Part 4.

17 3 0
                                    

"Oi, babu!"

"Astagfirullah, jauh kan lah musibah dari hamba mu ini." Shely berbalik badan segera saat meliat Ali melambaikan tangannya di ujung koridor. Ia melangkahkan kakinya semakin cepat saat Ali mengejarnya.

"Woi, ini hidungnya kesumbet atau gimana sih? Masa gak denger?" Ali mengambil jalan pintas lalu mengangetkan Shely dari depan.

"Apaansi lo, gue mau balik, tulang-tulang di punggung gue udah menjerit mau berciuman sama kasur lup lup," ucap Shely sembari bersedekap dada.

"Ayok ikut gue." Ali menarik tangan Shely namun tak berhasil membawanya, ternyata kuat juga gadis triplek ini, mungkin itu yang ada di pikiran Ali.

Ali berfikir, lalu mulai menghitung mundur, Shely menjadi bingung memperhatikan gelagat Ali, hingga pada hitungan ke satu, Ali menggendong Shely seperti karung beras.

"Ali gila! Lepasin woi, lo pikir gue anak monyet lo gendong gini!" Shely memukul-mukul punggung Ali dengan tangannya, kakinya tak bisa berhenti bergerak seperti cacing kepanasan.

"Bisa diem gak sih? Berat lo kek beras satu ton," sahut Ali yang masih bersusah payah menggendong Shely.

"Alah, kalo satu ton udah penyet lo, turunin gue sekarang!"

Brak!

Demi apa rasanya bokong Shely menjadi remahan seperti rengginang, dengan tidak berperi kebokongan Ali menjatuhkan Shely di lantai.

"Aw, sakit banget, kalo ada kata lain selain gila, udah gue ucapin satu juta kali ke lo Al." Shely memijit-mijit bokongnya, sungguh nasib yang mengenaskan bisa bertemu cowo tampan yang mines akhlak.

"Kan tadi bilang turunin, yaudah gue turunin, salah gue apa coba?" Ali merapikan rambutnya, demi apa ia membawa kaca dan sisir ke sekolah? Dah kek ibu-ibu arisan yang doyan pamer aja.

"Woi, sesama manusia harus saling tolong." Shely mengulurkan tangannya untuk meminta bantuan kepada Ali, jauh dari ekspektasinya, Ali malah menganggurkan tangannya. Sekalian aja di bikin jus.

"Sorry banget Shel, gue kira lo bukan manusia." Ali melenggang pergi meninggalkan Shely membuatnya menganga lebar, Ali pun berteriak.

"GUE TUNGGU DI PARKIRAN YA!"

"SUKA HATI LO JAENAB!" balas Shely, ia mencibir lalu mengaduh kesakitan, udah perut sakit, bokong sakit, lengkap sudah penderitaan ini.

"Help, pangeran berkuda rainbow, aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi." Shely bernyanyi dengan suara yang mungkin lebih indah dari suara kentut Ali.

"Apakah gue harus ngesot? Ntar ada film baru, siswi ngesot, dan gue jadi pemeran utamanya!" ujar Shely bermonolog sendiri, ia pun memasang muka absurd dengan memoyong-moyongkan bibir, bersuara seperti nenek lampir, hingga bertingkah seperti orang kerasukan.

"Berbakat juga gue jadi pemain horor."

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang diulurkan ke arah Shely, itu bukan tangan makhluk gaib ya, tenang aja ini bukan genre horor.

Shely mengangkat wajahnya, melihat pria yang selama ini ada di imajinasinya, wajah yang di atas rata-rata dan otak pintar tiada tara. Itu Daffa, ketua osis sekolah Shely. Masa dia egois banget sih? Pinter, iya. Ganteng? Bukan lagi. Kaya? Beuh, gausah di tanya. Famous? Elah, siapa sih yang gak kenal Daffa.

Apakah ini pangeran berkuda rainbow yang bakal menyelamatkan putri Shely?

"Butuh bantuan?" Ah, denger gak sih kalian? Suaranya itu loh, maskulin banget nget nget. Coba deh gedein volume suara kalian, kalo beneran berarti kalian halu. Orang tulisan mana ada suara bambang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kecantol Cinta si SomplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang