tiga ; dua kali

6.3K 421 16
                                    

Masih dalam keadaan super duper kaku, akhirnya gue beraniin lagi nanya ke dia yang sedang rebahan diatas kasurnya dengan fokus pada Hp.

" lo mahasiswa jurusan apa ? ", beranikan diri. Biasa mah kaga mau, jual mahal.

Setelah beberapa saat hanya fokus menatap layar Hp, kemudian dia menatapku dengan tegas, wajahnya seakan tersirat perkataan : jangan ganggu gue !

dan, benar saja.

Duh, sia-sia sok-sokan nanya.

*-

Karena berpikir akan sia-sia saja bertanya lagi, akhirnya gue mutusin untuk mandi. Soalnya badan gue keringatan sejak awal datang, ditambah lagi harus berbenah barang bawaan.

Dengan sikapnya yang abai, gue pun sebaliknya. Walaupun gue udah gereget pengen bersihin kamar asrama yang luar biasa ini.

Berjalan menuju kamar mandi, kemudian meletakan handuk dan bekal mandi ke salah satu tempat yang ada.

" Hem, bahkan kamar mandipun super duper mengerikan....",

Setelah menyaksikan berantakan tempat tersebut, odol-odol berceceran, sikat badan yang berjamur serta sampah-sampah plastik menumpuk disudut ruangan. Bahkan kaca di WC itu sangat berdebu.

Yang lebih membingungkan, kenapa banyak sekali sabun mandi ditempat ini baik yang sudah terbuka atau yang masih didalam bungkus plastiknya.

Walaupun begitu, aku tetap berusaha berpikir positive. Siapa tahu soal mandi dia sangat memperhatikan kondisi badannya. Mungkin,

Seusai berusaha senyaman mungkin, kemudian gue ngelepas baju dan celana tak lupa my cd. Ya kan mau mandi.

Baru saja mau mengidupkan shower air tersebut, aku dikejutkan dari arah luar yang membuka pintu WC.

B R A A AK ! ! !

Dengan terkejut, spontan gue ambil handuk menutupi badan yang sudah sepenuhnya terbuka dengan cepat.

Terutama bagian itu,

Sumpah, kenapa harus dibuka sih, kan tau gue mau mandi.

" Ada ap... apa "  tanya gue gugup kepada dia, Fallen dengan wajah datar melihatku dengan santai.

Dia hanya terdiam sejenak sambari menatapi diriku seksama, wajahnya seakan mengatakan : gue ngelihatnya.

Ah, sial.

Kenapa dia tiba-tiba bersikap ga jelas dan, kan gue aneh gitu.

Kemudian, dia tersenyum dengan wajah yang beringas. Awalnya kukira hal penting ternyata,

" Gimana?, lo kaget ?" tanyanya dengan santai, sembari mengangkat alisnya yang tebal

dengan gelagapan, gue jawab.

" Kagak, lo ngapain iseng segala ".

" Siapa suruh iseng duluan . . .", jawabnya dengan datar.

Sumpah, kek ga ada pikir dengannya.

Gue kan udah minta maaf sama ini orang, kenapa dia malah anggepnya iseng lagi.

" Woi, siapa yang iseng...", tereak gue tegas.

" Kalo gini, kita satu sama ".

Ungkapnya dengan gairah, jujur ini sangat asing bagi gue yang baru kenal dia.

" Apanya satu sama ! ".

" Sama-sama melihat-Nya. ."

Duh, dia udah liat punyaku, Ah Shit !

OVERLOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang