4. Home Alone - Kagami

2 0 0
                                    


Suatu malam yang dingin --entah kapan-- yang jelas saat itu bumi berada di titik terjauh dari matahari. Kagami akhirnya pulang ke rumah sepupunya, Himuro, karena keluarganya hendak pergi ke luar kota. Mereka meminta Kagami untuk menjaga rumah selagi mereka pergi.
Lokasi rumah itu sendiri berada di lereng pegunungan sehingga masih jarang transportasi dan tak banyak tetangga di sekitar rumah itu. Rata-rata rumah di sana berjarak 10 hingga 20 meter dari rumah satu ke rumah yang lain, membuat suasana terasa sunyi namun tak bisa di pungkiri betapa asri dan indahnya alam pedesaan di sana.

 Rata-rata rumah di sana berjarak 10 hingga 20 meter dari rumah satu ke rumah yang lain, membuat suasana terasa sunyi namun tak bisa di pungkiri betapa asri dan indahnya alam pedesaan di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Teman-teman tak tahu diri!" gerutu Kagami sambil membaca semua komentar pedas dari anggota Kisedai itu.

Kagami menutup smartphone-nya dengan agak sebal. Di tempat itu, ia butuh waktu sekitar 30 menit untuk bisa mencapai kota terdekat menggunakan motor D*cati miliknya, hanya untuk mendapat bahan makanan atau apalah yang ia butuhkan selama menjaga rumah. Agak menyebalkan karena pada dasarnya Kagami ingin liburan santai di sana.

***

Di konbini 24jam.

Sambil menyelam, minum air? Itulah yang Kagami lakukan saat ini. Selain kerja part-time menjaga Toserba, di sana  juga Kagami bebas membeli bahan-bahan yang ia perlukan tanpa di pungut pajak, alias dengan harga modal! Malahan pemilik toserba sering memberinya bonus, seperti susu dan telur, atau buah-buahan. Ia suka karena Kagami rajin dan tahu banyak mengenai bahan-bahan rumah tangga.

"Ga buruk juga!" gumam Kagami seraya memilih bahan untuk memasak. "Seenggaknya masih ada satu lokasi yang bisa disebut peradaban!" ia menggerutu sambil mendorong trolinya melintasi rak-rak bahan makanan lainnya untuk persediaan esok hari.

Waktu menunjuk pukul 00.20 saat Kagami keluar dari toserba itu. Saatnya ganti shift malam. Kagami mulai bisa meregangkan tubuhnya. Well, sangat tak wajar jika ia berkeliaran tengah malam begitu dan merasa lapar, tetapi bagi Kagami itu sangat masuk akal dan sudah biasa. Segera, pemuda itu kembali ke rumah sepupunya di lereng gunung.

***

Masuk ke dalam rumah di lereng gunung, dingin menyelimuti, dan hamparan kegelapan sewaktu pintu dibuka tak terlalu mengejutkan bagi Kagami. Ia memang terbiasa tinggal sendiri, well, walau bukan di gunung.
Segera Kagami membersihkan diri. Meski malam telah sangat larut, ia masih ingin berendam air hangat hanya untuk sekedar merilekskan otot yang kaku.

"Aahh, Kimochi!!" gumam Kagami sambil setengah menyelam ke dalam bathtub yang dipenuhi air hangat.
Beberapa saat berlalu dan Kagami sangat menikmati mandi malamnya, hingga tiba-tiba air di bathtub bergelembung namun bukan mendidih.Wajah Kagami seketika memucat.

"Apa itu?" Kagami agak terkejut. "Aku ga kentut 'kan? Mana mungkin sih! Lokasinya kejauhan dari pantatku, K******!" makinya, entah kesal pada siapa.

Kagami pun menyelam sebentar untuk memastikan, tetapi ia tak melihat apapun kecuali kedua kakinya. "Apa sih itu tadi? Ga mungkin airnya mendidih sendiri dong," ia mulai paranoid sendiri.

*Blup! Blup! Blup!

Permukaan air bergelembung lagi. Kali ini cukup banyak hingga Kagami ketakutan dan akhirnya keluar dari bathtub dengan paniknya.

"Holy s**t! Apa-apaan itu tadi?! Apa bener, rumah Himuro berhantu?! Gosh!! I was trapped here until they were come back!" gerutu Kagami dengan wajah memucat gelisah.

Ia pun beranjak dan mengurung diri didalam kamar demi menghindari kejadian aneh lainnya. Jujur saja, Kagami berpikir bahwa ia mungkin takkan bisa tidur malam ini, namun sebaliknya, setelah mandi tubuhnya terasa ringan hingga ia tertidur pulas sesaat setelah menyentuh bantal.

Tetapi...

*Screech! Screech!!

Suara kemerusuk itu terdengar cukup keras hingga membuat Kagami terbangun dari tidur lelapnya. Ia mengucek mata lalu mengedarkan pandangan ke sekitar. Tak terlihat jelas apapun di sana karena lampu kamar yang di matikan.

*Screech! Screech!!

Suara itu terdengar lagi. Kali ini jantung Kagami nyaris lepas karena menyadari bahwa suara tersebut bukanlah dari alam mimpinya. Pemuda itu pun beranjak dari kasur dan mencari ke sumber suara, tepatnya keluar dari kamar itu!

*Screech! Screech!!

Kagami menoleh ke dapur dan perlahan menghampiri ke sana. Kakinya agak gemetaran dan wajahnya sudah berubah pucat pasi. Meski begitu, ia tetap penasaran. Kagami lalu menyalakan lampu dapur. Di atas meja makan terdapat beberapa plastik belanjaannya dari Konbini. Benda itu bergerak-gerak.

"Mungkin cicak deh? Ga mungkin setan masuk ke kantong plastik. Kek muat aja!" pikir Kagami dengan konyolnya, hanya untuk menghibur diri sendiri dari ketakutannya.

Suara kemerusuk itu terdengar lagi dan plastik di atas meja pun bergerak-gerak. Dengan segenap keberaniannya, Kagami mengulurkan tangan dan dengan hati-hati membuka plastik tersebut.

Tetapi...

"Gyaaahhh!" seketika Kagami berteriak dan melangkah mundur dengan cepat hingga tak sengaja menabrak dinding yang ada dibelakangnya. Wajahnya pucat pasi!

Perlahan dari dalam kantong tersebut keluarlah sesuatu berkaki mungil dengan ekor yang agak panjang. Ukurannya tak terlalu kecil, tetapi juga tak terlalu besar. Mungkin terlalu besar untuk makhluk sejenisnya. Warnanya hitam kecokelatan dengan totol putih disekujur tubuhnya, matanya bulat berwarna cokelat terang dan tubuhnya gempal.

Makhluk itu menatap Kagami, lalu dengan cepat turun dari atas meja mengejar Kagami yang kini kepayahan berlari.

"Tokek titan?!" jerit Kagami, antara geli bercampur takut luar biasa dibanding dikejar Nigou.

Naas bagi Kagami, ia pingsan seketika setelah melihat makhluk itu hendak mengejarnya.

*Tokek! Tokek! Tokek!!

Keesokan paginya...

Sekitar jam 10 pagi, Himuro Tatsuya kembali ke rumah. Ia terkejut luar biasa melihat sepupunya tidur di lantai dapur yang dingin. Segera ia membangunkan Kagami dan pemuda berambut merah maroon itu pun menceritakan kisah mengerikan itu pada sepupunya.

"Jadi, kamu pingsan gara-gara lihat tokek di rumah ini? Haha, lucu sekali!!" komentar Tatsuya sembari menyeduh teh lalu di sajikan dengan kue mochi kepada Kagami yang masih agak syok.

"Ga usah ketawa deh! Seriusan, itu gede banget dan bikin geli! Hii..." keluh Kagami masih bisa merasakan gemetaran di tubuhnya.

"Haha... iya deh, iya!" Tatsuya mengalah.
Hening sejenak di situ kala mereka menikmati lezatnya kue mochi dan teh hangat di pagi hari.

"Oh ya, terus gelembung di bathtub itu gimana??" pertanyaan Tatsuya itu membuat Kagami kembali tersadar sesuatu.

Benar juga! Belum ada penjelasan pasti mengenai fenomena gelembung di bak mandi saat Kagami berendam.

Mungkinkah benar bahwa rumah itu berhantu?

The End

~This story is based on Author's own experience while having an Internship, and lived alone in her sister's house for about a month~

Thanks for reading

Please leave your comment(s), suggestion(s) or recommendation(s) if any.

The Daily Life of Kuroko no BasketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang