Ia menengadah melihat bentangan langit biru pekat bertabur bintang.
Matanya terkunci pada ribuan bintang yang berpendar di atas sana.
Menjadi lebih indah ketika bulan sabit ikut mendampingi.
Dengan lembut, silir angin malam menyisir surainya.
Ia termenung, mengapa malam ini begitu indah?
Apa memang langit malam seindah ini setiap harinya?
Apa mungkin hanya ia tidak tahu saja?
Mungkin ia tidak tahu atau mungkin tidak mengerti.
Ia hanya mengerti bintang berpendar itu mirip dengan mata seseorang.
Seseorang itu pun juga memiliki surai sepekat langit malam.
Setiap saat jemari lentiknya menyisir dengan lembut seperti silir angin malam hari ini.
Seseorang itu pernah berkata, "Langit malam sangat indah, jadi lihatlah dia jika kau merindukanku."
Waktu itu senyumnya manis sekali.
Sangat indah, lebih menawan dari apapun yang ada di dunia.
Benar, orang itu sangat benar.
Langit malam yang indah menjadi obatnya ketika ia merindu.
Satu butir permata turun, melewati pipi kirinya perlahan.
Banyak orang berkata, suatu hari nanti akan ada seseorang yang menjadi bintang di atas sana.
Lantas, ia berkata, "Kau indah, sama seperti langit, dan kau selalu benar."
Malam yang indah berubah menjadi kelabu.
"Apa salah satu bintang yang berpendar itu kau? Jika ia, maka berkediplah, dengan begitu aku akan tahu jika kau merindukanku juga."
Kemudian, salah satu bintang di atas sana berkedip.
Seketika hatinya menghangat, ia lalu tersenyum sebagai balasan.
Penuh duka dan desiran nyeri.
Ia berjanji, suatu saat nanti ia juga akan menjadi bintang untuk menemaninya di atas sana.
.
.
.
.
.TMI: pas jalan mau ke masjid tadi buat sholat isya sekalian tarawih, aku liat ke langit dan seriusan buanyak banget taburan bintang ditambah ada bulan sabit terang banget, seketika aku menjerit wkwkwk kegirangan nemu keindahan yg jarang terjadi, ya gmn, di tempat aku langitnya dikit2 mendung :(((
KAMU SEDANG MEMBACA
Einfache Geschichte (ONEUS + ONEWE)
Fanfiction⚠ BL ⚠ - Flash Fiction, atau cerita super pendek. - Baku Cover by me