Prolog

2.8K 320 88
                                    

Han Jisung berlari menuju halte bus. Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah, dan bisa-bisanya ia bangun siang. Harapannya sekarang hanya satu; semoga saja bus datang dengan cepat.

"Aduh! Bagaimana ini?" Jisung terus mengetuk arlojinya, entah apa gunanya namun, Namja itu terus melakukannya sampai bus datang. "Syukurlah." Jisung segera menaiki bus tersebut. Duduk di bangku kosong bersebelahan dengan seorang bocah yang tengah ... tertidur?

Terlihat tidurnya sedikit terusik saat Jisung duduk. Ah, ia jadi merasa bersalah. "Maaf, aku mengganggu tidur mu." ujarnya pelan namun anehnya bocah itu malah menatapnya dengan mata yang masih sayu tersebut. "K-kenapa?" tanya Jisung gugup.

"Noona cantik."

Jisung membulatkan matanya. Apa? Cantik? Yang benar saja, ia Namja. Dan apa tadi? Noona?

"A-aku in tampan bukan cantik." gugup Jisung, pasalnya orang-orang di dekatnya juga sepertinya mendengar apa yang di katakan bocah itu.

"Yahh, tapi Noona cantik." ujarnya lagi dengan polosnya menangkup kedua pipi Jisung, lalu menekanya hingga bibir tipis itu meng-pout
"Lucu juga."

Terdengar kekehan dari bangku sebelah. Jisung jadi malu rasanya karena tertawakan. Dengan sedikit kasar Jisung menepis tangan yang lebih kecil darinya itu. "M-makasih tapi aku t-tampan." Mencoba mentralkan detak jantungnya dan tak memperdulikan dua orang yang ia yakini adalah sepasang suami istri yang tengah tertawa itu.

"Kau memang cantik, Nak." ucap seorang wanita lalu segera di angguki orang lain di sekitarnya. Jisung hanya bisa menganga lebar, di tambah bocah di sampingnya ini malah menggenggam tangannya seraya melihat pemandangan di luar kaca bus.

Jisung hanya menghela nafas lalu ikut mengeratkan genggamannya. Tak masalah sebenarnya, toh yang ia genggam adalah tangan bocah. Namun, tanpa Jisung sadari bocah itu kini tengah tersenyum senang.

***

Jisung merengut kesal karena langkahnya yang terus di ikuti. "Aish! Bisakah kau berhenti mengikuti ku!" teriak Jisung namun bocah itu tetap diam dan malah menatap Jisung bingung.

"Kenapa Noona? Sekolah ku ada disana ...," menunjuk salah satu gedung yang ada di sebelah gedung sekolah baru Jisung. Ah, ternyata mereka satu arah. "Aku tidak mengikuti Noona." tambahnya lalu mendahului Jisung, berjalan seraya memasukan tangannya kedalam saku celana.

"A-ah, maafkan aku. Aku tidak tau." ucap Jisung akhirnya berlari menyusul bocah tersebut. "Kau kelas berapa?" tanya Jisung.

"Kita orang asing, aku tidak mau memberi tahu." jawab bocah itu "Kecuali ...," ucapnya menggantung lalu menghentikan langkahnya membuat Jisung juga ikut berhenti.

"Kenapa?"

"Noona, jadi pacarku mau?"

"Aku Namja! Jangan panggil aku Noona!" dengan kesal Jisung berjalan lebih dulu menuju sekolahnya meninggalkan bocah tersebut.

"Itu bukan jawabannya, Noona. Harusnya Noona pilih antara Iya atau iya. Hihihi" kekehnya di akhir kalimat lalu berlari, berjingkrak-jingkrak menuju sekolahnya. Rasanya ia ingin cepat dewasa agar bisa satu sekolah dengan Noona yang baru saja ia temui itu.

"Noona cantik~ Noona cantik~" kalimat itulah yang terus Bocah tersebut senandungkan, bahkan sampai ia masuk kedalam sekolahnya.

***

Namja bergigi tupai itu sedikit berjingkrak karena senang, ternyata hari pertamanya di sekolah tidak buruk. Ia juga langsung mendapat tema banyak. Dan sekarang, ia hanya perlu segera pulang lalu menidurkan tubuh lelahnya.

"Sore Noona!"

Jisung terperanjat kala suara nyaring mengejutkannya sore itu. Tepat di depannya, depan gerbang sekolahnya, ada seorang bocah yang menatapnya dengan senyum manis secerah mentari pagi.

"Kau lagi?"

"Wah! Noona masih mengingatku? Senang sekalii~" Bocah itu berlari memeluk Jisung saking senangnya " Noona juga wangi, hehe."

Jangan tanyakan bagaimana keadaan Jisung saat ini. Wajahnya sudah berubah membiru akibat terkejut juga takut.

Ini terlalu spontan.

"Noona?"

Jisung tersadar saat bocah itu kembali memanggilnya. "Noona baik-baik saja?" tanyanya khawatir karena menyadari wajah Jisung yang memucat.

"A-aku baik-baik saja, jadi tolong ... Lepaskan pelukannya." ucapnya dengan sedikit mendorong dada bocah tersebut dari perutnya. Namun, bocah itu menggeleng "Tidak mau! Noona wangi."

Jisung hanya bisa pasrah saja, hingga busnya datang. "Ayo pulang!" bocah itu menarik tangan Jisung lalu naik ke dalam bus. Mencari tempat duduk untuk mereka berdua. Namun sialnya sudah penuh. Hanya ada satu kursi kosong.

"Kau saja yang duduk, biar aku berdiri," ucap Jisung dan menyuruh agar bocah itu duduk. Ia kira bocah tersebut akan protes tapi ternyata tidak karena bocah itu langsung duduk di kursi tersebut. "Sini Noona, biar aku pangku."

Damn!

Jisung terbatuk mendengar ucapan bocah itu, bahkan pria di sampingnya juga membulatkan matanya terkejut. Ah, malu sekali. Harusnya Jisung yang mengatakan itu pada sang bocah.
"Biar aku saja yang memangku mu," menarik tangan bocah tersebut agar bergantian dengannya namun, bocah itu malah lebih dulu menarik tangan Jisung hingga duduk di pangkuannya.

"Meskipun aku kecil, aku kuat Noona."

Hari senin yang mengesalkan bagi Jisung. Semua pasang mata kini menatap ke arahnya. Sudah terlanjur wajah tampannya ini mendapat malu. Serasa di rendahkan oleh bocah asing yang terus saja memasang senyuman polos padanya.

_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


_____

Namanya juga fiksi, bocah kurang ajar kek Minho di atas ga akan ada di dunia nyata:)

Fyuh~
/Lap keringat

Setelah menimang-nimang keputusan, akhirnya Ruby publish book ini dari sekian banyak book di draft.

Semoga sukaa!
★~(◠ω◕✿)


Yang belum follow Ruby pencet ini dulu, terus follow ya. LeeRubyC
Kalo minta follback tulis di wall atau DM aja.

Makasih banyak, sehat dan bahagia selalu ya kalian❤

[✔︎] Find you again |ᵐⁱⁿˢᵘⁿᵍ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang