Rahma Adinda Putri, The Queen of Math itu julukannya di sekolah. Matematika merupakan pelajaran sekolah yang ia Favorit kan sejak dulu. Menjadi mahasiswi UI, itu yang ia impikan. Dari mengikuti semua Lomba yang berhubungan dengan pelajaran yang ia sukai, hingga rela memperdalam ilmu hingga 24 jam lamanya untuk bisa masuk ke universitas impiannya itu.
Olimpiade Nasional kini yang ia rasakan, lolos tingkat kabupaten dan provinsi membawanya ke tingkat nasional. Jakarta, tempat yang ia tinggali dulu dan sudah 4 tahun lamanya tak menginjakkan kaki ke tempat ini. Tak mau mengecewakan sekolah hingga daerahnya, sebelum Lomba pun ia sempatkan untuk belajar.
"Rahma, 5 menit lagi Lomba dan kamu masih belajar?" Ujar teman selombanya.
"Biar menang, is" jawabnya sambil membolak-balik buku dihadapannya.
"Anak Jenius mah beda" ucap Fais sambil tersenyum kecut.
"Udah ma, ntar kamu pusing" Lala yang disampingnya pun ikut menegurnya.
"Iya deh iya" balas Rahma sembari menutup buku catatannya itu.
"Udah kalian siap siap, lombanya bentar lagi mau mulai" sang wali pun menuntun mereka untuk menyiapkan diri.
"Rahma sama Fais Ruang 2" lanjut wali mereka sambil menunjuk Ruang Matematika, Rahma dan Fais mengangguk dan langsung menuju ke ruangan tersebut.
Didalamnya banyak sekali murid dari berbagai daerah. Semua orang terpana pada kedatangan Rahma dan Fais. Perempuan berkulit putih dengan paras cantik, lelaki tinggi dengan ketampanan yang melekat itu yang mereka pikirkan.
Disana setiap bangku di beri jarak yang sedikit berjauhan. Rahma dan Fais memutuskan untuk duduk berdampingan. Tak selang waktu lama, Lomba pun dimulai. Setiap siswa diberi secarik kertas untuk menghitung, tak lupa dengan lembar soal dan jawaban.
....
Sunyi, hanya suara kertas yang terdengar. Semua siswa fokus terhadap soal. Tak terasa 88 menit berlalu, 2 menit lagi mereka harus mengumpulkan hasil jawaban mereka.
"Yang sudah selesai, lembar jawaban boleh dikumpulkan" kata sang pengawas di depan sana. Rahma pun bergegas mengumpulkan lembar jawaban nya, karena 5 menit sebelumnya ia sudah menyelesaikan soal-soal tersebut.
Saat keluar Ruangan, ia berpapasan dengan seorang laki-laki yang sangat familiar disana. Pas sekali, diseberang ruangan Rahma adalah Ruangan Biologi. Tetapi lelaki itu malah memalingkan wajahnya dan pergi mendahuluinya. Rahma hanya mengerutkan dahi kebingungan dan pergi dengan wajah yang sedang mengingat ingat seseorang. "Arief?" Gumamnya sambil menyebut nama salah satu sahabatnya dan sekaligus cinta pertama nya.
"Gimana ma? Gampang?" Fifi menepuk bahunya dan membuat Rahma sedikit terkejut.
"Hmm? Biasa aja"
"Gilak tadi Kimia susah PARAH!"
"Kamu sih tadi gak belajar"
"Yeee belajar ya" Fifi memeletkan lidahnya pada Rahma. Rahma hanya tertawa kecil melihat temannya yang sedang resah itu.
....
Setengah jam berlalu, semua siswa sudah berkumpul ke post mereka masing-masing. "Eh aku yakin ini soalnya bukan tingkat SMA cuy" ucap salah satu teman sedaerah Rahma.
"Iya kan?" Sambung yang lain.
"Selama ini belajar yang keluar cuman 15 soal, soal 5 nomor lagi gak tau dari mana asalnya"
"Ih aku masuk masuk aja tu yang selama ini dipelajarin"
"Yakan kamu dikasih catatan lebih sama gurumu, lah sekolah ku cuman bilang 'kalo menang ya Alhamdulillah kalo kalah ya Astaghfirullah'" katanya sambil menirukan cara bicara kepala sekolah nya.
Rahma hanya tertawa melihat teman temannya yang sedang protes itu. Kemudian Rahma tertarik untuk melihat sekumpulan siswa dari berbagai daerah lainnya. Matanya langsung terpana pada kumpulan siswa berjas hijau.
"Itu perwakilan daerah jabar, mereka menang 3 tahun berturut turut" bisik Lala disampingnya, Rahma hanya mengangguk mengerti. "Kamu tau dari mana?"
"Ya tau lah, kan aku orangnya up to date" balasnya sambil menyibak Rambutnya. Rahma lagi lagi hanya bisa mengangguk kecil. Pandangan nya terlepas ketika Lala menyadarkan Rahma untuk kembali ke hotel mereka masing-masing.
"Ayok ma bentar lagi Kita makan malam" ajak Lala.
"Iya tunggu sebentar" balas Rahma.
°°°°
Mobil berhenti disebuah restoran seafood. Wangi masakan tercium sampai kedalam mobil.
"IH GILAK WANGI BANGET JADI TAMBAH LAPER, BOMAT NTAR HAJAR AJ SEMUANYA!!" Ucap Fifi semangat sambil mengelus perutnya yang kurus Itu.
"Gak boleh berlebihan, sesuatu yang berlebihan itu gak baik" ucap Rahma sambil menepuk bahu temannya itu, lalu keluar mendahului Fifi yang masih mematung.
Selesai makan malam, mereka kembali ke hotel. Tapi tidak langsung pergi tidur melainkan bermain di rooftop hotel. Langit malam dengan bintang berkelap-kelip menghiasi malam itu. Ditambah lagi pemandangan kota di sekitar hotel.
"Lama gak kesini" gumamnya sambil menatap pemandangan dari rooftop hotel.
"Iya iya mah, kan abis ini libur 1 bulan juga. Aku pulang kok" sahut lelaki itu yang tiba tiba berada di samping Rahma. Tapi Rahma tak menengok ataupun peduli dengan siapa lelaki yang disampingnya itu.
Sang lelaki itu memutuskan sambungan telepon lalu menoleh ke arah Rahma dan memperhatikan nya. "RAHMA AYOK BALIK, DAH NGANTUK NIH" ucap Lala, Rahma pun bergegas menyusul Lala.
"Rahma?" Gumam lelaki itu.
DONE!!
SELAMAT MEMBACA!
KAMU SEDANG MEMBACA
One Precious Month
Teen FictionBersahabat dari kecil tapi tak berkomunikasi hingga sekarang. Dipertemukan dalam kompetisi yang membuat mereka saling berebut kemenangan layaknya dulu. Libur satu bulan, membuat Rahma ingin sekali berlibur disana. Arief pun ingin menemani dan menja...