00

77 12 0
                                    

Dadanya semakin sesak. Penyakitnya menggerogoti badannya. Ia menatap lelaki di luar UGD yang menatap dia balik dengan cemas. Ia tersenyum.

Setidaknya, ada yang masih kehilangan ketika aku pergi(:

"Suster.... " Panggilnya. Suster yang di sebelahnya langsung menatapnya dengan khawatir.

"Iya,, saya disini. Kamu mau apa??" Tanya nya lembut. Gadis lemah itu menggeleng. "Saya mau meminta sesuatu. Untuk terakhir kalinya." Lanjutnya. Suster itu menggeleng. "Hidup kamu masih lama cantik! Ayo semangat! Suster percaya ada keajaiban buat kamu! ayoo, suster bakalan nurutin apapun asal kamu sembuh!" Ucapnya lembut. Sangat lembut seolah gadis di depannya ini adalah kaca yang mudah retak. Sambil mengelus kepala gadis itu

"Cowok yang di luar itu,, bisa suster bawa masuk?" Tanyanya. Suster itu terdiam selama beberapa detik. Kemudian tersenyum dan menganguk.

"Sangat boleh! Asal kamu bertahan yah! Sebentar saya suruh masuk dulu" Pamit suster. Gadis itu menganguk sambil beberapa kali meringis dan merintih.

Beberapa detik kemudian lelaki itu masuk dan menatap khawatir. Ah tidak, menatap tajam. Tapi entah kenapa gadis itu tertawa dan tersenyum.

"Ngapain lo senyum? Lo gila yah ga bilang ke ortu lo soal penyakit lo?" Ucap lelaki itu sambil menatap semakin tajam gadis itu. Gadis itu hanya mengendikan bahunya. "Gapapa sih. Toh nantinya cuma di kasih uang. Terus di tinggalin lagi. Sama kaya dulu." Ucap gadis itu tak peduli.

"Bilqis!" Ucap lelaki itu tegas. Hingga membuat gadis itu tersenyum miring. "Cieee khawatir." Ledeknya.

Lelaki itu memilih abai dan menunduk. Melihat bilqis yang sesekali merintih membuat dadanya nyeri. "Sakit banget?" Tanyanya.

Bilqis menatap lelaki itu. Kemudian tersenyum "iya, sakit banget. Banget. Maka dari itu gue manggil lo" Ucapnya. Lelaki itu menatap tak mengerti. Bilqis memegang dadanya yang semakin sakit. Tapi tetap berusaha tersenyum.

"gue tau, lo mulai suka sama gue. Tapi lupain itu. Rasa sakit yang gue rasain sekarang, itu bener bener sakit dan gue gakuat. Jadi... " Ucapannya terhenti karena pandangannya mulai sedikit kabur.

"Jadi, lupain gue dan temukan yang baru, za. Maaf dan makasih" Itu ucapan terakhirnya. Nafasnya berhenti dan alat pendeteksi detak jantung nya sudah menunjukan garis lurus.

Suster yang mengawasi dari luar panik dan langsung memanggil dokter. Sedang kan Firza, lelaki yang di panggil za itu hanya diam. Menatap Bilqis yang sudah tertidur pulas dan tak akan pernah bangun lagi.

Perlahan air matanya turun. Ia merasakan nyeri luar biasa pada hatinya. Ia baru saja merasakan namanya jatuh cinta. Namun cinta pertamanya itu telah kandas. Orang yang di cintai nya pergi, untuk selamanya. Tapi, ia juga harus merelakan perasaan nya dan Bilqis. Demi hatinya dan ketenangan Bilqis.

"Seandainya...

" Seandainya gue ungkapin ini dari lama. Mungkin sekarang kita sudah bahagia..." Sesalnya

******

Hi-!!
Aku tau kok ini gaje:(

Tapi hargain yah-!!

Teken bintang⭐
Dan comment jugaa~

Makasih. C u in next chapter-!

Bilqis Kyle Natasya[Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang