#7 sorry...

914 84 0
                                    

Minggu, adalah hari yang paling ditunggu setiap harinya. Merupakan hari libur dimana orang-orang bisa menikmati harinya dengan santai.

Pagi ini, seorang pria muda tampan sedang duduk di kursi taman dekat kolam. Ia memakai baju kaos putih, jaket kargo navy dan kelana jeans biru. Ia membawa sebuah cermin berukuran sedang. Disana ia sedang merenung.

Ia tampak agak lesu, duduk dengan sedikit menunduk menatap cerminnya, sesekali menghela napas sambil berkutat dengan pikirannya.

"Jun, apa kau mau bertahan? Lihatlah bahkan waktu itu kau dibentak dan dituduh oleh nya." Gumam Oaujun yang terus menatap cerminnya sambil merenung.

"Kau lihatkan? Dia akrab dengan orang lain, tidak denganmu. Dia orang kelangan atas, dan kau? Pastas dia menolakmu." Lanjutnya bergumam.

"Ai Jun, aku rasa kau harus menyerah. Jangan buat orang lain merasa buruk padamu. Sudahlah mungkin saatnya kau menyerah. Lihatlah dirimu, merenung menatapi cermin hanya karena cintamu. Menyedihkan! Kau menyedihkan! Hiks.. hiks..."

Tanpa disadari air mata pemuda itu menetes tanpa izin. Membasahi kedua pipi tirus tampan miliknya. Ia terus saja merenung. Kurang lebih sudah 2 jam lebih ia duduk disana.

Oaujun, ia dikenal bijak oleh orang-orang terdekatnya, namun ia juga memiliki jiwa yang tertutup. Ia tak mau berbagi perasaannya begitu saja, ia takut kalau ia malah membebani orang lain nantinya. Jadi ia memutuskan menyimpannya sendiri, ia rasa hal seperti ini tak bagus diceritakan. Merenung dan berpikir adalah caranya mengatasi perasaannya selama ini, walaupun itu amat teramat berat baginya, kadang kali ia ingin menceritakannya, tapi ia urungkan.

Kruuukk.....

Perut Oaujun bersuara, menandakan dirinya lapar. Ia belum makan dari tadi, ini sudah hampir siang pantas ia lapar. Ia menghela napasnya sebentar, mengusap wajahnya menghilangkan bekas air matanya. Ia merapikan barangnya, dan bersiap beranjak dari sana. Baru saja ia ingin pergi, tiba-tiba saat menoleh ia dikejutkan oleh kedatangan orang yang ia renungkan.

Keduanya sempat saling menatap, sampai Oaujun mengalihkan pandangannya dan menunduk pertanda mengatakan 'permisi'. Fiat bengong sebentar, ia tak percaya ia berpapasan dengan orang yang mengusik pikirannya belakangan waktu ini sejak hari dimana ia membentak orang itu.

Ia menatap khawatir Oaujun yang wajahnya tampak seperti sedang menangis. 'Mengapa dia menangis?' Pertanyaan Fiat dalam hati. Oaujun belum jauh pergi dari tempatnya beridri saat ini. Fiat menarik lengan Oaujun. Yang ditaris membalikkan badannya bingung, ia tak berani menatap Fiat, ia masih kecewa sejak ia dibentak olehnya.

Entah apa yang dipikiran Fiat saat ini sampai ia menahan Oaujun. Ini bukanlah Fiat seperti biasanya, kali ini ia peduli dengan orang lain.

"Ee... khun..? Emm, ak-aku.... ah, kau mau makan siang bersama ku? Ah maksudku...." ucap Fiat tanpa berpikir jernih.

"Ha?" Oaujun membelakakan matanya tak percaya. Bukannya Fiat marah padanya? Fiat hanya tersenyum paksa sebagai balasan, tapi tetap terlihat manis.

*
*
*
Disinilah mereka sekarang, disebuah tempat makan. Mereka makan siang bersama disana. Aneh bukan? Bukannya Fiat yang punya tempremental yang kaku dan dingin saat ini mengajak sseseorang yang baru saja ia kenal untuk makan bersama? Atau ini mirip dengan kencan.

Hanya ada keheningan dan suara dentingan sendok. Keduanya tak ada yang mau memulai pembicaraan. Oaujun, ia memilih diam, ia masih teringat kejadian waktu itu. Ia bahkan tak berani melihat atau menatap orang didepannya ini. Sedangkan Fiat, ia merasa bersalah pada pemuda didepannya ini. Bisa-bisanya ia membentak dan menuduh orang yang tak ia kenal.

Not My Friend,(but my boyfriend)•{SingtoKrist} END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang