-* 08

1.2K 217 8
                                    

Jisung dan Minho tak berniat membuka suaranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisung dan Minho tak berniat membuka suaranya. Pemandangan bintang di langit malam itu lebih menarik perhatian mereka masing-masing, duduk di tangga kecil yang berada di teras rumah Jisung dengan santai. Selain itu, mereka juga tengah menunggu sopir pribadi Minho menjemput pemuda itu.

"Siapa namanya?"

"Hah?" Jisung menatap bingung pada Minho yang masih menengadah ke langit. Nama siapa yang pemuda itu tanyakan?

"Kekasihmu." Minho menoleh membalas tatapan Jisung dengan lembut seraya tersenyum. "Siapa namanya? Pria beruntung itu." Lanjutnya.

Jisung sedikit terkekeh lalu lebih dulu memutus pandangannya. "Hwang Hyunjin, sepertinya aku yang beruntung karena mendapatkannya."

Minho tersenyum.

Sakit? Ah Minho pernah merasakan sakit lebih dari ini sebenarnya. Tapi ia tak ingin terlalu menonjolkan nya, ia tak suka sifat seperti itu.

Jisung sedikit terdiam mematung. Kenapa ia mengatakan itu di dekat Minho? "M-maaf," ucap Jisung.

"Kenapa minta maaf?"

"Karena a-aku-"

"Min Ahjussi sudah datang, aku pulang dulu ya. Selamat malam!"

Cup

Jisung mengelus pipinya yang di kecup Minho seraya menatap pemuda tinggi yang tengah berlari ke gerbang rumahnya. Jisung hanya tersenyum, Minho hanya berani mencium pipi nya padahal pemuda itu ingin ciuman di bibir.

Jisung mengakui bagaimana pemuda itu menahan nafsu dan emosinya dengan cukup rapi. Ia tahu ucapannya barusan menyakiti hati Minho, tapi pemuda itu tetap bersikap tenang.

"Selamat malam."

***

"Minho sudah pulang?" Jihyo menatap sang Putera yang berjalan masuk setelah menutup pintu. Melambaikan tangan agar Jisung duduk bersamanya. "Kemari."

"Iya eomma," Jawab Jisung seraya duduk di samping Jihyo. Tak sadar jika eomma nya itu tengah menatap wajah berserinya yang tersenyum tipis menatap televisi.

"Kau terlihat senang, ada apa?" Jihyo mengelus rambut puteranya itu. Meskipun umur Jisung sudah menginjak 24 tahun, Jihyo tak pernah mengurangi bagaimana cara ia memanjakan Jisung. Di matanya, Jisung tetaplah tupai kecilnya yang imut.

Jisung hanya menggeleng seraya tersenyum malu. Ia saja bingung ada apa dengan mood nya hari ini. "Aku juga tidak tau, eomma."

"Kau senang karena bisa bermain dengan Minho lagi?"

Belum saja Jihyo menuntaskan ucapannya Jisung dengan cepat mengangguk.

Jihyo tertawa, puteranya ini memang tak pernah bisa bohong dengan perasaannya. "Kau tak merindukan Hyunjin?" Ucapan Jihyo saat itu berhasil membuat Jisung menghilangkan garis senyumnya. "Kenapa?" Tanya Jihyo.

"Aku lupa menghubunginya hari ini." Jisung bangkit dari duduknya berniat pergi ke kamar tapi Jihyo mencengkram tangan puteranya itu membuat Jisung menatapnya bingung. "Kenapa eomma?"

"Apa dia juga mengabarimu hari ini?"

Jisung menggeleng, "Kurasa tidak ada, ponselku belum berbunyi."

"Duduklah."

Jisung menurut saja saat Jihyo menariknya kembali, ada apa dengan eomma nya? Kenapa wajahnya tiba-tiba sedikit muram. "Ada apa eomma?"

Jihyo menghela nafasnya lalu mengelus surai hitam Jisung. "Kau sangat mencintainya?"

Jisung mengangguk.

"Kau yakin dia juga mencintaimu?"

"Apa yang eomma katakan? Kenapa bertanya seperti itu?" Jisung meraih tangan Jihyo, ia tahu jika eomma nya dalam mode seperti ini artinya sudah terjadi sesuatu.

"Jawab saja, kau yakin dia mencintaimu?"

Jisung mengangguk lagi. "Eomma tau kan hubungan kami sudah lebih dari tujuh tahun, hal seperti itu harusnya tak perlu ditanyakan lagi. Aku mencintainya dan dia juga."

Jihyo tersenyum tipis. Ia hanya takut, takut Hyunjin mempermainkan puteranya. Tadi sore ia tau pasti dan yakin jika yang ia lihat adalah Hyunjin. Dari postur hingga plat nomor mobil yang pemuda itu kendarai.







"Bagaimana dengan Minho?"

"Eomma." Jisung menatap serius ke arah Jihyo. Ada apa dengan eomma nya malam ini? Kenapa pembahasannya mulai tak jelas. Minho sama sekali tak ada hubungannya dengan dirinya dan Hyunjin.

"Dia mencintaimu kan?"

"Eomma, aku mengantuk boleh aku tidur duluan?" Jisung mengelus pipi Jihyo lembut. "Eomma jangan tidur terlalu malam. Aku menyayangimu eomma."

Jihyo hanya tersenyum lalu mengangguk meng iya kan. "Eomma lebih menyayangimu. Good night." Jihyo mencium kening Jisung sebelum puteranya itu berlari kembali ke kamar.

Jihyo meraih ponselnya saat merasakan getaran di dekat tubuhnya. Ada pesan masuk dari nomor tak di kenal.

'Good night eomma, jangan tidur terlalu larut. Cuci tangan, cuci kaki, dan cuci muka sebelum pergi tidur. Jangan lupa pakai selimutnya dan matikan lampunya.'

Jihyo mengernyit, siapa orang yang mengirimnya pesan ini? Ponselnya bergetar sekali lagi menandakan pesan baru masuk.

'Ini Minho, eomma. Hehe'

Jihyo hanya tertawa setelah membaca pesan itu. Menggemaskan sekali pemuda kelinci itu. Jihyo mulai mengetik balasan di keyboardnya.

'Good night too, Minho. Kau juga jangan lupa mencuci muka dan tidur dengan benar.

Jihyo menutup ponselnya lalu bersandar di sofa seraya tertawa kecil. Minho anak yang baik, tidak ada salahnya ia dekat dengan Jisung.

Setelah insiden sore itu, kepercayaannya pada Hyunjin mulai menipis. Ia hanya perlu menunggu waktu agar membongkar semuanya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✔︎] Find you again |ᵐⁱⁿˢᵘⁿᵍ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang