Day 3 : Distorsi

767 85 10
                                    

Ada kutukan yang mampu membalikkan alam. Mengubah batas antara Asiyah dan Messiah lenyap, mencampurnya, meredupkan seluruh cahaya bumi manusia dan memberi kesan gelap malam yang kelam.

Gojo-sensei memang memerintahkan Yuuji, Megumi, dan Nobara untuk membasmi kutukan itu. Namun sebuah kesalahan karena distorsi menghapus seluruh kewarasan Itadori Yuuji. Membebaskan seseorang yang tidak boleh dibebaskan, lalu menghilang.

Taman bermain ini lebih luas dari Akademi Jujutsu Tokyo, lebih rumit, lebih ramai, dan lebih mengenaskan sebab manusia-manusia itu kini menjerit tak karuan karena melihat berbagai macam makhluk buruk rupa yang tidak pernah mereka sadari ada di dunia nyata.

"Kugisaki!" Megumi berteriak di tengah riuh gelombang kutukan yang mendesak membunuhnya. "Cari kutukan pembuat distorsi itu!"

"Huh?!"

"Aku dan Shikigami ku entah bagaimana akan mengalahkan mereka semua, lebih baik kau cari kutukan itu." Gojo-sensei berkata bahwa Kutukan Distorsi adalah Kutukan Tingkat 2. Kugisaki Nobara sendiri pasti bisa mengalahkannya, sementara Megumi yang unggul dalam bantuan dan jumlah akan lebih cocok bertarung di tempat ini.

"Kau hanya menyia-nyiakan pakumu di sini."

Nobara berdecih. Memang Fushiguro Megumi itu lebih cerdas dari yang lain dan tentu saja Nobara mengikuti rencananya.

"Berhati-hati," frasa itu menghentikan sejenak langkah Nobara. "Jangan sampai bertemu Itadori— atau siapapun dia sekarang."

"Aku tau."

Figur gadis itu hilang menuju sebuah tenda, tempat hawa kutukan berkumpul lebih kuat. Megumi menarik napas dalam, bersiap untuk pertarungannya.

—XxOxX—

Ryomen Sukuna tidak bisa pergi jauh karena Distorsi hanya sebatas area taman bermain, jika pergi dari maka bocah Itadori akan mengambil alih tubuh ini lagi. Ia ingin bersenang-senang sebagaimana seharusnya, namun kondisi manusia-manusia yang menggila karena ketakutan pada sosok tidak berwajah sama sekali bukan seleranya. Jika ingin membunuh, Sukuna lebih suka targetnya fokus hanya pada dirinya dan bukan yang lain.

Membosankan.

"Oh," sebuah papan peta menarik perhatian. Sukuna tidak benar-benar pernah pergi ke tempat hiburan jaman sekarang karena ia tidak tertarik menaiki kereta cepat atau kapal berayun. Bodoh sekali— tapi matanya malah terpaku pada peta itu.

"Komidi putar, rollercoaster? Rumah hantu? Heh.." Sukuna terkekeh, "Tempat ini sudah seperti rumah hantu super besar."

Jarinya bermain di ujung dagu. Mengira-ngira dimanakah ia berada, dan apa yang menarik untuk dilihat. "Hoo..."

Baru sekelebat pikiran itu melintas, sebuah ledakan menarik seluruh perhatian Sukuna. Melupakan peta untuk melihat kilat ungu dekat bianglala. Tidak butuh waktu lama ia melesat, karena tahu apa yang menunggunya di sana.

"Kau benar-benar tau cara bersenang-senang," ia berbicara penuh semangat, "Fushiguro Megumi."

Yang disebut namanya terkesiap. Memasang kuda-kuda yang sebenarnya tidak perlu dilakukan. Tapi begitu tegang, jujur saja. Ryomen Sukuna ada di hadapannya, dengan seringai jahat yang biasa, lukisan hitam yang biasa, mata merah yang biasa, mendekat padanya— seperti biasa.

Tangan Sukuna sedia dalam saku celana, ia berjalan di antara bekas-bekas jasad para kutukan yang hendak lenyap bersatu dengan udara. "Jangan tegang begitu."

Tepukan di pundak Megumi menjadi pelemas segala otot syaraf. Berganti dengan sebuah tanda tanya besar hingga manik birunya berbalik mengikuti Sang Raja Kutukan.

The way we used toTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang