Lagi-lagi Reinhard ingin marah ketika melihat kamarnya. Beberapa bungkus makanan ciki dan sisa makanan tersebar di lantai, bahkan ada cairan kopi yang tercecer di meja. Sedangkan di atas ranjang sana, Ale terlihat nyaman sekali dengan tidurnya.
Baru beberapa menit yang lalu Reinhard berpamit keluar untuk membeli makan malam, rumahnya sudah tidak bisa disebut rapi lagi. Reinhard yakin Ale tidak bisa memasak, ia pun membeli makan malam mereka berupa nasi goreng dari Mang Ucok yang biasa berjualan di dekat pangkalan ojek.
Reinhard berjalan ke dapur, meletakkan dua bungkus nasi goreng di meja. Ia mengambil kantung kresek yang cukup besar, kaos tangan lateks hitam dan berjalan lagi menuju kamar.
Dengan cekatan ia membersihkan sampah sisa makanan dan beberapa bungkusnya. Reinhard juga sudah membersihkan sisa cairan kopi dan mengelapnya hingga bersih.
Dua jam cukup bagi Reinhard membersihkan sampah makanan Ale. Tetapi itu belum pakaian Ale yang tersampir sembarangan di sofa. Lelaki itu mengacak rambutnya frustasi. Ale sangat ceroboh dan jorok.
Bahkan Reinhard yang merapikan itu semua, tak peduli dengan celana dalam dan bra milik Ale yang tergeletak sembarang. Reinhard mengumpulkannya di keranjang, meletakkan seonggok pakaian kotor itu di dekat mesin cuci.
"Le, bangun. Lo nggak mau makan?" Reinhard mengguncang tubuh Ale pelan. Gadis itu malah berguling dan terlihat semakin berdamai dengan tidurnya.
Ale membuka mata secara perlahan, menyipit melihat Reinhard dengan dua piring makanan di masing-masing tangan. "Lo masak?"
Kini Ale terduduk, ia menggaruk rambutnya yang sudah tak berbentuk, lebih mirip seperti orang tersengat listrik. "Ini buat gue?" tanyanya lagi.
"Iya, dimakan." Reinhard memberikan sendok untuk Ale makan, sedangkan ia keluar dan meletakkan piringnya di meja.
Reinhard melepaskan kaos hitam kebesaran dari tubuhnya, berjalan masuk kembali ke dalam kamar dan mengambil baju yang lain.
Ale sukses tersedak ketika melihat tubuh kurus kerempeng milik Reinhard. Tak segan-segan ia juga tertawa keras hingga tersedak nasinya, dengan cepat ia mengambil handphone dan memotret tubuh kurus itu.
Reinhard yang menyadari pergerakan Ale langsung memakai baju gantinya dengan cepat. Ia menatap tajam gadis itu dan merebut handphone Ale. "Nggak boleh ngambil gambar orang tanpa izin!" ucapnya setelah selesai menghapus fotonya.
Setelah itu Reinhard kembali keluar dan memakan nasinya. Sebenarnya, ia malu karena lupa akan keberadaan Ale di kamar. Sehingga kini membuatnya terus betah berlama-lama di ruang makan. Reinhard bahkan berpura-pura mencuci piring dan panci, padahal semua peralatan memasak telah bersih.
"Semalem lo tidur di mana?"
Ale meletakkan piring kotornya di wastafel, menatap Reinhard yang berfokus pada cuciannya.
"Di kamar." Reinhard menjawab singkat, Ale mengernyit. "Semalem lo nggak ada di kamar."
Lelaki itu menghela napasnya, ia meletakkan piring yang sudah ia cuci di rak piring. "Lo udah tidur." Reinhard mengelak. Ia memang tidur di kamar, tetapi tidak di kamar Ale.
"Malam ini? Lo mau tidur sama gue?" tanya Ale sambil mengambil air dari dispenser dan meneguknya sambil berdiri.
"Nggak. Gue di kamar sebelah," sahut Reinhard cepat. Ia mengeringkan tangannya setelah selesai mencuci. Berjalan mengabaikan Ale menuju kamarnya.
"Oh, eh bentar, itu kamar lo ... kok pink?" Ale menelusup masuk melihat kamar yang berada di sebelah kamarnya.
Ia tertegun melihat semua mainan perempuan di sini. Boneka berwarna merah muda, boneka Barbie dan segala perlengkapannya, tirai, sprei, sofa, karpet, cat dinding, lemari semuanya berwarna merah muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEREIN [TAMAT]
RomanceAlerein. Dua remaja yang terpaksa harus menjalin sebuah hubungan pernikahan karena insiden tak terduga. ••• Nikah? Sama Reinhard? Mimpi apa Ale semalam! Seumur-umur, tidak pernah mereka bayangkan bagaimana jadinya kehidupan pernikahan. Namun, ada...