10

1.6K 243 28
                                    

"D-detak jantungku?!" Kaget Atsumu.

"U-uun, detak jantungmu cepat sekali," angguk (Name).

"B-bagaimana kau bisa mendengarnya?"

"Ah itu, karena suasana disini sepi jadi lebih mudah bagiku untuk mendengar suara detak jantung orang. Selain itu, nafasmu juga lebih cepat dari biasanya,"

"S-souka?"

"Uun,"

Atsumu menenggelamkan wajahnya di kedua lutut. Rasanya ia ingin menghilang dari bumi saking malunya.

"Atsumu-san, daijoubu?" Tanya (Name). Atsumu tidak menjawab, masih sibuk menenangkan diri.

"Ne (Name)," panggil Atsumu.

"Iya?"

"Kau... Tidak penasaran kenapa detak jantungku seperti itu?"

(Name) terdiam sebentar sebelum akhirnya mengangguk. Atsumu menghela napas, berusaha menyiapkan mental.

"Detak jantungku seperti itu, karena aku menyukaimu,"

Hening, tidak ada yang berbicara. Atsumu dapat melihat pipi gadis tunanetra itu memerah. Ingin rasanya Atsumu mencubitnya, tapi Atsumu menahan diri.

"Kau tahu, sejak awal pertemuan kita aku sudah mulai tertarik padamu. Kau itu manis dan juga berpikiran dewasa. Kau bersinar dengan caramu sendiri, dan sinar mu itu berhasil membuatku terpikat," cerita Atsumu.

"Waktu kau marah padaku karena aku menyinggung perasaan mu, aku benar-benar merasa sangat kesal pada diriku sendiri. Menyesal juga. Waktu kau diganggu oleh dua lelaki itu juga, aku merasa sangat marah. Mereka merendahkan orang yang aku sukai. Disaat aku mati-matian berusaha agar tidak melukai hatimu sedikit pun, mereka malah dengan seenaknya menginjak-injak harga dirimu. Aku benar-benar... Marah,"

(Name) tertegun, masih menyimak kata-kata yang keluar dari mulut sang rubah kuning.

"Saat itu aku mulai menyadari, kalau hatiku telah terbius oleh mu. Aku menyukaimu bukan karena kau buta atau apa, aku menyukaimu sebagai (Name) (Lastname). Aku menyukaimu sebagai gadis manis dan cerdas. Bukan sebagai gadis penyandang tunanetra, karena aku menyukaimu tanpa karena,"

Atsumu menarik napas, lalu menghembuskan nya dengan lega. Ia berhasil mengeluarkan segala hal yang ada di hatinya. Walau akibatnya sekarang jantungnya harus berdetak sangat cepat karena menunggu tanggapan dari (Name). (Name) menarik kedua lutut nya, lalu memeluk lututnya lebih erat.

"Atsumu-san kau tahu? Semenjak kau hadir di kehidupan ku, aku merasa duniaku berubah,"

Atsumu diam mendengarkan.

"Kau tahu dunia ku dulu seperti apa? Monoton, dan sangat damai. Suasananya sangat tenang dan sunyi. Tapi, semenjak aku mengenalmu, semuanya berubah. Kau... Mengubah duniaku menjadi berisik,"

Atsumu menelan ludah, tidak mengerti apa maksud dari (Name). Apakah (Name) membencinya?

"B-berisik?" Tanya Atsumu sedikit cemas. (Name) mengangguk sambil tersenyum ranum. Ia memegang dadanya sendiri.

"Bahkan sekarang pun juga berisik," lirih (Name).

"T-tunggu, jadi maksudmu berisik itu--"

"Iya, maksudku adalah detak jantungku sendiri,"

Manik cokelat Atsumu membulat kaget. Tak menyangka maksud dari ucapan (Name).

"Semenjak aku mengenalmu, jantungku ini selalu berdetak sangat cepat. Aku dapat mendengarnya. Dan aku selalu menahannya saat sedang bersama denganmu. Detak jantung ini membuatku sedikit kerepotan, tapi aku tidak membencinya sama sekali. Justru aku sangat menyukai sensasinya," ucap (Name).

'i-ini bukan mimpi kan?' tanya Atsumu pada dirinya sendiri.

"Sampai situ saja, aku sudah menyadari bahwa aku telah jatuh hati padamu Atsumu-san. Tapi, ahahaha, aku ini menyedihkan sekali ya? Waktu itu aku berpikir, apa manusia cacat sepertiku pantas berada di sampingmu? Apakah aku yang tidak sempurna ini pantas untuk menjadi kekasihmu? Oh tidak, waktu itu aku tidak mampu untuk mendamba dirimu. Aku merasa terlalu hina untuk itu,"

"Apa maksudmu (Name)? Aku sama sekali tidak pernah menganggap mu seperti itu!" Tegur Atsumu.

"Tapi memang itu lah yang kurasakan waktu itu, Atsumu-san. Pikirkan saja, kau itu setter yang jenius incaran para gadis. Sama sekali tidak sebanding dengan diriku, apa kata orang jika kita menjadi sepasang kekasih nantinya?"

"Untuk apa memikirkan omongan orang? Yang menjalani kehidupan ini kan kita, bukan mereka!"

"Iya, aku tahu itu. Tapi waktu itu kan aku sudah sangat putus asa, dan aku memutuskan untuk mengubur perasaanku dalam-dalam dan hanya menganggap mu sebagai teman biasa. Dan sekarang coba tebak? Orang yang kuanggap teman itu malah menyatakan perasaan kepada ku. Kau tahu bagaimana perasaan ku sekarang?"

(Name) tersenyum manis, sangat manis.

"Aku benar-benar merasa senang sekarang," ujar (Name).

Atsumu ikut tersenyum mendengarnya. Hatinya sangat bahagia, rasanya ia ingin berteriak dan membanggakan diri kepada dunia kalau cinta nya tidak bertepuk sebelah tangan.

"Haah, rasanya seperti mimpi. Oh benar juga, ini pasti mimpi," gumam (Name).

"Ini bukan mimpi (Name), ini kenyataan. Mau ku buktikan?"

"Eh? Bagaimana cara--"

(Name) terbungkam di saat sebuah benda kenyal mendarat di bibirnya. Yap, bibir Atsumu. Tidak melakukan atau menuntut gerakan apa pun, hanya pertemuan antara dua bibir. Tapi itu sudah mampu membuat wajah (Name) memerah total.
Atsumu melepas ciumannya, lalu tersenyum tipis.

"Bagaimana? Kau percaya sekarang?" Tanya Atsumu berbisik. Jarak mereka memang sangat dekat.

"Kau... Benar-benar tidak masalah menyukaiku yang tidak sempurna ini?" Tanya (Name) balik.

Atsumu mengecup dahi (Name), lalu menarik gadis itu ke dalam pelukannya.

"Aku sendiri tidak sempurna (Name). Kau memang tidak sempurna, tapi kehadiranmu membuat hidupku menjadi sempurna," ucap Atsumu sambil mengusap rambut (Name).

(Name) tertegun, ia tak pernah diperlakukan se spesial itu. Bahkan dengan mantan pacarnya.

"Kau mau menjadi pacarku, (Name)?" Tanya Atsumu setengah berbisik.

(Name) tersenyum lembut, lalu membalas pelukan Atsumu. Ia meletakkan dagunya di bahu lebar milik Atsumu.

"Aku mau,"

END

𝐁𝐥𝐢𝐧𝐝 𝐋𝐨𝐯𝐞 ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang