Bab 2 - Another pure love

528 70 6
                                    

Antonio Vivaldi - Chamber Concerto in D minor RV 96.

Semua tokoh yang dipinjam dalam cerita ini, hanya ilustrasi belaka. Beberapa nama diganti dan tidak berpengaruh sama sekali kepada figur aslinya.

****

Perasaan manusia, layaknya kertas putih tanpa noda. Namun, sudah selayaknya bagi si pemilik menuliskan pilihan jalan hidupnya. Walau berakhir kertas itu akan diremukan atau diubah menjadi debu sekali pun, semua sudah memiliki pilihannya.

By : XZ


######

Tidak perlu ribuan kata untuk mewakili isi hati. Seperti Wang Yibo terlalu lamban menyadari opini lain, dari cinta butuh ungkapan.

Lelucon sebuah ikatan dengan cinta, seberapa benci dan dendam kita pada seseorang, terutama pasangan hidup kita sendiri. Tetap saja rasa ego memiliki dan enggan jauh pasti ada.

Begitu yang dirasakan Wang Yibo kepada Xiao Zhan. Ketika mereka hendak memasuki rumah. Seorang kurir tengah berdiri memegang sebuket bunga mawar merah.

Wang Yibo melangkah cepat, mendahului Xiao Zhan. Dia menerima paket dari si kurir terlebih dahulu. Pria manis itu terheran menatap punggung tegap sang suami, tetapi sekilas beralih fokus pada karangan bunga yang dibawa kurir, ketika menyusul dari belakang ... heran jelas, berharap Yibo menjadi romantis untuknya tentu ingin.

Bersamaan Wang Yibo berbalik, tangan kanannya terulur memberikan karangan bunga yang tadi diterima.

"Untukmu, maaf tidak memberikannya tadi ... Aku tidak suka jadi sorotan."

Xiao Zhan bergeming, sepasang mata mengerjap lucu, dan rona semburat merah dikedua pipi putihnya, kentara mewakili isi hati yang tersipu malu sekaligus terkejut, dengan sikap tidak terduga yang ditunjuk Yibo.

Yibo yang masih pada posisi yang sama, menunggu pemberiannya diambil mulai tidak sabaran. "Kenapa tidak diterima, tidak suka ... kalau begitu aku bu--"

"-Jangan, a-aku terima ... maksudku terima kasih, maaf, aku agak terkejut." Xiao Zhan tersenyum. Sadar betapa lamban responnya tadi, langsung memotong ucapan Yibo, dan meraih buket mawar itu dengan kedua tangannya.

Wang Yibo menyungging senyum miring dalam hitungan detik. "Baguslah." Dia maju satu langkah mendekat ke arah Xiao Zhan. "Ingatlah baik-baik, kalau kau hanya boleh menerima hadiah dariku. Jangan pernah menerima atau memakai hadiah dari orang lain, ingat itu kalau kau masih menganggapku suamimu."

Xiao Zhan yang tadinya dilingkupi rasa bahagia, kembali dikejutkan oleh perubahan emosional Yibo. Hanya sesaat dia merasa kembali dicintai lalu didorong dalam kesepian, dengan bisikan penuh emosi. Seolah dia tengah melakukan hal yang tercela. "Sebenarnya dia kenapa lagi," batinnya.

Senyum manis luntur, berganti tatapan kecewa dan raut wajah datar nan sendu. Xiao Zhan merasa dipermainkan sekali lagi, tidak peduli bagaimana Yibo meneriaki namanya.

Dia memilih berjalan cepat. Pundaknya terasa sangat nyeri, seolah tengah memikul beban berat dan dipaksa tegap, netranya menghangat berusaha menjaga bulir bening yang membendung di pelupuk mata. Buket mawar sudah tidak berminat dikagumi, ingin dibuang. Namun, itu adalah pemberian dari orang yang dicintai, berakhir menggantung dalam eratnya genggaman.

Sementara Yibo berdiri di ambang pintu dengan tangan kirinya mengepal kuat. Dia menutup pintu rumah dan naik berlainan arah, menuju ruang kerjanya. Sorot mata elang begitu serat akan amarah terpendam. Tulang rahang mengeras, karena geletuk gigi hingga suara pintu yang dibanting mengakhiri sikap wibawa yang dijaganya.

Cruel of Love [ YiZhan ] (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang