3. h-31 pt2

6 3 1
                                    

Sore menjelang malam, sesi kedua sudah dimulai. Mereka menjawab soal secara lisan. Mendapatkan skor 15, jujur skor mereka tertinggal dari skor Jabar, tim Arief. Rahma sedikit kesal, saatnya mode serius. Sejak kejadian Arief mengelus puncak kepala Rahma, selama berjalannya lomba, ia sangat tak fokus. Apalagi lawan terberat nya adalah tim sahabat nya sendiri.

Tim Rahma mengejar skor tim Arief. Sehingga di akhir perlombaan skor mereka seri. Tim daerah lainnya gugur di sesi kedua. Mereka meninggalkan ruangan perlombaan.

"HUAAAA RAHMA, YOU'RE MY HERO!" Teriak Fifi histeris sembari memeluk erat Rahma.

"Aduhhh iya iya, aku gak bisa nafas nih" eluh Rahma, Fifi pun melepas pelukannya dan menangis terharu. Rahma hanya bisa menenangkan Fifi yang masih menangis, serta teman lain yang ikut terharu karena perjuangan Rahma.

Dari kejauhan Arief memanggil Rahma tak terlalu keras, tetapi Rahma dapat mendengar nya secara jelas. Ia pun berlari kecil menghampiri Arief dekat pintu keluar hotel.

"Ada apa Arief?"

"Ga nyangka ya, kita masih aja bersaing dari SD sampe sekarang"
"Otak Lo masih sama kayak biasanya"

"Oh ya?" ucap Rahma sambil menggaruk belakang kepalanya. Arief tersenyum melihat tingkah laku Rahma, ia mengambil ponselnya di saku celana lalu menyodorkan pada Rahma.

"Minta nomor Lo, biar ga lose kontak"

Pipi Rahma memerah, ia kira Arief akan sangat gengsi untuk meminta nomor ponselnya lebih dulu. Ia pun mengambil ponsel itu dan mengetikkan nomornya, diberi nama 'MY BESTIE'.

"Jangan diubah namanya ya" ucap Rahma sambil berpose peace. Arief pun mengangguk, dan mencoba menelpon nomor itu untuk memastikan benar itu nomor sahabatnya.

"Save, itu nomor gue kasih nama 'Lieber Freund' okey" ucapnya sambil tersenyum tipis.
/Cari artinya sendiri ya guys/

Seketika pipi Rahma memerah, ia pun menundukkan kepalanya untuk menutupi wajahnya yg memerah. Dia pun mengetik apa yang dikatakan Arief.

"Oh iya, abis ini Lo langsung balik ke Kalimantan?" Lamunan Rahma hilang dan mulai berfikir apa yang akan dijawabnya.

"Mungkin? Tapi aku mau jalan jalan dulu sih, sayangnya gak ada temen" balasnya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Ikut gue aja"

"Ha?"

"Udah liat aja nanti, bentar lagi sesi tiga mau mulai. Lu siap siap dulu aja" Arief mengalihkan pembicaraan dan ia berjalan mendahului Rahma, kembali ke tempat teman temannya.

"Gue duluan" lambaian Arief di balas senyuman bingung oleh Rahma. Ia masih tidak mengerti apa yang maksud Arief barusan. Apa itu artinya ia mengajak Rahma berkeliling Jakarta sehabis ini? Wajah Rahma kembali memerah mendengar penjelasan pemikirannya itu.

°°°

Sesi ketiga akan dimulai, kali ini mereka harus berebut untuk menjawab pertanyaan dari sang juri. Kini hening, baru saja sang juri mengambil nafas untuk membacakan soal, jantung mereka sudah berdetak cepat.

Satu pertanyaan dilontarkan juri, suara tombol sudah saling sahut menyahut. Otak bekerja cepat, gerakan tangan yang kilat dan pengucapan yang teliti, semua dilakukan sang peserta lomba. Gugup, tentu mereka rasakan.

"........."

".........."

Tak sangka skor tertinggi ditempati oleh tim Rahma. Kegugupan Rahma mulai mereda. Aura keseriusan muncul dari arah tim lawan. Mereka kini sedang mode sangat serius. Gerakan mereka kini 2 kali lebih cepat dari sebelumnya. Itu membuat skor mereka naik tak kira.

Semangat 45 Rahma terjolak tinggi (alay), matanya ber api-api. Rahma mengganti posisi menjadi si pemencet cepat(?) /Ya pokoknya itu lah/

Perlombaan selesai, hening. Suaranya ter-engah engah dari si peserta lomba.

....

"SELAMAT UNTUK TIM 2!"

Rahma terduduk, ia menangis sekencang-kencangnya. Teman teman mereka menghampiri Rahma, Fifi dan Restu yang sedang terharu. Mereka bersorak meriah dari hasil kemenangan mereka. Hasil memungkinkan perjuangan mereka selama ini. Piala emas diberikan kepada Wali mereka.

Rahma menengok kearah Arief sambil menangis sendu, Arief hanya tersenyum kecil sambil memberikan selamat dari sana.

°°°

"Rahma, katanya kamu mau berlibur disini dulu?"

"Iya pak, tapi saya mau bertanya sama orang tua saya dulu"

"Kalau jadi berlibur bapak ngomong ke atasan kalau tiket pulang kamu diundur"

"Iya pak"

Guru wali Rahma pergi untuk kembali kedalam hotel. Rahma sedang menenangkan diri di rooftop hotel. Seorang laki laki menghampiri Rahma.

"Jadi liburan disini?" Ucap sang laki laki.

"Hmm? Kayaknya" balas Rahma.

"Kalo butuh teman bisa kutemenin, aku punya kerabat juga yang tinggal disini. Kita bisa nginep disana" tawar Fais.

"Gak usah deh, ngerepotin keluarga kamu nanti. Lagian aku juga sebulanan keknya disini, aku punya temen kecil juga kok. Dia nawarin tinggal disana"

"Kamu punya temen disini?"

"Iya, temen kecil sama ...... Aku"

"Apa?"

"Enggak! Mamanya dia kenal baik sama mamaku kemungkinan besar boleh nginap disana dalam waktu lama"

"Ohhh ya udah"

Fais menundukkan wajahnya, tawarannya ditolak mentah mentah. Ia mengeraskan genggaman tangannya.

-Apa selama ini kita bukan teman?-

Next, Minggu depan!

One Precious MonthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang