PART 17

6 3 4
                                    

Kiran sedang membantu ibu di dapur ketika terdengar seseorang mengucap salam.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam," jawab Kiran dan ibu.

"Wa'alaikumsalam." Terdengar suara Naya dan langkah kakinya menuju pintu depan hingga Kiran urung untuk meninggalkan dapur, tetap membantu ibu.

"Mau apa lagi kamu datang?" tanya Naya ketus ketika melihat siapa yang datang bertamu.

"Aku ingin bertemu Kiran," jawab Aldo.

"Kak Kiran nggak ada," ucap Naya berbohong.

"Siapa, De?" tanya ayah yang sudah di belakang Naya. Pintu masih agak tertutup hingga ayah tak bisa melihat siapa yang datang.

"Bukan siapa-siapa,Yah, cuma …"

"Saya ingin bertemu Kiran, Pak," ucap Aldo memotong ucapan Naya.

"Biarkan dia masuk, De," ucap ayah. Naya mendengus kesal, tapi tetap membiarkan Aldo masuk.

"Terima kasih, Pak," ucap Aldo setelah mereka duduk di ruang tamu.

"De, minta Kak Kiran menyiapkan minuman," perintah ayah pada Naya. Naya pun melangkahkan kakinya menuju dapur.

"Siapa, De?" tanya ibu dan Kiran bersamaan.

"Bukan siapa-siapa," jawab Naya dengan ekspresi kesalnya. Kiran dan ibu saling pandang, bingung. Saat Kiran akan membawakan nampan berisi minuman dan sedikit camilan, Naya mencegahnya.

"Biar Naya saja, Kak. Kakak lanjutin bantu ibu," ucap Naya. "Naya sudah lapar," lanjut Naya menjelaskan saat melihat ibu dan kakanya kebingungan. Mereka tersenyum.

"Ya sudah, sana bawa, kami selesaikan dulu masaknya," sahut Kiran.

Naya datang membawa nampan berisi minuman dan sedikit camilan.

"Kak Kiran mana, De?" tanya ayah.

"Sibuk bantu Ibu di dapur, Yah," jawab Naya.

"Kiran …" panggil ayah.

"Ya, Ayah," sahut Kiran dari dapur.

"Kemari sebentar, Nak."

Naya hanya kesal pada ayah, untuk apa mempertemukan mereka lagi? Tak cukupkah yang semalam? Juga luka kakaknya yang Naya yakin belum sembuh sepenuhnya?

Kiran datang, tapi baru memasuki ruang tamu, langkahnya terpaku melihat pria yang menjadi mimpi buruknya semalam. Meski begitu, Kiran tetap menghampiri sang ayah.

"Ada apa, Yah?" tanya Kiran.

"Duduklah, kita bicarakan masalah kalian," tutur ayah. Kiran patuh, duduk di samping ayah, tapi ia memilih diam dan membisu.

"Nak Aldo, bisa jelaskan mengapa dulu kau meninggalkan putri Bapak?" tanya ayah.

"Ayah …" Naya yang masih ada di ruang tamu berusaha protes.

"Bisakah Ade membantu ibu di dalam?" pinta ayah, tapi tatapan ayah jelas inginkan Naya agar tak berada di sana. Naya pun melangkahkan kakinya menujundapur, menuruti permintaan ayahnya.

"Jadi, bisakan Nak Aldo jelaskan?"

"Awalnya hubungan kami baik-baik saja. Meski LDR-an, sebisa mungkin komunikasi kami jalin dengan baik. Bahkan saat seorang wanita bernama Esti mendekat, saya tetap menjaga cinta ini untuk Kiran. Saya katakan padanya hanya Kiran di hati saya, dan dia menerimanya. Dia katakan hanya ingin berteman, dan saya pikir tak ada salahnya menerima uluran pertemanan itu. Ternyata itulah kesalahan pertama saya."

JODOH KIRANA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang