tapi.

"Sungguh?"kataku menanyakan kepastian.

"Iya aku tidak mengerti aku takut dia hanya main-main atau dia dapat kuis TOD.Ya kami memang pernah dekat saat SMA dulu"Jelasnya yang membuatku mengangguk tanda mengerti.

"Aku tidak bisa memberi pendapat yang tahu hanya hatimu"ujarku yang di jawab anggukan oleh Ashley.

"Terima saja sahabatku itu.Dia  sangatlah pengertian dia tidak akan mempermainkanmu Ash" Ujar Harry.Sialan dia mendengarkan percakapan kita berdua.Mataku menyipit kearahnya. Dia hanya tersenyum.Lelaki gila.

"Dasar perempuan galak" cibirnya padaku.

"Btw, nama panggilanmu Ash dan nama panggilan Ashton juga Ash , ekhem jodoh tak kemana"sambungnya.Ashley hanya tersenyum kecut.Ada sesuatu yang ia sembunyikan sepertinya.

*****

"Iya namanya Sam Pepper astaga dia badboy tapi tampan sekali ugh baru masuk sudah membuatku melting"Ujar salah satu anak perempuan.Aku menautkan kedua alisku binggung.

"Sam Pepper dia masuk jurusan apa ya?"Tanya salah satu anak perempuan kepada temannya.

"Sam Pepper ? siapa?"kataku yang menyerupai bisikan.

"Anak baru dengan banyak tato di tubuhnya"Jawab seorang anak perempuan yang sama sekali tidak ku kenal.Aku hanya ber-oh ria.

Baru jam 2 tapi pelajaran sudah selesai.Ingin pulang tapi masih siang.Ah lebih baik aku ke toko vintage saja.Aku menyusuri kota NewYork dengan keadaan bahagia.Sudah lama tidak berkujung ke toko tua itu. Menyusuri kota New York sambil berjalan kaki memang istimewa.

"Selamat Datang" Sapa seorang kakek tua.Dia adalah pemilik toko ini.Toko tua yang menjual barang-barang antik dengan harga murah. Aku menyusuri setiap susunan pajangan di toko ini. Sebuah buku diary dan baju gaun berwarna coklat menarik perhatianku .Buku berwarna coklat dengan sampul timbul berbentuk peta dan gaun coklat selutut yang terdapat renda di bagian bawah.Mengingatkanku pada ayah.Dulu ayah selalu membelikanku diary kata ayah bila hati sedang gundah curahka saja pada diary. Gaun ini mengingatkanku pada Ibu.Ibu bilang anak perempuan lebih cantik bila menggunakan gaun terkesan feminim.Aku membuka isi diary tersebut ada satu halaman terakhir yang bertuliskan

"Everything gonna be alright" tulisan tua itu sepertinya menggunakan tinta karena di ujung akhir tulisan terdapat tumpahan tinta.Antik sekali buku ini. Aku membawa buku diary dan gaun tersebut menuju kasir.
"Berikan padaku........"

⭐⭐⭐
Update yay._. maaf dikit lagi sick dizzy broken heart #abaikan.
Vomments ya ^^ makasih xoxo.

Never Be // H.S & C.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang