Pelet Bukan Pelet #2

381 63 35
                                    

Content Warning: Harsh Word(s)

Content Warning: Harsh Word(s)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raksa pusing tujuh keliling. Pemuda itu seharusnya membawa sebuah flash disk yang berisi tugas power point-nya, tetapi ia malah melupakan barang penting itu.

"Lo bener-bener lupa, Rak?" tanya teman sekelompok Raksa yang bernama Juan.

Raksa hanya mengangguk.

"Kalau lo pulang terus ambil flash disk-nya gimana? Eh, tapi rumah lo jauh 'kan, ya?" tanya Buana.

Kini, Raksa memberikan gelengan dan anggukan sebagai respons.

Temannya hanya menghela napas melihat respons Raksa yang terlalu sederhana dan ribet di saat yang bersamaan itu. Lalu Juan kembali berbicara, "Kalau orang di rumah lo mintain tolong buat bawain ke sekolah bisa, gak? Nilai kita gak aman loh ini, Rak."

"Gak ada orang di rumah," jelas Raksa.

Menggigiti ujung kukunya, Raksa mencoba memikirkan solusi terbaik untuk tugas kelompoknya ini. Ia tidak bisa pulang ke rumah untuk mengambil flash disk itu karena jam pelajaran akan mulai 20 menit sedangkan waktu yang ia habiskan untuk pulang dan kembali ke sekolah adalah 40 menit. Untuk menyuruh orang yang ada di rumah membawa flash disk tersebut pun tidak mungkin karena tidak ada orang di rumahnya sekarang. Kedua orang tuanya bekerja dan asisten rumah tangganya sedang libur.

"Buan! Gue udah bikinin copy buat mekanisme Open Day di Google Drive. Lo cek aja nanti kalau tugas lo udah beres," ujar seseorang dengan lantang kepada Buana.

Raksa ingat. Ia membuat arsip tugas-tugasnya di Google Drive, yang perlu ia lakukan hanyalah membuka akunnya dan mengunduh power point-nya. Raksa ingin berterima kasih kepada orang itu karena sudah menunjukkan solusi walaupun secara tidak sengaja.

"Buan, gue duluan. Mau lanjut ngepel, cuma mau ngasih tahu lo supaya guenya gak lupa nanti siang, hahahahahaha!" Lalu orang itu pun berlari dan meraih pel yang ia sandarkan di dinding.

Tidak sempat melihat wajahnya, Raksa hanya melihat papan namanya; Argani Biantara.

Adiknya Bang Dihyan dia? Tapi Bang Dihyan kan anak tunggal? Raksa membatin.

Mulai hari itu, Raksa selalu bersyukur karena bertemu dengan Argani. Hari Senin menjadi hari yang tidak begitu buruk.

"Oi, Juan. Lo bawa laptop, kan? Ada arsip tugas yang gue bikin di Google Drive," seru Raksa.

Sebuah malapetaka mampu Argani ubah menjadi situasi di mana Raksa ingin meneriakkan eureka.

Sebuah malapetaka mampu Argani ubah menjadi situasi di mana Raksa ingin meneriakkan eureka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pelet Bukan PeletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang