5

1.3K 249 1
                                    


Mata Atsumu berbinar kala melihat sosok gadis dengan surai (h/c) duduk di salah satu bangku penonton. Ia tak menyangka, (Name) masih saja datang untuk menonton pertandingan. Tapi ia juga senang, karena punya kesempatan untuk meminta maaf.

"(Lastname) datang ya?" Tanya Osamu sambil melakukan peregangan. Atsumu mengangguk semangat.

"Kau jangan geer dulu, bisa saja dia datang ke pertandingan ini hanya karena ia ingin melihat pertandingan nya, bukan untuk bertemu denganmu. Dia kan sudah menonton pertandingan Inarizaki dari awal, tidak mungkin ia berhenti menonton," jelas Osamu.

"T-tidak mungkin!" Bantah Atsumu.

"Apanya yang tidak mungkin? Kau mengira dia datang untuk melihat kehebatan mu? Memangnya kau siapanya?" Cetus Osamu.

Atsumu menggosok tengkuknya ragu. Kata-kata kembarannya itu memang benar.

"Yang jelas nanti kau harus tetap minta maaf padanya, kau tahu?"

"Wa-wakatta yo!"

***

Atsumu berjalan pelan menyusuri koridor. Sedikit terdesak di saat koridor tersebut dilalui oleh gerombolan penonton yang baru keluar dari stadion. Matanya terus mencari-cari visual gadis yang ingin dimintai maaf olehnya.

Gadis itu tidak ada. Atsumu tidak dapat menemukan nya. Atsumu mengacak rambutnya gelisah, ia sangat berharap (Name) belum pulang. Jika tidak bisa meminta maaf, setidaknya ia ingin melihat wajah (Name).

Atsumu terus mencari, ia berhasil keluar dari lorong yg sesak itu. Ia terus berjalan, menuju sebuah lorong sepi di dekat pintu menuju taman belakang.

'Apa jangan-jangan dia sudah pulang?' pikir Atsumu.

Dengan langkah kecewa, Atsumu pun berbalik hendak meninggalkan lorong itu. Namun tiba-tiba, ia mendengar suara seorang gadis dari sana.

"Ku-kumohon, tolong lepaskan aku!"

Atsumu mengenali suara itu, tentu saja. Ia tak perlu berpikir dua kali untuk berlari kembali menuju lorong itu. Dan apa yang dilihatnya sungguh sangat memuakkan.

Ia melihat gadis kesukaannya itu sedang ditahan oleh dua orang pria berbadan besar. Tangan kanan (Name) di cekal oleh pria berbaju biru. Sedangkan pria yang satunya merangkul kan tangannya di bahu (Name).

(Name) sendiri sudah gemetar ketakutan di sana. Atsumu terdiam di tempat. Terlalu syok, sehingga tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ayolah sebentar saja kok, ayo ikut kami," bujuk pria berbaju biru.

"Kau pasti senang kok kalau ikut dengan kami," ucap yang satunya lagi.

"M-maaf, aku sudah bilang kalau aku tidak mau," tolak (Name) dengan nada suara gemetar.

"Hee? Tidak mau?"

"Ngomong-ngomong, kenapa kau menutup matamu dari tadi?"

"Bro, jangan-jangan dia buta?"

"Wah bukankah itu bagus? Dia tidak akan bisa melihat wajah kita. Dia tidak bisa apa-apa,"

"Ooh! Benar juga,"

"Hahahahaha!!"

Atsumu mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Ini sudah tak bisa dibiarkan. Ia berjalan penuh amarah menuju mereka. Dua orang pria brengsek itu melecehkan orang yang disukainya? Yang benar saja!

"Lepaskan tangan cewek itu!" Seru Atsumu.

Dua orang pria itu menoleh ke arah Atsumu. Melempar tatapan risih.

'Suara ini... Atsumu-san?' pikir (Name).

"Kenapa? Ini pacarmu?" Tanya salah satu dari mereka.

Atsumu berjalan tanpa ragu-ragu ke arah mereka. Lantas memukul lengan pria berbaju biru agar melepaskan tangan (Name). Pria berbaju biru itu mengaduh dan refleks melepaskan tangan (Name). Sakit? Hei, jangan remehkan kekuatan tangan seorang setter.

"Aku bilang lepaskan tangannya bangsat!" Umpat Atsumu sambil melirik tajam.

Teman pria itu langsung melepaskan rangkulan nya dari (Name). Ia berdecih lalu mengajak temannya untuk pergi dari sana.

"Anggap saja kali ini kau sedang beruntung, dasar idiot!" Cetus pria tersebut.

"Haaa?! Apa kata mu?!"

Atsumu hendak mengejar kedua pria itu, tapi tangannya ditahan oleh (Name).

"A-Atsumu-san sudah cukup, jangan berkelahi," pinta (Name).

Atsumu menoleh ke belakang, ia menatap tangan (Name) yang memegang lengan jaketnya. Tangan itu tampak gemetar. Atsumu menghela napas berat.

"Kau terluka?" Tanya Atsumu.

(Name) menggeleng. Atsumu menilai penampilan (Name) sekilas, memang tidak ada bagian yang terluka. Tapi Atsumu tahu, gadis itu pasti trauma. Atsumu memegang kedua bahu (Name). Membuat (Name) sedikit tersentak.

"Aku akan mengantarmu pulang, tidak terima penolakan," ucap Atsumu.

(Name) terdiam beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk pelan.

"Terserah mu saja,"

𝐁𝐥𝐢𝐧𝐝 𝐋𝐨𝐯𝐞 ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang