"Selamat datang, siswa baru."

36 4 2
                                    

"Semua segara berkumpul di lapangan!"

Matahari belum saja muncul, suara itu sudah menyerang lebih dulu. Siapa lagi kalau bukan osis yang sudah bersusah payah mengabdi pada sekolah demi mendapatkan momen ini, momen untuk tebar pesona dihadapan siswa baru.

05:15!

Mereka bahkan tidak bisa melihat rupa teman yang berdiri di sebelah karena kurang pencahayaan.

"Mereka gak ada niat buat hidupin lampu taman yang guede itu apa?!" gerutu salah satu siswa yang tengah berbaris rapi menghadap ke para anggota osis.

Selepas gerutu itu terdengar, suasana hening mengisi seisi lapangan, membiarkan satu suara terdengar.

"Selamat pagi, para siswa terpilih. Selamat datang di SMA Kartika Almeta. Saya harap kalian bisa menikmati gairah muda kalian disini." Seorang laki-laki bertubuh tinggi itu menyambut peserta MOS dengan nada bicara seolah meremehkan.

Andai isi hati tiap orang bisa terdengar saat itu, seluruh lapangan akan terbisingkan oleh kata "Keren!"

Tiap sisi dan sudut barisan siswa baru dipantau oleh para anggota osis. Mereka tidak membiarkan adanya sumber suara lain terdengar.

200 orang siswa terdiam rapi. Mereka tidak berani menentang anggota osis yang hanya beranggotakan 50 orang. Ini adalah kekuatan senior.

"Hmph! Kalian masih terlalu polos." Laki-laki yang sedari tadi berbicara di depan itu adalah ketua osis. Ia membuat bingung sebagian siswa yang memperhatikan.

Bahkan seorang siswi baru bernama Gladis sampai mengerutkan dahinya bingung dengan kalimat tidak jelas dari ketua osis itu.

"Kalau begitu, kalian tetap berada disini, dengan posisi yang sama sampai waktu yang belum ditentukan!" perintah si ketua osis.

Ketua osis yang terkenal dengan nama Avan itu pergi meninggalkan lapangan bersama dengan anggota osis lainnya.

Jengkel? Pasti! Tetapi mereka memilih untuk diam, tidak mau merusak hari pertama di sekolah barunya.

• • •

06:05!

Bangunan dari sekolah itu mulai terlihat. Ia mendapat penerangan yang cukup kali ini.

Selayaknya SMA swasta yang mahal pada umumnya. Semua mengagumi betapa megahnya sekolah itu dalam diam.

Mereka masih berbaris di lapangan, meski ada yang sudah mulai melemaskan kakinya. Siapa juga yang akan kuat berdiri dengan durasi begitu lama tanpa bicara.

Raut wajah para siswa baru itu tampak kesal dan kelelahan. Gadis berambut hitam panjang bernama Gladis bisa saja pingsan jika ia tidak kaget dengan teriakan seorang siswa dari dalam barisan.

"AAAHH!!! WOY! SAMPAI KAPAN KITA MESTI BERDIRI KAYA GINI?!"

Ia lelaki yang memiliki tubuh cukup proporsional dengan gaya rambut yang sedikit berantakan. Orang mungkin akan melabelinya brandal.

"Hei! Lo gila apa?! Udah diem aja!" bisik Gladis yang bermaksud menghentikan siswa yg berteriak di sebelahnya itu.

"Lo mau kaki lo rusak berdiri lama-lama hah?! Gue mah kagak. Mending kaki gue rusak nendangin tu pala osis tu satu!"

Semua siswa hanya bisa terdiam takut dengan apa yang akan terjadi pada laki-laki itu.

"HEY! KELUAR WOY! GUE GAK KUAT LO SURUH BERDIRI KAYA GINI, LAPER GUA!!!"

Gila ni anak. Gladis hanya bisa menghela nafas melihat tingkah pemuda yang sedikit lebih tinggi darinya itu.

Merespon bentakan siswa itu, para osis keluar dari ruangan bertingkat yang ada di seberang lapangan. Cara jalan mereka bisa digolongkan berkelas untuk sepantaran anak SMA.

Dia yang BerkacamataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang