°15

4.4K 809 189
                                    

"HAH?"

Jaejoong ngerutin keningnya bingung, kenapa sih sama anaknya? "Kamu lupa ya? Kebiasaan nih kalau habis ketemu orang, bukannya di inget malah dilupain gitu aja." Dia geleng-geleng kepala sama kelakuan anaknya.

Jaehyun emang gitu, dari dulu susah banget buat nginget orang baru. Apalagi kalau dia baru ketemu sekali sama orang yang dimaksud, pasti langsung amnesia. -__-

"Apaansi Mom, Jeje ngga mau dijodohin." Setelah bungkam beberapa saat, Jaehyun akhirnya ngomong gitu ke Jaejoong. Yang mana langsung disambut sama decakan ngga suka dari yang lebih tua. "Kamu tuh ngga tau mana pasangan yang baik buat kamu! Yang bibit, bebet, bobot nya sesuai sama keluarga kita."

Ngga, Jaehyun benci sama semua ini. Sama standar yang selalu dijadiin patokan sama orang tuanya. "Tapi Jeje aja ngga suka Chaeyeon, Jeje bahkan udah lupa sama dia. Yakali langsung nikah nanti? Jeje suka sama orang lain."

"Sama pengasuh miskin itu? Iya?!"

DEG

Ngga ada balasan dari seberang sana. Jaejoong narik nafasnya emosi, dia ngga mau anaknya sakit hati sama omongan dia, tapi dia juga ngga mau punya menantu yang kasta nya lebih rendah dari dia sendiri. "Mau jadi apa kamu kalau nikah sama seorang pengasuh? Mau biarin diri kamu diporotin sama orang ngga punya, Je? Iya?"

"STOP MOM!" Jaejoong kaget denger bentakan anaknya. Baru kali ini Jaehyun teriak gitu sama dia.

"Mommy boleh atur pendidikanku.." Jaehyun kedengeran nahan emosi di sana. "Boleh atur semua keinginanku, bahkan cita-citaku sendiri Mommy yang atur." Jaehyun udah ngerasa sesek banget, tapi dia ngga boleh nangis sekarang.

"Tapi jangan sekalipun ikut campur urusan percintaanku, apalagi sampe merendahkan Taeyong di depan Jaehyun sendiri."

Rahang Jaejoong mengeras, "Oh, jadi kamu lebih milih orang rendahan--"

"JAEHYUN BILANG CUKUP!" Kali ini teriakan itu kedengeran lebih dipenuhi emosi. "Jangan salahin Jaehyun kalau habis ini Jaehyun benci sama Mommy." Suara Jaehyun kedengeran bergetar, "You deserve to be hated." Detik berikutnya sambungan telepon itu berakhir.

Jaejoong natap kosong objek di depannya.

Dia ngga mau anaknya sesuka hati ngatur kehidupannya sendiri. Dia mau semuanya sesuai dengan apa yang jadi kehendaknya.

"Udah ku bilang, ubah sifat jelekmu itu." Jaejoong tersentak waktu denger suara suaminya. Dia nengok ke arah pintu ruangan, disana udah ada Yunho yang berdiri tanpa ekspresi. "Ngga cape kamu? Ngatur kehidupan Jaehyun, dari dia kecil sampe sekarang?" Yunho ngehela nafas cape.

Dia melangkah ngedeket ke suami kecilnya, "Ngga cape.. dibenci terus-terusan sama anakmu sendiri?" Jaejoong keliatan ngga suka waktu Yunho ngomong gitu. "Jaehyun ngga benci--"

"He hated you." Muka Yunho berubah jadi serius banget, "Sejak pertama kali kamu ngatur kehidupannya. Dia udah benci kamu." Mata Yunho beralih ke arah lain, dia ngga mau liat mata Jaejoong.

Takut dia kembali luluh terus ngga bisa belain anaknya lagi, kaya biasanya.

"Kamu tau anak sulungmu itu paling susah diatur. Cuma sama kamu, dia nurut." Yunho ketawa pelan, sesayang itu Jaehyun sama Mommy-nya. "Dan karena itu, dia juga benci kamu."

Jaejoong ngerasa matanya panas, jadi dia ikut ngalihin pandangan ke arah lain, "Tapi rasa sayangnya lebih besar dari bencinya dia ke Mommy nya, jadi kamu ngga sadar kalau anak kesayanganmu itu udah sebenci ini sama kamu."

Dua Puluh, Satu ✔ Where stories live. Discover now