Batu

117 10 6
                                    

Aku terbangun dari tidurku lalu menoleh ke sekelilingku. Penglihatanku terasa kabur dan yang berputar-putar.

Sepertinya sudah lama aku terkulai lemah tak berdaya di sini. Aku mencoba untuk duduk secara perlahan sambil memegang kepalaku yang terasa sangat pusing sekali. Tubuhku rasanya berkeringat dingin. Telingaku menurun lemas.

Aku mengambil tas di sampingku lalu dengan tangan gemetaran berusaha membuka resleting tas itu. Aku sedang mencari ponselku itu. Waktu menunjukkan pukul 4:17 pagi buta. Aku menyilangkan kaki dan melamun dengan pikiran kosong memandangi layar ponsel mentah-mentah.

Tiba-tiba saja aku merasakan ada sebuah tangan hangat yang memegang pundakku dari belakang! Kepalaku menegak diikuti dengan tubuhku yang ikut tegap. Aku benar-benar takut untuk menoleh ke belakang dan tidak tahu siapa yang memegang pundakku. Aku takut jika itu adalah seseorang yang akan menyakitiku.

Aku merasakan tangan itu mulai menepuk bahuku pelan. Aku masih tidak berani menoleh. Jantungku berdetak kencang! Aku menutup mataku tidak berani melihat. Aku bisa merasakan keringatku bercucuran. Aku menunduk mempertahankan diri.

“Hei! Kok gemetaran? kenapa?”

Aku mendengar suara yang familiar! Telingaku berdiri ke atas. Mataku terbelalak.

Aku mengenali suara itu! Itu adalah suara Chiko, sahabatku! Aku langsung menoleh tanpa takut lagi.

Dengan cepat aku langsung kupeluk erat-erat hingga kami berdua terdorong jatuh ke belakang.

DEBUUKKKK!!

Telingaku melemas dan ekorku bergerak ke kanan dan ke kiri dengan cepat tak beraturan.

"Ternyata kamu!" ucapku sambil menangis kecil.

Aku memeluk dia erat-erat tidak peduli ia berusaha melepaskan diri. Aku merasa sangat lega. Aku tidak tahu kenapa aku bisa memeluknya seperti ini, tapi aku tidak peduli.

“Lepasin!” Ia berusaha melepaskan diri, tapi aku semakin mengeratkan pelukanku.

“Kenapa?” Aku menggesekkan pipiku ke pipinya

"Ih," dia berusaha melepaskan pelukanku.

“Ih! Kamu bau!” Ia mendengus.

Aku tersenyum. Aku tahu aku bau, tapi aku tidak peduli. Aku hanya ingin memeluknya.

Aku tidak sadar kalau aku sedang menjilati pipinya.

“Iya! aku bau” Aku berbisik di telinganya.

Chiko terdiam.

Aku melepaskan pelukanku lalu Chiko pun langsung menjauh.

“Kamu lebay!”

Aku tertawa.

“Aku tahu itu!” Aku menggaruk kepala yang tidak gatal dan menggerakkan ekorku pelan.

Chiko menatapku dengan tatapan sinis.

"Tapi aku serius!" Ia berkata.

"Aku juga serius!" Aku menjawabnya dengan senyum kecil.

Dia terdiam sejenak, lalu mencubit kecil lengan kananku. Kemudian dia mendekati mulutnya ke telingaku

"Kamu, Gak jelas" ia berbisik ke telingaku.

Kami berdua tersenyum dan tertawa bersama-sama

“Ya sudah, sekarang kita harus cari cara untuk pulang” Chiko berdiri dan menarik tanganku membantuku berdiri.

Aku mengangguk. Aku masih belum percaya bahwa aku masih hidup. Aku juga masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa aku masih hidup.

Sashiki.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang