1

1.3K 130 11
                                    

Seorang gadis sedang membingungkan keadaannya sekarang. Dia terpaksa harus duduk ditaman, ditengah perkotaan Seoul, memikirkan nasib yang sedang menimpanya. Nasib yang sangat membuatnya sedih dan juga bingung dengan tujuan hidupnya sekarang. Bagaimana tidak? Sekarang sudah hampir jam 9 KST, tetapi dia masih duduk termenung di taman kota. Dia memikirkan kejadian di kampusnya.

"Tuhan.. mengapa bisa seperti ini? Bagaimana jika aku tidak bisa kuliah lagi?" ucapnya menahan nangis.

Dia menghela nafas panjang, "Ibu.. ayah.. aku merindukan kalian.." gadis itu menatap langit dan tidak lama air matanya turun membanjiri pipinya. Dia merindukan orang tuanya, sangat. Semenjak orang tuanya tidak ada, dia harus mengurus hidupnya sendiri. Orang tuanya sudah tiada selama kurang lebih 2 tahun akibat kecelakaan pesawat, dan dia hidup sendiri dengan seadanya, bekerja menjadi apa saja yang bisa dia lakukan. Menjadi barista, kasir, bahkan menjadi petugas kebersihan. Tetapi itu semua tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

Dia flashback dengan kejadian yang dikampusnya tadi siang.

"Minjeong-ssi, jika kamu tidak bisa membayar uang kuliah semester ini. Maka kamu tidak bisa ikut ujian akhir semester. Dan kamu akan dikeluarkan dari kampus."

Gadis yang diketahui bernama Minjeong itu bergerak gusar dan mengacak rambutnya sehingga rambutnya menjadi berantakan. Dia bingung untuk mencari uang kemana, karena dia sudah bekerja keras, kesana kemari untuk meminjam uang. Dan usaha itu tetap tidak berhasil.

"OH TUHAN. AKU SANGAT BINGUNG!" teriaknya frustasi.

Dia menghela nafasnya lagi dengan kasar, untung saja orang tuanya meninggalkan rumah dan cukup harta untuk dia jual. Tapi mana mungkin dia melakukan itu? Secara, itu semua peninggalan ayah dan ibunya. Minjeong tidak mungkin menjual itu semua. Dia harus bekerja, dia tidak mau mengecewakan ayah dan ibunya.

Bukan Minjeong tidak ingin meminta bantuan dari teman-temannya, bukan. Dia sangat menerima bantuan dari teman-temannya. Dan satu lagi, dia tidak mau menjadi bergantung pada teman-temannya. Dia harus mandiri, dan berpikir untuk menghidupi dirinya sendiri.

Gadis itu melihat jam yang bertengger dipergelangan tangan kanannya, jarum jam sudah menunjukkan angka 09.45. Dia harus bergegas pulang selagi kota Seoul masih ramai. Rumahnya tidak jauh dari taman itu, untungnya. Dia bangkit dan berjalan pulang kerumah dengan hati yang masih gusar.

"Ugh, nyebelin banget hidup ini. Aku pulang dulu deh."

Sesampainya dirumah, dia segera membersihkan dirinya dan juga makan malam dengan makanan yang dia punya. Ya, yang dia punya cuma ramen dan juga makanan kaleng. Bersyukurlah dia masih bisa makan malam ini.

Melihat kulkas dan lemarinya yang hampir kosong, dia makin miris dengan dirinya sendiri. "Apa besok aku keluar aja ya dari kuliah? Fokus bekerja gitu? Jika tidak, aku ga bakal bisa bertahan hidup kalau begini. Hmmm." dia berjalan ke kompor dengan membawa ramen dan beberapa makanan kaleng untuk dia hangatkan.

Pilihan hidup memanglah sulit, apalagi jika tidak ada yang mendukungnya dan hidup sendiri seperti ini. Padahal, dulu saat ada ayah dan ibunya. Minjeong terbilang sangat cukup kehidupannya, karena kedua orang tuanya bekerja. Jika dia meminta sesuatu, pasti diberikan oleh kedua orang tuanya. Sayangnya itu hanya kenangan saja, sekarang Minjeong cuma anak yang sebatang kara. Tidak punya saudara, dan juga kerabat keluarga. Dia hanya mempunyai teman, 2 orang. Dan bersyukur temannya itu tidak meninggalkannya.

"Ya sudahlah. Ga ada pilihan lain juga kan, aku berhenti saja. Dan bekerja."

"Tapi kalo aku berhenti kuliah, cita citaku gimana dong?? ARGH, PUSING!"

Setelah memasak dan juga menaruh ramen dan makanan kalengnya di piring, Minjeong segera beranjak ke meja makan untuk menyantap keduanya, dia sangat lapar. Dan sejak siang tadi dia tidak makan, dia hanya sarapan karena untuk menghemat uangnya yang sudah menipis.

Demon's Slave. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang