Hal paling utama dalam sebuah ikatan adalah kepercayaan. Tidak akan ada sebuah pertengkaran ataupun pengkhianatan jika kedua insan saling percaya satu sama lain. Untuk mencapai sebuah kepercayaan itu, kunci utamanya adalah membuka pikiran dan saling pengertian.Jika ada ada kunci maka harus ada gemboknya--sebuah masalah yang harus di hadapi untuk mencapai tujuan. Dan musuh terbesar dalam sebuah hubungan adalah komunikasi jarak jauh.
Dulu kupikir jika hati sudah saling terikat jarak sejauh apapun itu tidak jadi masalah. Pemikiran remaja naif yang berpikir dirinya sangat kuat dan tegar.
Aku sungguh ingin menertawakan diriku yang menyedihkan.
Menunggu sapatah dua patah kata dari chatnya setiap hari. Menebak-nebak apa yang sekiranya dia lakukan disana. Membayangkan seandainya dia didekat kita, apa yang akan kita lakukan bersama untuk mengukir kenangan nyata bukan sekedar via suara dan Videocall.
Aku yang dengan naifnya berpikir, apa bedanya dengan sahabat pena kita yang jauh disana ? Kebodohan yang pernah aku lakukan.
"Calisa."
"Iya ?"
Aku tersenyum melihatnya yang mengalihkan mata lurus ke depan sana. Mata hitamnya itu memantulkan bias cahaya kemerahan dari cahaya matahari terhadap air danau. Angin yang semula hangat perlahan-lahan menjadi dingin seiring dengan bulan yang mulai menampakkan diri.
Pemuda itu belum melanjutkan bicara. Dari raut wajahnya seolah tengah memikirkan hal yang begitu berat. Aku tertawa kecil dalam hati. Ku letakkan kelapa diatas lipatan lutut dengan menghadap tepat ke arah wajah rupawan itu. Ku dekap erat lututku untuk mengurangi rasa dingin angin malam. Keputusan yang salah mengajak kencan tanpa persiapan seperti ini.
"Aku akan ke China."
"Hm?" Aku menaikan sebelah alisku. Kemudian ku ulas sebuah senyum kecil. "Nenek kakekmu merindukan cucunya yang nakal lagi, hm?"
Tidak ada raut kesal. Pemuda itu tampak membasahi bibir bawahnya sebentar. Lalu menoleh dengan muka yang serius. Mau tidak mau itu membuatku menegakkan kepala dan memusatkan perhatian penuh padanya.
"Mungkin tiga tahun."
"Hah ?" Aku mengerjakan mata bingung.
"Perusahaan menurun, kakek curiga ada yang tidak beres. Sedangkan kau tau, Papi masih dirawat. Aku yang harus menyelesaikannya."
Aku terdiam. Hanya angin yang menjawab tiga kalimat yang keluar dari bibir pemuda itu. Seolah merasa kalimatnya adalah kesalahan, pemuda itu menundukkan pandangannya.
Aku menarik tangannya, menggenggamnya sambil tersenyum. Senyum itu semakin melebar hingga tercipta sebuah tawa khasku.
"Pergilah! Jika memang itu yang diperlukan. Aku ini cewek kuat! Kau tidak perlu khawatir. Aku bahkan bisa menunggumu di Caffe hingga 5 jam di hari kencan pertama kita hahahaha..."
Bodoh. Kebodohan yang tidak akan pernah aku lupakan.
Daripada mempertahankannya disampingku, aku memilih melepasnya untuk mengepakkan sayapnya. Jika dia terbang terlalu jauh, itu bukan salahnya kan? Ya karena itu kebodohan ku.
"Hufft..."
Sudah ke 127 kali dalam sejam ini aku membuka aplikasi chat berwarna hijau berinisial L. Namun tidak kutemukan satupun notifikasi yang kuinginkan.
"Sial.."
Tok
Tok
Tok
KAMU SEDANG MEMBACA
Lostcont [HRJ]
FanfictionSeminggu penuh dia tidak menghubungi ku. Apa yang dia lakukan disana ? __________________________________ Akhir adalah awal dari sebuah cerita baru. "Takdir begitu lucu." Suara itu. "Sepertinya." Senyum. Aku tidak akan lagi menunjukkan air matak...