(1) Prolog

2.5K 371 81
                                    

"Alice."

Panggilan itu membuatnya tersadar dari lamunan liarnya. Bagaimana tidak? Tepat di hadapannya ada seorang pria gagah dengan kemeja putih yang lengannya digulung hingga ke siku. Jangan lupakan kacamata baca yang bertengger di hidung mancungnya bagaikan perosotan itu.

"Alarice Dixton."

Buru-buru perempuan yang bernama Alice itu bangun dari lamunanya sebelum pria di hadapannya ini murka.

"Iya, dengan Alarice Dixton disini," balas Alice dengan nada menggodanya sembari tersenyum tanpa berdosa.

Drake menghiraukam godaan Alice dan tanpa banyak bicara, ia meletakkan setumpuk kertas tepat di hadapan Alice sehingga membuat senyuman lebar perempuan itu langsung sirna. Bukannya memeriksa berkas apa yang diberikan Drake kepadanya, melainkan memutar tempat duduk yang ia duduki menjadi membelakangi Drake.

"Kau ingin Seline mengerjakan bagianmu LAGI?" pancing Drake membuat Alice buru-buru membalikkan tempat duduk itu.

Seline—alias Roseline Rosabella Dixton, adik ipar kesayangannya yang menikah dengan adik Alice. Tentu saja Alice tidak ingin memberatkan pekerjaannya kepada Seline. Sebenarnya Alice pernah sengaja tidak mengerjakan bagian tugasnya, ia pikir Drake-lah yang mengerjakannya, namun ia salah besar. Drake malah memberikan bagian tugasnya kepada Seline dan diterima tanpa basa-basi olehnya. Sebab itu, Alice tidak ingin membiarkan hal itu terjadi lagi.

Mengingat kejadian itu, Alice meringis merasa bersalah. Tentu ia salah saat itu, tapi ia sangat kesal dengan Drake yang bertindak bodoh. Seharusnya biarkan saja pekerjaan Alice menumpuk tidak dikerjakan, agar ia bertanggung jawab terkena imbas amukan Alpha pack ini. Tapi... ah sudahla, mengingatnya saja sudah membuat Alice emosi.

"Dan kau ingin merepotkan Seline LAGI?" balas Alice tidak mau kalah.

"Kau yang membuat aku bertindak seperti itu."

"Tapi kenapa harus Seline? Dia punya anak yang harus diurusnya."

"Aku tidak punya pilihan lain."

"Padahal kau bisa saja membiarkan pekerjaanku menumpuk."

"Alpha memerlukan berkas itu."

"Ya tapi 'kan—ah, sudahlah. Berdebat denganmu tidak akan ada habisnya."

Pada akhirnya Alice memilih mengalah atau tidak debatan itu akan semakin memanjang tiada henti. Ia mengambil tumpukan kertas itu lalu pergi menuju meja yang biasa ia tempati sembari menghentakkan kakinya kencang.

Sebenarnya, Alice punya ruangannya sendiri. Tapi rasanya kurang mengenakkan baginya untuk mengerjakan tumpukan kertas ini tanpa moodbooster. Moodbooster yang ia maksud adalah Drake. Jika Alice sudah mulai letih dengan pekerjaannya itu, ia akan menatap Drake dan ajaibnya energinya akan terisi kembali.

Perlahan Drake menatap Alice sejenak dan kembali fokus ke pekerjaannya supaya ia bisa melanjutkan game yang ia beli beberapa hari yang lalu.

(~~~)

Yang ditunggu-tunggu akhirnya mucul!

Lama banget ya nunggu? Hehe, maafin! Banyak yang perlu thor urus terlebih dahulu, ini aja sebenarnya masih ragu update. Tapi demi kalian apasih yang nggak?

Anyway, selamat membaca <3

Alarike (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang