01 bertemu gadis kecil

12 5 8
                                    

Di suatu tempat yang jauh terdapat Sebuah kerajaan yang megah bernama Midhula. Berada di tengah lereng dua bukit, Membuat tanah disana sangat subur.

Pemandangan yang indah, alam yang damai dan tenang. Membuat binatang-binatang sihir banyak yang tinggal disana.

Anak-anak yang bermain air di danau biru dengan angsa putih. Teater opera yang di temani burung biru yang indah. Banyak sekali keindahan di kerajaan ini.

Terdapat 3 bangunan mencolok di sana, menara timur, menara barat, dan juga Istana. Di legenda kan istana disana terbuat dari material paling kuat, menjadi tempat berlindung yang baik untuk siapa pun yang berada di sana.

Di legenda kan nya lagi, di dalam ruangan khusus yang terdapat di dalam istana mereka menyimpan batu kristal sihir yang menjadi pelindung kerajaan itu. Konon kata nya kristal itu terhubung dengan dua menara, timur dan barat.

Selama ratusan tahun kristal itu menjaga kerajaan. Sampai akhirnya, ada pencuri yang masuk ke dalam istana untuk mengambil kristal itu.

Para penjaga istana mengepungnya
Pencuri itu tak sengaja membuat kristal sihir jatuh ke lantai istana menyebabkan kristal terbelah beberapa bagian.

Para penjaga panik, namun masih siaga mengepung pencuri dengan senjata nya.

Asap menyeruak di sekitar mereka, langit mulai gelap, suara petir terdengar, angin berhembus.

Terdapat sinar gelap yang di pancar kan kumpulan asap yang bergerak kesana kemari. Menghancurkan atap istana, membuat puing puing berjatuhan.

Sang pencuri itu berteriak ketika menyadari kaki nya sudah menjadi batu. Penjaga istana yang menjadi panik dan melarikan diri.

Namun terlambat, mereka sudah menjadi batu ketika melarikan diri. Asap hitam itu seperti membelah diri nya, lalu menyebar keseluruh penjuru kerajaan.

Para rakyat berubah menjadi batu, senyap, tak ada kehidupan. Kini kerajaan Midhula sudah runtuh oleh asap hitam yang disebut, Khar utaa

"WOO! Nara, mari pergi! Simpan buku mu!" Seseorang mengagetkan ku.

"Jangan suka mengagetkanku," ujarku kesal.

"Kamu sangat lucu ketika merasa terkejut, Ahahahaha." Dia tertawa melihat wajah kesalku. "Memangnya apa yang kau baca?," tanya nya penasaran.

"Khar utaa," jawabku singkat.

"Apakah itu menarik? Aku kurang suka legenda legenda seperti itu." ujar Hitam, orang yang mengagetkan ku tadi.

"Menarik, kau harus membaca nya nanti."

"Baiklah baiklah, Putih sudah menunggu di tempat biasa. Ayo pergi!" Hitam menarik tanganku. Aku hanya bisa pasrah dan melaraskan langkahku dengan langkahnya.

Kami tiba di tempat pelatihan memanah untuk anak-anak seusia kami. Karena kami tinggal di desa yang berada dekat hutan, sudah jadi tradisi mengajarkan anak-anak memanah, dan berperang serta bela diri untuk berburu dan juga melindungi desa dari hewan buas.

Aku melihat Putih mulai membidik anak panah nya. Dan.. SRET! Tepat sasaran!

"Hai Nara." Putih menyapaku.

Aku mengangguk dan membalasnya. "Hai"

"Kamu datang dengan Hitam?" tanya Putih.

Aku mengangguk.

"Dimana dia?" Putih menoleh ke kanan dan kiri. Aku pun ikut menoleh. Astaga anak itu memang suka sekali menghilang.

"Disana!" Aku menunjuk kearah sekumpulan anak-anak yang lain di ujung tempat latihan. Mereka tertawa meremehkan orang yang mereka kepung.

NINARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang