1 || You're a Liar, Mom!

20 7 0
                                    

Kuawali ceritaku dengan mengucap "Bismillahirrahmanirrahim." Semoga dengan ini, terdapat manfaat yang bisa dipetik di dalamnya.
Ini cerita pertamaku. Semoga berkenan di hati dan dapat diterima dengan baik.

Jika ada hal baik yang kalian dapatkan, ambillah dan jadikan pelajaran. Jika ada hal yang kurang pantas, buanglah dan tegur aku dengan kata-kata yang halus (Aku gak bisa dikasarin:v)

Penting: krisar sangat sangat dibutuhkan!

Oke, langsung baca aja, yuk!

_______________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______________________________________

"Penulis dan pembaca itu ... layaknya manusia dan oksigen. Tak bisa dipisahkan dan saling membutuhkan."

  - Aimiya
_______________________________________

Pagi hari yang cerah. Namun, tak satupun suara kicau burung terdengar. Sebagai gantinya, simfoni hilir-mudik kendaraan bergema dengan merdunya di seantero kota Jakarta.

Aroma lezat masakan menyeruak dari salah satu dapur rumah di komplek Mawar. Ya, seorang ibu sedang sibuk membuat sarapan. Tangannya sangat terampil dan terlihat mampu mengendalikan semuanya. Seperti avatar bernama Aang yang bisa mengendalikan elemen api, air, tanah, dan udara.

Dia memeriksa sup yang sudah meletup-letup di atas kompor. Sekejap kemudian, kembali memotong-motong daun bawang dan menaruhnya ke dalam sup. Detik berikutnya mengangkat ayam goreng dan menatanya di piring. Lalu, tiba-tiba dia sudah berada di depan mesin cuci dan membasmi salah satu beban hidupnya. Lalu ke sana, kemudian ke sini. Ajaib memang!

Aku yang sedari tadi memperhatikannya, sakit kepala. "Ibu! Aku pusing." Ibu yang sedang mengunyah paha ayam terkejut dan menoleh. Raut wajahnya terlihat seperti seorang bocah yang ketahuan mengulum permen setelah sikat gigi malam. Buru-buru dia menaruh tulang ke tong sampah.

"Ih, ibu ... kok, dibuang? Kan, sayang itu masih ada tulang lunaknya!" protesku yang lebih menyukai tulang belulang daripada daging. "Eh, iya lupa!" pekik ibu sambil melakukan gerakan seolah-olah mau mengambil kembali tulang yang tadi dia buang. Tidak! Dia benaran ingin mengambilnya!

"Ibu! Aaa! Jangan diambil, ih jorok!"

"Awokwokwk! Lagian, siapa yang mau ngambil? Orang ibu mau buang daging yang barusan nyelip di gigi. Terus kamu plin-plan juga. Katanya sayang kalo dibuang. Giliran mau diambil lagi, ngatain ibu jorok."

"Ya, gak gitu konsepnya, Bu!"

Ibu tertawa puas setelah meledekku. Bisa kulihat ada irisan kecil cabai merah yang terselip di gigi atasnya.

"Jangan ketawa, Bu. Cabenya tuh ikutan ketawa di gigi."

Ibuku segera bercermin. Lalu melanjutkan tertawanya.

"Oh, iya! Tadi kamu pusing kenapa?"

"Ah, itu ... aku pusing liat ibu bolak-balik terus kayak setrikaan. Hehehe."

AimiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang