STB 1 PERMULAAN

187 112 69
                                    

"Jadi, permulaan apa yang pantas?"

"Jadi, permulaan apa yang pantas?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1

"Bangun! Anak gadis kok telat bangun?!"

"Babu udah selesai beres-beres rumah nih."

"Gak malu sama Cyka yang udah berangkat sekolah? Malah, dia sempetin bersih-bersih rumahnya. Lah, kamu?!"

Netra mataku samar-samar mulai menampilkan wajah mama di ambang pintu. Sedetik kemudian, aku kembali ke alam mimpi.

"Dah bangun, kan? Emang gak sekolah? Kalau Cyka sih, udah berangkat."

Suara mama yang lagi, dan lagi suka bicara seenaknya membuatku mengambil bantal dan menutup kuping.

"Ohhh, mau tuli ya kamu?!"

Aku menghembuskan nafas dan membuka mata dengan kepala yang masih tertutupi oleh bantal.

BRUK!!

Pintu yang dibanting agak keras membuatku melempar bantal yang menutupi kepala dan melihat ke arah mama tadi berdiri.

"Hmm, capek." gumamku. Tepat saat alarm di hpku berbunyi.

***

Dentingan jam mengiringi langkahku menuruni tangga. Aku menghampiri mama yang tengah santai menonton TV di ruang tamu.

"Ma, aku berangkat dulu ya."

Mama menoleh ke arahku dengan ekspresi yang sering ditunjukkan padaku, saja. "Kenapa gak sarapan? Sering ngeluh sakit perut tapi sarapan aja nggak. Cih!" ucapan itu menusuk hatiku. "Yaudah, berangkat sana."

Walau terlihat begitu, mama tetap memberikan tangannya untuk aku salim.

Pagar sudahku kunci, aku sedang menunggu ojol yang kupesan sebelumnya. Tapi, pandanganku mengarah pada seseorang di depan sana yang tengah menyiapkan sepeda motornya.

"Cyk!" panggilku.

Cyka menoleh. "Kenapa, Mik?"

"Kamu baru mau berangkat sekolah?"

"Iya nih, mau bareng?" tanyanya.

"Hmm, nggak ya, maaf. Aku udah mesan ojol tadi," balasku agak tidak enakan dan mendapati ojol yang kupesan sudah tiba.

"Ehh udah ada Cyk, duluan ya!" Cyka mengangguk sambil melihatku menaiki ojol.

Suasana pagi ini agak berbeda. Sedikit mendung yang aaaa, jika dideskripsikan, aku jadi orang yang paling bahagia saat hujan mengguyur bumi. Pandanganku tak teralihkan sedetikpun pada jalanan yang kulewati. Hingga pada satu titik, segumpalan asap berwarna hitam sedang berkeliaran bebas di udara, terbang tinggi, melebihi rumah.

Semestaku Terlalu BermainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang