prolog

1.8K 155 8
                                    

Sean Zhan. "Katanya, seburuk apapun pasangan yang kita miliki, tetap saja kita tidak boleh menyesal atau mengeluh.
Namun, kalau batas kesabaran kita sudah habis dan berganti dengan rasa jenuh, masih kah harus sama?"

Wang Yibo. "Sejujurnya aku ... andai saja dia mau mengerti dan menemaniku, mungkin tidak akan ada kata pelampiasan bagiku. Sampai kapan pun posisinya tidak akan terganti, aku tidak bisa melepaskan apa yang selama ini telah dipertahankan dengan banyak cara."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





*****

Nyaring benturan dari pisau dapur yang memotong daun bawang, mengawali pagi harinya dari ribuan hari yang telah lalu. Senyum tulus terpatri, merekah bagai bunga lily yang baru mekar di musim semi.

Sean Zhan bangun pagi-pagi sekali untuk memulai kebiasaannya dulu yang selalu membuat sarapan untuk keluarganya. Yea dulu, pemuda manis bergigi kelinci khas mole di bawah bibirnya itu dulu sering memasak untuk kedua orang tuanya.

**

Penuh sukacita dan iringan kicau burung. Sebagaimana cerita-cerita romansa yang diawali bah dongeng Cinderella. Anggap saja pemuda itu tidak memiliki beban karena hidup sederhana, berkecukupan, dan masa muda yang normal layaknya remaja pada umumnya.

Ibu dan ayahnya terlihat seperti dua belahan jiwa tidak terpisahkan. Keluarga Sean adalah satu keluarga bahagia idaman semua orang. Setiap pagi ibu dan dirinya akan memasak di dapur atau kadang Sean mau pun ibunya akan bergantian memasak, sementara ayah akan menunggu di ruang makan atau menonton televisi.

Di senior high school-nya, Zhan termasuk murid favorit para guru dan disukai temannya, meski ada beberapa yang iri. Namun bukan karena sikapnya. Melainkan karena kepintaran dan talenta yang Zhan miliki.

Zhan bukan pemuda yang sombong, tetapi dirinya juga tidak terlalu ramah. Sikapnya periang, tetapi tidak setiap hal bisa membuatnya tertawa atau membuka diri. Ia selalu membatasi diri begitu pun pada setiap orang yang dikenalnya, kecuali seseorang yang sudah mengenalnya dari kecil, sahabatnya---Liu Haikuan.

Liu Haikuan sendiri adalah seorang pemuda yang tidak jauh berbeda dari Zhan, akan tetapi perbedaan keduanya sungguh kontras.

Jika Zhan terlihat acuh tidak acuh. Maka Liu Haikuan akan selalu acuh, menebar senyum bagai malaikat tanpa sayap. Pemuda manis itu sendiri terkadang sampai merasa jengkel kepada sahabatnya itu karena selalu tidak bisa untuk bersikap tidak perduli, menimbulkan banyak salah paham bagi siapa saja yang menerima keramahannya.

Siapa sangka rasa jengkel itu berubah, jadi benih-benih cinta. Zhan dan Haikuan ibarat dua sepatu yang tidak terpisahkan, akan tetapi ibarat hati ingin memeluk bulan hanya bisa berangan karena jarak yang memisahkan.

Keduanya tidak sempat menyatakan perasaan masing-masing, ayah Liu Haikuan harus pindah ke kota lain untuk sebuah proyek besar. Berat hati Zhan mengantar kepergian Liu Haikuan sampai gerbang sekolah dan mobil yang melaju, membawa sahabat sekaligus cinta pertamanya menjauh dari sisinya.

Di tahun ketiga Zhan memohon kepada ayahnya, untuk pindah sekolah ke kota seberang. Awalnya sang ayah dan ibunda tidak menyetujui, tetapi karena permintaan itu dilayangkan tepat di hari ulang tahunnya.

Keinginan pun terkabul. Bagi orang tua, semangat anaknya lebih penting. Zhan memberi kabar pada sahabat kecilnya, bahwa dirinya akan pindah secepat mungkin ke kota seberang.

Delapan jam ditempuh. Esoknya Zhan sudah memulai hari pertama di sekolah barunya. Kapan pendaftarannya? Tenang saja, ayah Sean Zhan sudah mengurus semua hingga sang anak hanya tinggal menyesuaikan diri.

Pemuda manis itu lagi-lagi bernasib baik, disambut dengan tangan terbuka oleh sahabat kecil dan teman barunya. Semua berjalan sebagaimana mestinya masa-masa sekolah.

Namun, Sean Zhan tidak sadar dengan rantai tak kasat mata yang membelenggu sejak pertama kali dirinya menyusul sang sahabat---Liu Haikuan.

Bersama rasa penasaran yang terbawa, pesonanya menyeret---menghipnotis seseorang dalam kebimbangan. Obsesi ingin memiliki menjadikannya pihak ketiga yang bersedia merenggut peran utama, perlahan, tetapi pasti.

"Sean Zhan ... milikku."



**

Kembali pada pemuda manis ... tunggu, dia bukan lagi pemuda. Parasnya memang masih terlihat segar dan awet muda, tetapi kini usianya sudah dua puluh enam tahun.

Di jari tengahnya melingkar cincin perak dengan satu mata berlian, jelas menandakan dirinya sudah tidak lagi melajang.

Beberapa menu sudah tersaji di meja makan. Zhan yang baru selesai mengiris daun bawang, menghentikan aktivitasnya kemudian beralih mengambil mangkuk dari lemari piring.

Langkahnya berpindah pada sisi lain yang terdapat panci dengan uap mengepul dari celah tutup yang terbuka di atas kompor yang menyala, segera dibukanya tutup panci dan Zhan menyendokkan isi panci tersebut ke dalam mangkuk yang tadi sudah diambilnya menggunakan sendok sayur.

Sentuhan terakhir adalah daun bawang iris yang ditaburi asal akan tetapi terlihat menggugah selera untuk sup ayam khas rumahan.

Dengan hati-hati meletakkan semangkuk sup ayam di atas meja, Zhan menoleh ke arah tangga dan bunyi ketukan sepatu yang mengiring langkah seorang pria lainnya dari lantai dua.

Sean Zhan tersenyum. "Selamat pagi, ayok sarapan dulu. Hari ini aku meluangkan waktu untuk memasak, belum pernah mencicipi masakanku lagi, bukan?" ujarnya menghampiri pria yang baru turun tadi dan melingkarkan tangannya pada lengan pria yang kini sudah berada di sampingnya.

Zhan menarik kursi di sebelahnya dan sedikit menyeret pria itu untuk segera duduk begitu juga dirinya.

Awalnya sarapan pagi mereka berjalan penuh ketenangan. Sungguh sayang harus berakhir ketika pria yang sedari tadi diam dan menatap datar mulai membuka suara.

"Masakan yang nikmat, aku sampai terharu dengan ketulusan yang pasti terkandung di dalamnya, tapi ... jangan memaksakan diri. Biarkan bibi Cing saja yang memasak. Aku berangkat kerja dulu, ada meeting dengan para pemegang saham."

Pria itu langsung meletakkan sendok garpu yang tadi dipegangnya, meninggalkan Zhan yang tersenyum dengan tatapan nanar luka.


To be continued....




















Cruel of Love [ YiZhan ] (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang