Hujan dan (G)enagan

9 0 0
                                    

H.U.J.A.N
D.A.N
(G).E.N.A.N.G.A.N


Hujan memang begini adanya. Hadirnya seringkali membawa rindu, terutama tentang masa-masa yang tak ingin di ingat sebenarnya. Dan ketika pergi, ia juga menyisahkan genangan yang membuat siapa saja bisa terjatuh lebih dalam tanpa dugaan.
Sejujurnya, hujan tak sepenuhnya salah tentang hadirnya ingatan yang muncul kepermukaan. Salahkan saja kinerja otak, mengapa mudah sekali mengingat hal-hal seperti ini.

Akan jauh lebih baik jika dia mengingat rumus-rumus yang diberikan oleh dosen statistic saja, sungguh ini akan jauh lebih bermanfaat untukku nanti. Setidaknya saat dalam ujian nanti kan?
Meski sudah terjadi bertahun-tahun tidak menjadi alasan bagi sebuah kisah untuk terhapus dalam memory. Apalagi, memory itu memiliki kesan yang mendalam bagi sang empuhnya yang memiliki cerita. Cerita-cerita baru, juga tidak akan dapat menggantikan itu, bahkan meski hanya sesaat. Tentu,aku tahu betul untuk itu. Seberapa banyak aku berusaha mereka akan ada, selalu ada dan nyata tersimpan apa adanya. Hanya saja, mengapa mereka begitu menyebalkan? Haruskah selalu terbuka saat hujan datang?

Hujan masih belum reda sejak kedatangannya siang tadi. Masih sibuk menyapa bumi dengan jutaan rasa dan bulirnya.
Dan aku? Tentu saja masih setia berdiri diteras depan kelas sedari tadi. Jika saja hujan datang diwaktu sore, mungkin aku menikmati hadirnya sembari berhibernasi ditempat ternyaman ku sekarang. Sayang sekali, dia hadir lebih awal bahkan sebelum aku menyelesaikan kelas terakhirku. Sungguh aku ingin tidur saja sekarang.

Berapa banyak genangan yang akan tercipta setelah turunnya hujan? Berapa banyak genangan yang akan membuatmu jatuh semakin dalam? Pertanyaan akan selalu ada. Cerita tidak akan pernah usai seutuhnya. Tentu, baik tentang dirimu sendiri atau pun Bersama orang lain.

Sudah 1 jam lebih hujan berlangsung sejak dirinya turun, dinginnya mulai merasuk menyentuh tulang. Sedangkan mataku masih enggan beranjak menatap setiap bulir hujan yang turun dengan tergesa-gesa itu. Memoriku terpancing untuk membuka salah satu film lamanya.

Jika saja hujan sedikit mereda, aku pasti sudah beranjak pergi sedari tadi. Tidak seperti sekarang, yang menatap nanar ke arah hujan. Sungguh saat seperti ini adalah hal yang paling menyebalkan saat hujan. Saat film-film itu mulai berputar dengan sendirinya. Dan membuatku hanyut didalamnya, seperti genangan yang menenggelamkanku seusai hujan.

Hujan dan (G)enanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang