Baginya, dia adalah pria yang luar biasa menakjubkan.
Rasanya, ia tak perlu bersusah payah berpikir tentang dunia.
Intinya, hanya cukup dengan pria itu yang selalu ada.
Ia seakan begitu memuja, atau memang seperti itu kenyataannya?
Siapa yang tidak akan jatuh?
Pria itu setenang ketika kau memandang langit biru.
Tutur lembut yang mampu membuatmu bermimpi tentang padang bunga.
Gelaknya yang semerdu suara alam.
Mata jernih dengan gerlap melebihi berlian.
Kulit putih bersih tanpa cela.
Pemilik hati murni seakan dia adalah Malaikat utusan Tuhan.
Saat banyak mata memandangnya berbeda, pria itu tetap menatap dengan sinar yang menenangkan.
Seakan dirinyalah satu-satunya yang dapat mengerti.
Dengan mengulurkan tangan, atau sekedar menggenggam ringan.
Apapun itu, selalu berakhir dengan lengkungan begitu manis.
Ia sangat bersyukur.
Pria itu adalah bentuk kebahagiaan sempurna yang ia punya.
Jadi, tak perlu takutkan apapun lagi.
Tak perlu khawatir dengan kesendirian lagi.
Pria itu di sisinya, menjadi teman berbagi tawa, sekalipun sederhana.
Semuanya sudah melebihi cukup.
Hanya terkadang rasa ingin tahunya muncul.
"Aku benar-benar ingin berkunjung ke rumahmu. Di mana itu?"
Senyuman itu lagi yang ia dapatkan.
Lalu, "Aku selalu suka menggenggam tanganmu, hehe, dingin, aku suka."
Sekali lagi, hanya senyuman yang terukir.
Terakhir, "Kau tidak akan pernah pergi, kan?"
Kali ini bukan hanya senyum setenang air.
"Aku selalu di sini. Bersamamu. Kapanpun itu."
.
.
.
.
.Hehe..
Semoga kalian suka sama chapter ini.
Mari berjumpa lagi di chapter selanjutnya 💖💖💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Einfache Geschichte (ONEUS + ONEWE)
Fanfiction⚠ BL ⚠ - Flash Fiction, atau cerita super pendek. - Baku Cover by me