DnI | 02

11 3 0
                                    

Mengagumimu dari jauh, itu yang aku bisa lakukan saat ini.
-Bumantara Dimas Prakoso-

------------------

Januari tanggal 31, hari dimana Dimas dan teman-teman satu kelompok berkumpul untuk membahas tentang apa saja yang akan di diberikan pada saat turba dimulai.
Berhubung memang tanggal 31 Januari merupakan hari libur nasional, maka diputuskan untuk kumpul perdana membahas mengenai program tiap minggunya selama menjalani turba di SMP N Gelagah.

Sesuai dengan pemilihan, Dimas hanya menjadi anggota biasa. Karena memang ia masuk ke dalam bagian kelompok setelah terbentuknya struktur organisasi, baik dari ketua hingga bendahara.

Berkumpul di salah satu rumah anggota kelompok. Tepatnya di rumah Jingga. Dimana kami membahas apa saja yang akan kami sampaikan di setiap minggunya selama turba berlangsung. Karena memang ada 8 kali pertemuan, dimana ada 8 minggu sekali mengajar di SMP N Gelagah.

Udin, ketua kelompok Turba memulai pembicaraan mengenai program yang akan dijalankan selama Turba berlangsung.

"Gaes, ini kan kita ada 8 kali pertemuan nih, dan selama kita pramuka dan dapet bantara kan ada 8 materi wajib tuh yang harus kita sampaikan saat turba, kira-kira pendapat kalian mau yang mana dulu?" tanya Udin kepada seluruh anggotanya.

"Gimana kalau kocokan aja? Kan lebih simpel,"Ucap Gilang dengan santainya.

"Kebiasaan ini anak kulitnya gapernah di filter." balas Dandi.

"Lah kan bener kan, daripada lama dan ribet." terang Gilang masih dengan santainya.

"Ya... Iya sih, tapi ga gitu juga, harus ada rencananya biar jelas, minggu pertama apa kedua apa, biar terstruktur dan tertata." jelas Dandi dengan tegas.

"Pinter juga kamu dan, ga nyangka seorang Dandi bisa sepinter ini," ledek Dimas dengan muka santai namun menyakitkan.

"Lah aku kan emang pinter dim, kamu aja yang gatau dan gamau mengakui kalau aku pinter," jawab Dandi dengan sombongnya.

"Ini kalian mau ribut terus? Kalau main ribut terus masalah gajelas mending pergi aja sana, aku coret dari kelompok biar tau rasa." potong Falla dengan tegas.

"Galak banget wakil kita, gada humor humornya gitu, mukanya kaya benang kusut, tapi kok ada ya yang mau sama dia," bisik Dandi dengan pelan.

"Benar juga kamu Dan, muka kaya dia gampang cepet tua, marah mulu." saut Dimas dengan wajah melirik Falla.

"Jangan keras-keras woi, soalnya yang kalian berdua omongin bener semua." sahut Gilang.

"Kurang keras ngomongnya! Aku tau kalian lagi ngomongin aku kan? Sekali berisik lagi dan ngomongin orang aku gampar kalian satu-satu!" tegas Falla dengan mata melotot.

"Setuju!" saut mereka serentak.

"Udah cukup! Kasian yang lain yang serius mau menyampaikan pendapat!" ucap Udin dengan tegas.

"Silahkan bagi yang mau menyampaikan pendapatnya," lanjut Udin.

Terlihat ada yang mengangkat tangannya, tak lain dan tak bukan dia adalah Intan. Dimana memang tadi tak sengaja aku melihat dia sedang sibuk menulis disaat Falla dan yang lain ribut tidak jelas.
Sepertinya dia menuliskan pendapatnya disaat yang lain sedang heboh sendiri. Semakin terlihat sempurna. Karena mampu memberikan sebuah pendapat disaat yang lain sedang tidak serius.

"Aku mau memberikan pendapatku Pak, tolong yang lain jangan berisik ya, ini aku lagi mode serius nih," ucap Intan.

"Dimulai dari materi umum pramuka, seperti sejarah pramuka di dunia dimana boden powel membentuk pramuka dan awal mulanya terbentuk jambore pramuka. Sejarah pramuka di Indonesia, dimana awalnya dibawa oleh Belanda dan berkembang terus hingga sekarang," terang Intan.

Dimas & IntanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang