"hei, pagi cantik."
"bacot. mau apa lagi lo hah. cari pacar sana, lo ganggu banget."
"duh, dingin banget. makin dugun-dugun hati akang, neng."
"dih, jijik."
"btw, gue bawa nih buat lo minuman sehat. gue perhatiin tiap malem lo suka nyemil royko mulu."
ia mengernyitkan dahinya. "tumben baik lo. ada maunya nih pasti. ngomong aja udah. mau apa? minjem duit lagi?"
"sembarangan. jangan suuzon mulu jadi orang, ga baik." si lawan bicara mengeluarkan botol kecil bertutup putih dari saku hoodie. "nih. sari buah."
raut terkejut terukir indah di wajahnya. "ini serius lo ngasih ke gue? ga ada maksud jahil terselubung?"
"kalo ga mau gue ambil lagi aja–"
"eh eh jangan! barang yang udah dikasih ga boleh diambil kembali. itu aturannya kalo mau ngasih sesuatu ke gue."
"dih, pake aturan segala."
"ya udah sana pergi. kan udah selesai ngasihkan ke guenya. mau ada urusan apa lagi? tuh 'kan, lo pasti mau–"
"ssshhh! lo tuh ya berisik banget. gue mau liat lo minum sari buahnya. sebagai bukti kalo lo bener-bener nerima buah tangan gue."
"ah elah, ribet banget sih lo.." tapi ia tetap membuka tutup botol tersebut dan segera meminumnya.
buuhhh!
"ANJING LO! ASEM BANGET BAUNYA, MANA GA ADA RASA. KATANYA SARI BUAH???"
rupanya si lawan bicara telah kabur, terdengar suara cekikikan dari tangga yang kemudian disusul kalimat berisi permohonan maaf serta penjelasan. "sori, ya, ela! itu sebenernya kudu dicampur air 75 mili dulu per 5 milinya! hahahaha, lucu banget muka lo sepet gitu. tapi jangan dibuang! itu bener-bener...." suaranya tak lagi terdengar jelas. mungkin sudah ia melarikan diri terlalu jauh.
"ERINAAAAAAAAAAA!"
K-TALK!
erinajis
|sori, la! tapi sumpah, itu beneran sari buah. jangan dibuang, ya? itu dianter jauh-jauh dari desa gue ke sini.|barangkali lo lupa, per 5 mili dilarutin sama 75 mili air. air minum, bukan air kobokan. diminumnya sehari dua kali. oke? take care, lavyu♥
"ERINANJIIIIIIINGGG!"