Enam

315 63 4
                                    

Oknum Albara dateng ke rumah Ananda, tapi yang punya rumah cuekin Albara terus. Albara daritadi merasa jengah karena tingkah sahabatnya ini, untung gemesin.

Albara udah ceritain semua didepan muka Ananda yang lucu nan manis itu tapi malah enggak didengar. Ananda malah ngerucutin bibir sambil tatap tajam si Albara.

Dikira lucu begitu? Iyalah, gemes.

Muka Albara kayak orang naber, liat Ananda garang kayak gitu bikin gemesin, yang ada Albara cubit pipinya sampe biru.

Iya, biru.

Saking gemesnya si Ananda, Albara pernah cubit pipi Ananda sampe biru kayak habis dikasih bogem.

Setelahnya, selama dua minggu Ananda menghindar dan sejak itu Albara udah kapok cubit-cubitan sama temennya itu.

"Nyenyenye, gue gak mau dengerin penjelasan lo lagi. Kasian cewek tadi jelasin sendirian!" Ucap Ananda kesal.

Albara mengangkat bahunya, acuh tak acuh. Sebenernya buat apa dia jelasin lagi kalo sepupunya sudah jelasin semuanya ke Ananda.

Tapi Albara dateng kesini bisa modus juga sih, biar bisa lihat muka cemberutnya Ananda.

Yeu, pekok.

Tak lama, Ananda mendorong Albara keluar dari kamarnya namun ditahan oleh Albara. Ia membalikkan badannya, langkah kakinya mendekat ke arah Ananda membuat yang didekati merasa bingung.

Tiba-tiba, Albara memeluk Ananda. Yang dipeluk merasa kaget, tumben Albara mau dipeluk duluan, biasanya Ananda yang suka meluk dia duluan kalo Albara butuh. 

"Gue minta maaf ya, Anan..." Ucap Albara.

Ananda berdecak kesal, mengangguk lalu mendorong Albara hingga keluar dari kamar.

"Iya gue maafin, tapi sebelum itu jangan pernah dateng ke kamar gue sebelum gue suruh."

Setelahnya Ananda menutup pintunya dengan kencang, meninggalkan eksistensi Albara yang sudah berada didepan pintunya.

Tapi Ananda bodoamat, katanya urusan jantungnya lebih penting daripada urusan Albara jelek.

Kasian jantungnya, pasti deg degan.


©MVB

ME VS BOY-FRIEND [ TAEGYU ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang