Chapter: 01🍁

50 3 3
                                    

"Kita putus!"

Lelaki dihadapannya terbelalak kaget, pasalnya ia baru saja mendudukkan bokongnya di kursi sebuah restoran tetapi sudah dibuat jantungan hanya dengan dua kata yang dapat menyayat hatinya.

Dimejanya sudah penuh dengan makanan dan minuman, padahal dia belum memesan apapun. Sepertinya wanita dihadapan dialah yang kemungkinan memesan semua makanan di mejanya ini, begitu penuh.

"Loh.. loh.. tunggu dulu ini gue baru duduk masa udah minta putus aja."

Wanita dihadapannya itu menghiraukan perkataan lelaki tersebut. Dia mengeluarkan selembar foto dari dalam tasnya kemudian menaruhnya di atas meja. Didekatkanlah foto itu ke arah lelaki dihadapannya yang malah menatap ke arah dirinya bukan ke fotonya.

Lelaki itu menaikkan sebelah alisnya, agaknya dia masih bingung apa maksud wanita itu memberikan selembar foto kepadanya. Disitu terpampang jelas dirinya tengah merangkul gadis lain dengan tangan kirinya dan tangan kanannya yang memegang payung.

"Ck. Belom ngerti juga. Gini ya dim, lo sama gue kayanya emang gak cocok. Lo lebih mentingin cewek difoto ini yang lo sebut dengan embel-embel sahabat lo itu dari pada gue sendiri. Disaat gue lagi butuh banget kehadiran lo, lo malah berduaan sama cewek ini. Terus setiap malem minggu bukannya kita kaya pasangan yang lain, keluar, nonton, jalan-jalan, makan bareng, main bareng. Dan lo malah ngutamain buat nemenin cewek ini beli buku doang dibandingkan gue. Sebenernya pacar lo itu dia atau gue sih, Dim?" Ucap wanita itu panjang-lebar.

Skakmat, lelaki itu sama sekali tidak berkutik. Dia diam sesaat, tetapi kemudian dia membuang nafasnya berat, mencoba menahan emosi yang sepertinya akan terluap saat itu juga apabila tidak ditahan olehnya.

"Kalo lo suka sama dia yaudah. Ngapain lo malah macarin gue? Mau buat dia cemburu? Tapi tolong jangan gue yang lo jadiin korban. Ini menyangkut soal hati." Lanjut wanita itu.

"Engga. Gue gasuka sama dia. Kan gue udah berkali-kali bilang sama lo, dia ini sahabat seperpopokkan gue, gue udah bareng sama dia dari jaman masih orok, dan gue udah nganggep dia kaya adek sendiri. Jadi ya gak mungkin lah gue suka sama dia." Sangkal lelaki tersebut dengan cepat.

"Ck. Gatau lah. Intinya gue mau putus sama lo." Wanita dihapannya itu segera berdiri dari tempat duduknya dan berlalu pergi.

"Tunggu, tunggu. Dia main pergi gitu aja? Jadi ini siapa yang bayar pesenannya? Apa udah dibayar duluan kali ya? Tau dah gue balik aja." Gerutu lelaki tersebut pelan.

"Maaf mas, ini pesanannya belum dibayar." Baru saja hendak keluar dari Restoran sudah di tahan duluan sama pelayan di restoran tersebut.

"Eh? Oke.. Jadi berapa mas?" Tanyanya.

"290 ribu saja mas." Saja katanya, haha.

Lelaki itu mengeluarkan dompet dari saku belakang celananya. Dikeluarkanlah tiga lembar uang ratusan ribu yang merupakan uang terakhir di dalam dompetnya itu.

"Ini mas kembaliannya." Ucap pelayan tadi.

"Terima kasih." Ia menatap nanar uang kembaliannya.

Tak lama kemudian dia mengacak rambutnya, frustasi. 'Udah diputusin, disuruh bayarin pesanannya pula, mana ini uang terakhir di dompet, apes banget dah hidup gue.' Batinnya.

"Sisa sepuluh ribu haha." Ia menerawang uang tersebut dari macam sisinya. Untuk apa..

"Beli cilok mang ikin aja kali ya? Dia kan suka tuh." Ucapnya diiringi senyum gembira.

'Gajadi sedih kayanya' ~Author

~~~~~

"Leaa." Panggil seorang lelaki dari balkon rumahnya.

FriendZonk🍁Where stories live. Discover now