Buku.

137 8 0
                                    

Malam berganti fajar, dan aku masih belum bisa tidur. Aku pindah tempat menuju atap rumah dan duduk-duduk di sana. Yang aku lakukan hanyalah memandangi Matahari yang mulai terbit perlahan-lahan. Matahari yang sama yang telah menyaksikan begitu banyak hal terjadi di dunia ini, termasuk misteri yang tengah menghantui pikiranku.

"Aku hanya akan membuang-buang waktuku saja jika aku tetap bertanya-tanya seperti wartawan," gumamku pada diri sendiri. "Aku harus mencari tahu sendiri tentang apa yang terjadi!"

*Dzz Dzzz...!!

Ponselku bergetar memecah lamunan keheningan pagi. Jam menunjukkan pukul 5:18.

"Siapa ini?" Aku menggosokkan mata dengan jari dan membersihkan mataku yang berair.

"Tumben sekali dia telepon diriku pagi-pagi,"

Panggilan itu dari si Chiko. Belum sempat aku mengangkatnya, namun panggilan itu telah ditutup olehnya

Selang beberapa saat, ponselku kembali bergetar.

Aku segera meraih ponselku dan melihat nama Chiko tertera di layar lalu mengangkatnya.

"Halo?"

"Cikiii!"

"Kenapa?"

"Kamu juga!?"

"Apa yang juga?"

"Aku punya satu ekor! Ini aneh sekali!"

"Berarti kita sama!"

"Memangnya kamu juga?"

"Iya! maka dari itu aku bertanya ke dirimu!"

Aku terkejut mendengar jawaban Chiko. Ternyata, bukan hanya aku yang berubah, si Chiko juga berubah!

"Tapi, Kamu benar-benar serius!?"

"Entahlah"

"Ta-"

Tuut.. tuut.. tuut..

Sambungan telepon tiba-tiba terputus.

"Heh? kenapa lagi?"

Aku menghembuskan napas berat sekali lagi. "Apa yang sebenarnya terjadi?"

*BOOOMMM!

Suara dentuman besar yang ke-3 menggelegar di pagi buta.

Aku menoleh ke arah sumber suara yang ada di belakangku. Di kejauhan, aku melihat menara transmisi radio pemancar sinyal yang berdiri tegak di pinggir kota. Tiba-tiba, beberapa kilatan petir menyambar berkali-kali menara itu seakan menembusnya hingga ke dasar tiang.

Aku memejamkan mata sejenak karena silau.

Sambaran petir yang terakhir menyambar menara besi itu dengan sambaran yang besar. Membuat sekitarku yang tadinya masih gelap, langsung terang karena cahayanya.

Sekali lagi aku menutup mata sampai setelah kurasa cahaya kilatan mereda. Aku membuka mata dan melihat dari kejauhan menara BTS itu sudah dalam kondisi terbakar.

"Apa-apaan ini?" Aku berlari turun dari atap.

"Apa-apaan ini?" Aku berlari turun dari atap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sashiki.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang