°O2

13K 1.7K 552
                                    

Taeyong tersenyum kikuk saat pria di hadapannya menatapnya dari atas hingga ke bawah.

Beberapa saat lalu, entah bagaimana dirinya bisa ikut dengan kedua tamu yang menyapa nya di apartemen tadi.

Sekarang, ia duduk di sebuah ruangan—ruang kerja atau apapun, Taeyong tidak tau. Ia terlalu bingung untuk berpikir saat ini.

Apalagi saat di hadapkan dengan pria paruh baya yang sialnya tak henti menatapnya sedari tadi, apa ia Jung Yunho?

"Lee Taeyong, usia sembilan belas tahun, mahasiswa fakultas seni di Neo University, tinggal sendirian karena tidak ingin menyusahkan paman dan bibimu. Baru saja di pecat dari toko tempat kau bekerja paruh waktu." Yunho membacakan sebuah artikel? Tunggu.. Dari mana ia tau semuanya?

Taeyong hanya bisa mengangguk kaku, mulutnya sedikit terbuka, hendak menanyakan sesuatu, "Ma—"

"Kau diterima."

"Ne?" Kerutan di dahi Taeyong semakin bertambah, "Maaf Tuan, saya tidak mengerti.." Ucap Taeyong pelan.

"Lee, kamu perlu pekerjaan 'kan?" Yunho menutup map yang sedari tadi ia baca, pandangan nya kembali fokus pada pemuda di hadapannya.

Taeyong mengangguk sekali, dua kali, dan terakhir menggeleng cepat saat pikiran lain menyeruak masuk mengganggu benaknya. "S-saya bukan pelacur, Tuan."

"Wait—what?" Yunho tersentak dengan ucapan Taeyong, detik berikutnya ruangan diisi oleh tawa kencang Yunho.

"Kamu pikir saya pria tambun yang suka mengoleksi orang-orang seperti itu?"

Anggukan kecil, Yunho kembali tertawa.

"Saya menawarkan kamu pekerjaan, tapi bukan dalam hal seperti itu." Yunho mengusap ujung matanya yang berair, terlalu banyak tertawa. "Pernah dengan istilah baby sitter?"

Taeyong mengangguk, bibinya pernah mempekerjakan seorang wanita untuk merawat Lami, anaknya yang masih bayi. Jadi ia tau baby sitter.

"Saya dan Jaejoong akan sibuk mulai besok hingga dua bulan ke depan." Yunho kembali menjelaskan, "Dia istri saya omong-omong."

Gue ngga nanya, omong-omong.

Taeyong menahan tawa, "Kami berdua akan pergi ke luar negeri, kepala pelayan disini sudah mengundurkan diri seminggu yang lalu karena masalah pribadi, jadi seluruh anakku tidak ada yang memantau."

Taeyong mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, namun kemudian ia terdiam, "Jadi anda ingin saya menjadi pengganti kepala pelayan disini?"

"Ya, tapi tidak sepenuhnya sebagai pelayan, karena tugasmu yang paling penting adalah memantau anak-anakku. Urusan beres-beres, memasak, dan sebagainya akan dilakukan oleh maid disini. Hanya jabatanmu saja yang berlabel pelayan, tapi pekerjaanmu hanya memantau, dan mengurus anak saya."

Taeyong mengedip beberapa kali, "Menjadi pengasuh?"

"Singkatnya, iya."

Bilang aja mau jadiin gue Nanny, ribet banget nih bapak-bapak.

Taeyong menggerutu dalam hati, tapi ia harus menahan umpatan. Ini kesempatan bagus, tentu. "Ada berapa anak disini?"

"Seluruhnya?" Yunho balik bertanya, Taeyong mengernyit, "Seluruh?"

Yunho mengangguk, "Kamu bertanya ada berapa anak disini? Anak saya sendiri ada 4, 15 lainnya keponakan saya."

Taeyong tersentak, "Se-sembilan belas?"

"Ya, dan tugas kamu memantau mereka semua."

Gila aja lo! Dikira gue naruto, bisa pake Kagebunshin No Jutsu?!

"Maaf, Tuan. Saya pikir ini terlalu berat untuk saya, saya tidak punya pengalaman mengurus anak, apalagi sebanyak itu." Bisa mati muda gue.

"Anak saya tidak semuanya masih kecil."

Ya anak lo cuma empat anjir, lah yang lain? Bisa dikira ternak ayam gue.

"Sebelas diantaranya sudah besar, enam orang remaja, hanya dua yang masih kecil."

UDAH GEDE GITU NGAPAIN MINTA DIASUH JINGAN.

"Ingin rasanya Taeyong teriak." Gumaman Taeyong terdengar sampai ke Yunho, "Anak saya lelaki semua, tenang aja."

Gila gue gila.

"Maaf aja nih om, pusing gue." Tanpa sadar Taeyong terbawa suasana, Yunho tersenyum, "Kamu tidak sendiri, ada Taeil yang akan membantu kamu. Dia pelayan disini, sudah lama bekerja dengan saya."

"Gajinya 20 juta per bulan." Taeyong melotot kaget, apa?

"Belum termasuk biaya kuliah kamu, itu beda lagi. Biar saya yang urus."

Hah? Gimana?

"I-ini serius? Ngga bercanda kan om?" Nah kan jiwa barbarnya keluar.

Yunho tersenyum singkat, "Untuk apa saya bercanda, lagipula kamu orang yang tepat untuk mengurus mereka, cocok dengan kriteria yang mereka ajukan."

"Kriteria?"

"Masih muda, humoris, cantik."

Oh..

"Kamu bersedia kan, Lee?"

Iya..

Taeyong mengangguk, belum tersadar. Yunho beranjak dari duduknya, mengambil sesuatu di dalam lemari yang berada di belakangnya.

"EH OM SAYA GA CANTIK!"






































TBC

Pendek pendek dulu, pemanasan.

Lanjut? Vote & komen jangan lupa.

Dua Puluh, Satu ✔ Where stories live. Discover now