Man with glasses

22 2 0
                                    

21 February 2021 di jam 08:51
Kamu reply storyku yg absurd, karena aku memang typical perempuan yg nyampah banget di story makanya banyak yg unfollow haha tapi aku typical yang memang ngga perduli apapun, tapi kalau udah sayang banget sama temen mungkin sebisa mungkin aku ada untuknya.

Then kamu bilang "Tapi kau mau ngga kasih aku kesempatan untuk siapin semuanya? paling ngga sampai tes PNS ini aja?"
lalu aku jawab "wkwk seriously? Boleh dong, tapi aku ngga janji, yaa jodoh siapa tau?"

dan karena waktu singkat dan keyakinan yang kamu utarakan akupun jadi luluh, padahal aku sudah berjanji dengan diriku sendiri untuk ngga terlalu mudah meletakkan hati jika belum datang untuk menemui mama, tapi ternyata aku juga perempuan biasa yang kadang juga bisa luluh dengan mudahnya, aku malah yakin denganmu dan aku pun mengiyakan padahal kalau dari segi sifat kita berbeda 180 derajat, kamu yang kaku, kalem, dan menurutku selama dibangku kuliah kamu itu pemalu, ngga percaya diri, berbeda dengan diriku yang amburadul, friendly, ketus, cuek, percaya diri yg overload dan kadang ngga ada malunya, senyamanku untuk berbicara dan kadang bicara ngga pakai mikir, aku yang dikenal dengan tomboy pdahal sebenarnya aku hellokitty banget cuma memang typical yang susah nangis di depan orang, tapi kalau udah nangis pertanda aku udah ngga kuat banget untuk nahan sendirian..

Kamu menawarkan banyak hal seolah kamu menawarkan kalau kamu adalah rumah, kamu berharap aku melihat ke arah mu total, dan sebenarnya aku sudah melihat kearahmu cuma memang aku ngga mau bilang ke kamu karena aku mau lihat sejauh apa kau menginginkan diriku, aku sudah lelah dengan hal2 basi yang aku hadapin beberapa waktu kemarin.
Tapi, lagi2 aku harus dipatahkan dua kali dalam waktu satu bulan. kamu kira aku ini permainan?

Setelahnya, aku ingin marah banyak hal yang ingin aku sampaikan. Tapi menyadari peranku ini emang bukan siapa2nya kamu jadi aku sadar diri, karena memang suatu hubungan itu ngga baik kalau cuma punya keyakinan sendirian. Aku ngga tau mengapa kamu mundur secara tiba tiba dengan alasan "aku mau mapan kan diriku dahulu", pdahal aku juga ngga terburu, aku cuma mau tau aja kamu layak atau engga untuk aku tunggu, tapi pada akhirnya hal sederhana ini ngga bisa aku ungkapin, kamu selalu menjauh ketika aku ingin mengobrol banyak hal. Tapi ya semakin kesini ternyata memang ngga semua hal itu bisa dipaksa untuk diteruskan.

Semoga kau gapai mapanmu, walau nanti bukan untukku.

Diary AbsurdWhere stories live. Discover now