Di sebuah desa terpencil. Terlihat seorang anak berumur 12 tahun sedang asik berkutat dengan buku-buku favoritnya. Ia sangat teliti membaca dan memahami kalimat-kalimat indah yang tertulis di sana. Tak tertinggal, secangkir teh hangat hadir di samping kirinya.
"Danu." Itulah namanya. Dari arah dapur, ibunya-Laksmini-memanggilnya. Danu segera beranjak menghampiri Laksmini.
"Ada apa, Bu?" tanyanya saat sudah berada di dapur.
"Tolong belikan Ibu tempe di warung Bu Surti," pinta Laksmini seraya menyerahkan selembar uang kertas senilai dua ribu rupiah.
Danu menerima uang itu dengan senang hati. "Siap, Bu."
***
Selama di perjalanan menuju warung, Danu sempat bertemu dengan beberapa temannya. Ada yang sedang asik bermain kelereng di tepi jalan. Ada juga yang hanya sekadar berbincang santai di pos ronda. Mereka terlihat bahagia menikmati masa kecilnya.
"Assalamualaikum, Bu Surti," panggilnya pada pemilik warung.
"Waalaikumussalam. Eh ... Danu." Bu Surti beranjak keluar seraya membenarkan letak gendongan bayi yang melingkari tubuhnya.
"Iya Bu, hehe. Danu mau beli tempe, Bu. Masih ada, nggak, ya?"
"Masih, kok. Bentar, ya."
"Bu, Aldo pulang!" teriak seorang anak seumuran Danu dengan memakai seragam sekolah lengkap seperti anak SD pada umumnya.
"Eh, ada Danu," kata Aldo yang baru menyadari keberadaan Danu di sana.
Danu tersenyum sedikit canggung. "Iya, Do. Kamu baru pulang sekolah?" tanya Danu.
"Iya. Hari ini aku ada les. Soalnya bentar lagi mau ada ujian kelulusan," ujar Aldo.
"Emang harus ikut les, ya? Bukannya yang diujikan juga semua pelajaran yang pernah dipelajari? Kenapa kamu nggak belajar ulang lagi aja di rumah? Lumayan, 'kan, uang les-nya bisa disim-"
"Heh, Danu. Kamu jangan mempengaruhi anak saya, ya. Saya nyuruh Aldo ikut les di tempat mahal biar nambah pinter. Nggak kaya kamu yang masih kecil udah banting tulang untuk keluarga. Bilang aja kamu iri karena nggak bisa sekolah kaya Aldo," tukas Bu Surti tiba-tiba.
Hati Danu terasa perih. Kalimat tajam itu hadir lagi untuk yang ke sekian kali. Namun-dengan sangat terpaksa-Danu tetap mengembangkan senyumnya.
"Nggak kok, Bu. Insyaallah Danu nggak iri, hehe. Oh ya, Bu, ini uangnya. Danu pamit pulang, terima kasih. Assalamualaikum," pamit Danu segera pergi meninggalkan warung Bu Surti.
***
Kini Danu sudah sampai di rumah. Pikirannya sedikit terganggu karena ucapan Bu Surti tadi. Danu mengembuskan napas perlahan. Air matanya mulai turun membasahi kedua pipinya. Danu mencoba menerima semua dengan lapang dada. Mau bagaimanapun, ucapan Bu Surti memang ada benarnya. Danu tidak mampu bersekolah seperti anak-anak yang lainnya.
"Nu ... eh, kamu kenapa, Nak?" tanya Laksmini panik melihat wajah Danu sudah sembab.
Danu segera menghapus bulir air mata yang ingin menetes lagi. "Nggak papa kok, Bu."
Laksmini mengambil posisi duduk dekat putranya. Mengalihkan wajah Danu agar menatap ke arahnya. "Danu itu anak Ibu. Jadi, Ibu paham banget kalau Danu nangis, pasti ada orang yang udah nyakitin hati Danu, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa Danu
Ficțiune adolescențiIni cerita tentang seorang anak yang masih berusia dua belas tahun. Namanya Danu. Sedari dulu, Danu memiliki cita-cita yang jarang diinginkan anak kecil pada umumnya. Saat yang lain memilih bermain, Danu lebih Ingin memosisikan diri sebagai pemuda y...