Dua

204 43 3
                                    

Jangan lupa tinggalkan vote & komentar!

Happy Reading!

🍂

Kelopak mata yang semula terpejam, perlahan-lahan memperlihatkan sepasang netra sekelam langit malam. Pemandangan indah dengan kelopak bunga sakura yang beterbangan menyambutku.

Walaupun sudah berulang kali melihatnya, tetap saja ada perasaan menyenangkan menyaksikan hal ini walau dalam dunia mimpi sekalipun.

Lalu ...

"Masih sama, ya."

... suara itu kembali menyapa indra pendengaranku.

Menoleh, bibirku melengkungkan seutas senyum pada laki-laki bersurai hitam yang berdiri dengan jarak dua langkah di sampingku.

"Aku penasaran, kira-kira sudah berapa lama kita seperti ini? Maksudku—saling muncul dalam mimpi masing-masing."

Ia menoleh. Sepasang netra biru gelap miliknya yang indah beradu pandang denganku. "Mungkin ... hampir satu tahun. Entahlah, aku tidak begitu ingat."

"Sudah lama ternyata."

"Hm."

Aku menarik nafas, mendongak, membiarkan udara musim semi membelai lembut wajahku. "Dan kita bahkan tidak tahu nama satu sama lain."

"Yah ... mau bagaimana lagi?"

Aku terkekeh geli.

Benar juga. Selama berada di dunia mimpi ini, kami tidak pernah bisa menanyakan nama satu sama lain. Untuk alasan yang tidak ku ketahui, saat salah satu diantara kami berniat membuka mulut untuk bertanya, tahu-tahu saja aku sudah terbangun di kamarku.

Entah kenapa aku merasa ... sistem dunia mimpi ini seolah-olah sengaja melakukannya. Sengaja membiarkan kami terkurung dalam ketidak tahuan yang entah akan sampai kapan.

Syuu!

Salah satu kelopak sakura terjatuh di atas hidungku. Meniupnya hingga melayang, aku meluruskan pandangan.

Jadi ... sudah kurang lebih satu tahun, ya?

Tidak terasa sudah selama itu.

🍂

Aku menatap pantulan diriku pada cermin, yang tengah menyisir surai hitam dengan panjang hanya sebatas bahu.

Siang hari ini, sesuai kesepakatan dengan Rena beberapa hari lalu, kami akan pergi ke kafe yang baru buka di dekat sekolah.

Kali ini, aku sedikit bersemangat setelah melihat beberapa review dan reaksi positif orang-orang di internet tentang kafe tersebut kemarin malam.

Lagipula, kalau diingat-ingat, beberapa minggu belakangan ini sepertinya aku kurang keluar rumah terkecuali akan sekolah.

"Yosh." Meletakkan sisir kembali pada tempatnya, aku meraih tas, syal cokelat di kapstok, memasukkan ponsel ke dalam saku rok, kemudian barulah keluar dari kamar. "Kaa-san, ittekimasu!"

"Itterasshai."

🍂

To: Rena
Kau dimana? Aku sudah sampai.

Sudah hampir lima belas menit pandanganku menekuni layar ponsel. Dan pesan yang ku kirim sama sekali belum di baca apalagi di jawab.

Menghela nafas, salah satu tanganku terulur, menyentuh permukaan pintu kafe yang berbahan dasar kaca kemudian mendorongnya hingga terbuka, menimbulkan bunyi 'ting!' pelan yang berasal dari bel di atas pintu.

[✔] When We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang