Prolog

474 79 0
                                    

"Bang Dihyan, tadi gue lihat Raksa mondar-mandir di depan kelas. Ganteng banget euyyy. Oh iya, dia nungguin Bu Puri ternyata." Argani berceloteh.

Dihyan yang sedang makan hanya bisa mengangguk mendengar Argani. Sudah terbiasa dengan Argani yang memuja-muja ketampanan, kepintaran, dan keterampilan Raksa dalam berbagai hal.

 Sudah terbiasa dengan Argani yang memuja-muja ketampanan, kepintaran, dan keterampilan Raksa dalam berbagai hal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baang! Lo tahu gak? Kasihan banget tadi gue lihat Raksa bolak-balik turun tangga karena ngurusin Open Day. Dia kan pembuat soal, kok sibuk banget kelihatannya?" celetuk Argani dengan Pocari Sweat di tangannya.

"Jangan ajak gue bicara, lagi sibuk ngoreksi, nih," ujar Dihyan yang sedang fokus menatap tumpukan kertas jawaban dari peserta lomba.

"Dengerin aja, ya ya ya? Gue pusing, Baang. Eh, tapi, gue yang bukan pembuat soal dan cuma ngelihatin orang pidato aja capek dan sibuk. Duh, Raksa gimana, ya?" Argani masih berbicara.

Dihyan menghela napas dan beralih menatap Argani. "Diem gak lo?"

Argani ciut. Dihyan itu menyeramkan kalau sudah marah.

"Ck, pergi aja dah gue. Duluan, Bang!" pamit Argani.

Dan Dihyan mengangguk sambil memberi gestur seakan-akan mengusir Argani.

Dan Dihyan mengangguk sambil memberi gestur seakan-akan mengusir Argani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bang, hari ini gue lihat Raksa gak datang. Kira-kira dia kenapa, ya?" tanya Argani.

Dihyan yang mengetahui sesuatu langsung menjawab, "Sakit paling. Kemarin dia bantu gue ngelatih hujan-hujanan soalnya."

Argani menernyitkan kening. "Kok lo gak sakit?"

"Heh! Gue mah kuat, ya, gak kayak cem-ceman lo, Gan."

Seharian itu, Argani gelap tak berseri.

"Capek gak sih lo ngelihat Raksa terus, Gan?" tanya Dihyan memulai percakapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Capek gak sih lo ngelihat Raksa terus, Gan?" tanya Dihyan memulai percakapan.

"Ih, pake ditanya lagi. Capek, lah! Eh tapi, gue suka, sih. Kenapa emangnya, Bang?"

"Soalnya kasihan aja lihat lo, udah bucin tapi gak berani ambil tindakan. Malu gue jadi abang lo, hahahahaha!" seru Dihyan.

"Bang, jangan gitu, laaaah. Udah hopeless banget gue ini. Bantuin gue buat deket sama Raksa kalau gituu! Lo masih suka ngelatih 'kan, Bang?" Argani bertanya memastikan. Pasalnya, abangnya itu sudah sibuk dengan tahun akhirnya, ditambah menjadi tutor debat saat sedang senggang, hingga melatih di ekstrakurikuler kesayangannya―Tapak Suci.

Dihyan tertawa sambil mengangguk, ia masih sering melatih. "Yakin lo mau gue bantu?"

Pelet Bukan Pelet bermulai dari sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pelet Bukan Pelet bermulai dari sini.

Ayo lanjut baca, ada chapter 1 yang sudah aku publikasikan juga! Vote dan komentar dari kalian adalah makanan yang membuat aku sebagai pengarang semangat, fyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayo lanjut baca, ada chapter 1 yang sudah aku publikasikan juga! Vote dan komentar dari kalian adalah makanan yang membuat aku sebagai pengarang semangat, fyi.

Dengan cinta,
Ajure.

Pelet Bukan PeletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang